Seni-budaya dan olah raga

Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kota Yogyakarta 22 juga termasuk pendampingan dan intervensi psikologis-psikososial terhadap difabel yang baru akibat korban bencana.

i. Seni-budaya dan olah raga

Penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Namun hak tersebut tidak mudah dipenuhi karena berbagai sebab, antara lain: minimnya aksesibilitas pada fasilitas publik juga terjadi pada sektor sektor yang berkaitan dengan seni dan budaya. Bangunan fisik gedung kesenian, museum, galeri dan tempat seni-wisata masih ada yang tidak aksesibel. Tempat-tempat tersebut juga tidak menyediakan sarana mobilitas dan aksesibilitas seperti kursi roda, buku petunjuk yang dicetak dalam format Braille atau audio. Media eletronik seperti televisi wajib menyediakan kebutuhan akses informasi bagi tuna rungu yaitu teks pemberitaan, bahasa isyarat, sarana penerangan kepada publik tentang ketulian yang mempunyai masalah sangat kompleks. Selain itu, pencitraan difabel dalam media juga masih sering stereotyping dan cenderung menguatkan kesan-kesan keliru mengenai penyandang disabilitas dalam masyarakat. Termasuk peran yang berkesan ekploitatif seperti difabel yang memiliki tubuh kecil small people menjadi badut, dll. Ekspresi tersebut akan terus meneguhkan persepsi budaya yang keliru dan berakibat pada diskriminsi dan marjinalisasi. Dalam pemenuhan hak difabel untuk mengembangkan minta dan bakat dalam bidang olahraga, temuan lapangan menunjukan terdapatnya hambatan-hambatan yang masih dihadapi seperti fasilitas olahraga yang tersedia belum mengakomodasi kebutuhan difabel karena belum mengikuti desain universal sehingga masih sulit diakses difabel. Kemudian, sarana dan prasarana olahraga yang tersedia pun masih belum memenuhi kebutuhan spesifik penyandang disabilitas. Hal lain yang menghambat pemenuhan hak difabel dalam bisang olah raga berkaitan dengan penghargaan yang belum setara terhadap difabel. Selama ini ada kesenjangan penghargaan antara difabel dan non difabel yang berprestasi. Kemudian belum adanya anggaran rutin dari pemerintah untuk pembinaan bakat olah raga pada difabel, yang juga berimplikasi pada event-event kejuaraan yang khusus Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kota Yogyakarta 23 diselenggarakan untuk difabel. Selain itu, perlu dikembangkan olah raga yang bersifat rekreatif bagi penyandang disabilitas belum tersedia baik, termasuk fasilitasnya

j. Politik