Pasang Surut Sistem Sungai

26 Tabel 4 Hasil analisis sedimen di Pantai Glayem-Juntinyuat PERTAMINA, 2002. No Parameter Ukuran Jumlah Total 1 Liat 0 – 0.5 µ 2.83 3.08 0.5 – 2 µ 0.25 2 Debu 2 – 10 µ 1.24 2.65 10 – 20 µ 0.33 20 – 50 µ 1.08 3 Pasir 50 – 100 µ 40.36 94.27 100 – 200 µ 10.15 200 – 500 µ 39.18 500 – 1000 µ 4.44 1000 – 2000 µ 0.14 Total 100 100 Rata-rata phi

2.20 Kurtosis

0.71 Skewness

0.80 Sorting

0.46 Koordinat lokasi: 108 25’58.02” BT, 6 24’51.0” LS

2.10.3. Pasang Surut

Pasang surut pasut di perairan Laut Jawa termasuk di lokasi penelitian bukan merupakan pasut yang secara langsung dibangkitkan oleh gaya gravitasi bulan dan bumi, akan tetapi lebih dipengaruhi oleh pasut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Kondisi pasang surut di lokasi penelitian diketahui berdasarkan data dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL, 2009. Akan tetapi data pasang surut khususnya lokasi penelitian tidak ditemui, untuk itu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan data stasiun Cirebon yang terdekat dengan sekitar lokasi penelitian. Unsur-unsur pasut utama dan amplitudo dari stasiun tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Secara kuantitatif jenis pasut ditentukan oleh bilangan Formzahl F, yaitu bilangan yang menyatakan perbandingan antara jumlah komponen pasut harian utama dengan pasut harian ganda mixed tide prevailing semidiurnal. Dengan memperhatikan nilai F dapat diketahui bahwa pasut di perairan lokasi penelitian bertipe campuran dengan dominasi pasut ganda dicirikan dengan nilai F yang berada pada kisaran 0,25-1,50. Jenis pasut ini berarti dalam satu hari terdapat 27 dua kali pasang dan surut, dimana tinggi pasang pertama tidak sama dengan pasang kedua, dan surut pertama juga berbeda dengan surut kedua. Tabel 5 Amplitudo komponen pasut utama di Stasiun Cirebon. No Komponen Pasut Amplitudo cm 1 O 5 1 2 K 14 1 3 M 16 2 4 S 10 2 Nilai F 0.73 Sumber : Analisis data Dishidros TNI AL, 2009

2.10.4. Sistem Sungai

Di daerah lokasi penelitian dimana terdapat jetty terbangun bermuara sebuah Sungai Glayem dengan lebar 15-20 m yang merupakan alur drainase alami dari daerah irigasi di bagian atasnya Gambar 15. Berdasarkan studi Pertamina 2002, daerah tangkapan sungai tersebut relatif kecil hanya beberapa km 2 dan hulunya masih berada pada elevasi rendah, sehingga pasokan sedimen ke Laut Jawa di wilayah penelitian tidak dominan. Gambar 15 Kondisi Sungai Glayem dipandang dari arah laut sumber: Foto survei, Desember 2009. 28

3. METODOLOGI

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di pantai sekitar PPI Glayem-Juntinyuat Kabupaten Indramayu dimana terdapat jetty yang menjorok ke laut sepanjang ~250 m yang dibangun di lokasi tersebut. Pada lokasi penelitian juga bermuara Sungai Glayem yang mempunyai kisaran lebar 15-20 m. Lokasi penelitian dan kondisi pantai di sekitar jetty PPI Glayem-Juntinyuat Kabupaten Indramayu ditunjukkan pada Gambar 16. Gambar 16 Lokasi penelitian dan kondisi pantai di sekitar jetty PPI Glayem- Juntinyuat Kabupaten Indramayu.

3.2. Perolehan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder maupun data primer Tabel 6. Data sekunder merupakan data penunjang yang didapat melalui lembaga maupun instansi terkait. Sedangkan data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui pengambilan sampel di lapangan.