terhadap pelayanan rumah sakit dari keseluruhan hasil survei hanya menunjukkan 3,5 dari keseluruhan responden, namun yang
terbesar adalah ketidakpuasan terhadap pelayanan dokter yang sebenarnya merupakan ujung tombak dari pelayanan rumah sakit.
www.jurnal.unair.ac.id
3. Tinjauan Teori
Interaksi merupakan hubungan dinamis yang mempertemukan orang
dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok manusia yang dapat berbentuk kerja sama, persaingan, pertikaian, maupun
sejenisnya atau dapat pula dikatakan bahwa interaksi dapat terjadi apabila dalam hubungan itu terdapat adanya kontak sosial dan komunikasi dari dua
belah pihak, dalam hal ini adalah dokter dengan pasien Basrowi, 2005: 138 Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai seseorang yang
memiliki kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter akan selalu menjalin interaksi dengan pasien. Interaksi antara dokter dan pasien dapat
dianilisis melalui analisa “pattern variables” yang dikembangkan dalam teori Parsons. Teori pattern variables ini dapat digunakan untuk menganalisa
tindakan-tindakan yang melatarbelakangi bagaimana interaksi sosial ekonomi antara dokter dan pasien yang mengarah pada kerjasama antara dokter dengan
pasiennya. Menurut Schepers interaksi itu dapat dianalisis melalui 5 kunci pokok interaksi yaitu:
a. Afektif versus netral Interaksi sosial dalam sesuatu komunitas dapat dibedakan dalam
derajat keterlibatan emosi individu. Interaksi yang lebih akrab atau intim ditandai dengan keterlibatan emosi yang lebih mendalam daripada
hubungan yang sifatnya profesional, misalnya interaksi antara suami- isteri dibandingan dengan interaksi dokter-pasien.
Dimana dalam hal ini seorang dokter harus bersifat netral professional sesui peran yang melekat pada dirinya dan tidak bertindak
berdasarkan perasaan tertentu afektif terhadap pasien. b. Orientasi diri versus orientasi kelompok
Interaksi antara individu juga dapat dibedakan berdasarkan arah orientasinya. Dalam hal ini apabila seorang individu mengutamakan
kepentingannya sendiri, maka dia menjalin hubungan yang disebut berorientasi diri. Misalnya dalam interaksi dokter-pasien, orientasinya
lebih kepada orientasi diri, yaitu lebih mengutamakan kesembuhan pasien yang ditanganinya.
Sedangkan jika kepentingan kelompok mengalahkan kepentingan pribadi, maka interaksi antara individu tersebut dikatakan berorientasi
kelompok. Misalnya seorang dokter tidak menjalankan praktek dalam melayani pasien karena ikut membantu masyarakatnya melakukan
gotong-royong atau karena tetangganya punya kerja.
c. Umum versus khusus Individu saling berinteraksi dengan menggunakan normakriteria
umum yang dapat diterapkan pada semua orang, atau pun kriteria khusus yang hanya berlaku bagi kelompok tertentu, misalnya interaksi antara
individu dalam situasi formal atau antara mereka yang tidak begitu akrab setiap orang menggunakan julukan bapak atau Ibu sedangkan dalam
situasi yang
lebih akrabinformal
individu-individu tersebut
menunjukkan interaksi dan perilaku yang lebih bebas dan kadang- kadang menggunakan norma yang oleh orang lain dianggap tidak sesuai.
Misalnya, pada waktu bertemu tidak berjabat tangan, melainkan mencium pipi, padahal antara pria dan wanita.
d. Kualitas versus prestasi Kualitas mengacu pada status seorang individu yang diperolehnya
sejak lahir ascribed status seperti gelar bangsawan dan kekayaan yang diwarisinya. Namun ada pula individu yang menjalin interaksi bukan
berdasarkan bawaan, melainkan berdasarkan prestasi orang tersebut. Misalnya hubungan antar teman yang berprofesi sebagai dokter rekan
seprofesi. e. Spesifik versus membaur diffuse
Dalam hubungan yang spesifik, dua individu berhubungan dalam situasi yang terbatas sifatnya, seperti hubungan antara dokter dan pasien
lebih bersifat spesifik jika dibandingan interaksi dalam satu keluarga,
dimana seluruh anggota keluarga terlibat dalam proses interaksi. Sarwono, 2004: 41
Menurut Szasz dan Hollender terdapat 3 tiga bentuk interaksi antara dokter dan pasien yaitu yang dilihat dari segi kerjasama dokter-pasien
sebagai: a. Interaksi aktif-pasif
Interaksi aktif-pasif terjadi apabila dokter telah bertindak secara aktif sedangkan pasien bertindak pasif. Situasi interaksi seperti ini
kasus keadaan darurat seperti dalam keadaan luka parah, banyak kehilangan darah, atau keadaan tidak sadar dimana pasien benar-benar
dalam keadaan tidak berdaya pada waktu dokter menanganinya. Pekerjaan medis hanya memerlukan sedikit interaksi antara dokter dan
pasien: mengawasi, mengikat, memberikan anestesi, dan cara-cara lain untuk mendiamkan pasien agar pasif sehingga tunduk pada dokter,
misalnya pada pasien akan dilakukan pembedahan. b. Interaksi bimbingan- kerjasama
Interaksi ini terjadi pada keadaan yang kurang gawat dibandingkan dengan interaksi aktif-pasif. Interaksi ini biasanya
tampak pada waktu penanganan penyakit akut, terutama pada kasus penyakit menular. Meskipun pasien itu sakit, namun ia masih sadar
tentang keadaannya, masih sanggup menerima instruksi dan melakukan penilaian, serta pendapat mereka harus dipertimbangkan
selaku manusia. Dalam situasi seperti itu pasien diharapakan untuk menyadari bahwa dokter lebih tahu dan menunggu apa yang
diinstruksikan dokter untuk kemudian dilaksanakan hingga pasien itu mencapai kesembuhannya. Ini merupakan tipe interaksi yang dianggap
banyak terjadi dan menjadi pokok bahasan dalam interaksi dokter- pasien.
