BAB II SEKILAS
POLIKLINIK AL WUSTHO
A. Terlahir dari Sebuah Apresiasi Anak Muda
Awal mula didirikannya Poliklinik Al Wustho di dasarkan pada sebuah ide gagasan yang dirintis oleh organisasi pemuda di masjid Al Wustho
Mangkunegaran, yang dikenal dengan nama REMASTHO Remaja Masjid Al Wustho pada awal Februari tahun 2000. Para pemuda yang tergabung dalam
organisasi tersebut berupaya memanfaatkan bangunan kosong yang berada di kompleks Masjid Al Wustho untuk dijadikan sebuah klinik kesehatan gratis
yang diperuntukkan bagi jamaah masjid serta warga yang berada di sekitar kompleks Masjid Al Wustho yang mereka beri nama Usaha Kesehatan Masjid
UKM, dengan meniru layaknya Usaha Kesehatan Sekolah UKS yang berada di sekolah pada umumnya. Usaha Kesehatan Masjid UKM pada awal
berdirinya hanya memiliki dua orang mantri perawat dan satu orang peracik obat apoteker. Namun dengan keterbatasan dana dan petugas medis yang
dimiliki, pada pertengahan bulan September tahun 2001, Usaha Kesehatan Masjid UKM tersebut berhenti beroperasi.
Pada bulan April 2002 UKM Al Wustho kembali didirikan dengan sebuah konsep baru berupa poliklinik kesehatan gratis yang bersifat terbuka bagi semua
kalangan, tidak hanya mereka yang tinggal di sekitar masjid atau pun jamaah yang biasa di masjid saja, tetapi poliklinik tersebut telah dirancang sebagai balai
pengobatan yang bersifat terbuka untuk semua kalangan masyarakat umat, terutama bagi warga miskin.
Gambar 1. Poliklinik Al Wustho Keberadaan Poliklinik Al Wustho sendiri telah diakui oleh Dinas
Kesehatan Kota Surakarta DKK sebagai balai pengobatan yang melayani praktek dasar medik bagi masyarakat Surakarta, hal ini disyahkan berdasarkan
Surat Keputusan SK Walikota Surakarta tertanggal 21 Februari 2007 dengan No. 503066BP2007 tentang pemberian izin penyelenggaraan Balai
Pengobatan Al Wustho Mangkunegaran. Dengan dukungan dana yang berasal dari para donatur sukarelawan, maka UKM Al Wustho yang telah berganti
nama menjadi Poliklinik Dhua’fa UKM Al Wustho Mangkunegaran tersebut telah mampu bertahan. Sepanjang perjalanannya, poliklinik Al Wustho
mendapat perhatian dan rasa antusias yang cukup tinggi, baik dari masyarakat maupun donatur yang semakin peduli dengan keberadaan UKM Al Wustho.
Sampai saat ini poliklinik Al Wustho telah memiliki 5 orang dokter umum tetap, beberapa orang perawat Ahli Madya Kedokteran, 1 satu orang petugas
administrasi, beserta 1 satu orang apoteker. Rata-rata pasien per hari yang menjalani pemeriksaan dan pengobatan di poliklinik Al Wustho dapat
mencapai 35-40 orang pasien.
B. Wujud Kepedulian Kaum Dhuafa