c. Interaksi saling membantu mutual participation
Model interaksi ini dianggap penting pada waktu dokter menangani pasien yang menderita penyakit kronis dimana program
pengobatan dilakukan sendiri oleh pasien, sedangkan instruksi dokter diperlukan sesekali misalnya pada pasien yang menderita diabetes
melitus atau penyakit kulit yang kronis, sehingga dalam hal ini dokter membantu pasien untuk menolong dirinya sendiri.
Sementara itu, menurut Fauzi Muzaham ada tipe interaksi yang lain yang dikenal dengan model bias - normatif normatively-biased
dimana dalam interaksi dokter-pasien, terdapat praktek yang secara diam- diam menganggap pasien sependapat dengan pengamat dalam hal ini
anggapan dokter tentang kehendak pasien darinya, hal ini nampak dalam situasi dimana dokter tergantung pada pasiennya, misalnya; karena uang
atau pasien itu orang terhormat, atau dokter sendiri tergantung pada orang lain, maka kemampuan dokter untuk menguasai interaksi dengan
pasiennya sangat terbatas. Muzaham, 1995: 148 Namun interaksi dokter-pasien juga dapat berbentuk pertentangan
konflik antara pandangan awam dalam hal ini pasien dan pandangan ahli dalam hal ini dokter dan antara dua kepentingan yang berbeda,
seperti dikemukakan Friedson dimana bagi seorang dokter, keluhan penyakit pasien hanyalah merupakan salah satu dari banyak kasus yang
pasti akan mampu ditanganinya dengan berbagai kemampuannya untuk mendiagnosa dan memberikan pengobatan seperti yang diberikan kepada
pasien-pasien lain yang mempunyai keluhan serupa. Akan tetapi bagi diri pasien penyakitnya adalah sesuatu yang luar biasa yang memerlukan
perhatian khusus. Perbedaan penafsiran arti dan derajat keseriusan gejala-gejala yang
ada mencerminklan perbedaat pendapat antara pandangan ahli dan orang awam. Apa yang dianggap dokter “remeh” dan “bukan apa-apa” namun
oleh pasien diartikan sebagai gangguan yang serius karena pasien menilai berdasarkan pengetahuannya yang terbatas tentang penyakit itu disamping
adanya keterlibatan emosi sang pasien. Menurut Friedson gejala seperti itu dipengaruhi oleh 3 tiga faktor antara lain:
a. Tuntutan pekerjaan Dokter
yang seharusnya
melayani pasien
dengan mengutamakan kesembuhan pasien, terkadang dirasakan kurang
memuaskan dari pasien dengan berbagai alasan. b. ksi individu masyarakat pasien terhadap penyakit
Ketika seorang dokter telah memberikan segenap aturan sebaik mungkin bagi kesembuhan pasien, namun terkadang pasien tidak
melaksanakan dengan baik petuntujuk dokter.
c. Struktur dan budaya Faktor ini terkait dengan posisi sosial ekonomi baik dokter
maupun pasien. Apakah ketika pelayanan yang diberikan itu gratis tanpa biaya, maka interaksi dokter dan pasien menjadi tidak efektif,
hanya karena dokter tersebut tidak mendapatkan upah yang semestinya.
Sarwono, 2004: 22
F. KERANGKA BERFIKIR
Interaksi sosial ekonomi dokter dan pasien dapat digambarkan bahwa dokter dan pasien terlibat dalam aktivitas medik yang terdiri dari atas
pemeriksaan terapi dan pengobatan. Dimana dalam selama proses pemeriksaan terapi dan pengobatan berlangsung, akan terjadi kontak sosial
dan komunikasi sosial yang yang dihadirkan baik oleh dokter maupun pasien. Komunikasi dan kontak sosial itu menandai munculnya interaksi
antara dokter dengan pasien yang terdiri atas interaksi sosial dan interaksi ekonomi. Interaksi keduanya terlihat dari adanya proses terapi maupun
pengobatan yang dilakukan dokter terhadap pasien. Interaksi sosial terjadi ketika dokter melakukan pemeriksaan terapi kepada pasiennya.
Sedangkan interaksi ekonomi timbul dari adanya insentif balas
jasa yang diberikan pasien kepada seorang dokter yang telah melakukan pemeriksaan terapi maupun pengobatan kepada pasien. Di samping itu
seorang dokter akan memberikan resep obat kepada pasien dimana obat