Aspek Eksternal Kelembagaan Pengelola Pemanfaatan Karang Hias

5.3. Pendekatan Pemanfaatan Karang Hias Berkelanjutan 5.3.1. Pendekatan Total Allowable Collect TAC Model matriks populasi mencerminkan tingkat pemanfaatan yang diperkirakan tidak mengakibatkan degradasi ataupun deplesi pada populasi karang hias sehingga berkelanjutan Hodgson, et al. 2006. Pemanfaatan yang berkelanjutan tidak hanya memperhatikan kelimpahan suatu spesies, akan tetapi juga ketersediaan anakan SC1 dan indukan karang SC2, SC3 dan SC4. Kelimpahan koloni berdasarkan ukuran menjadi unsur penting dalam konsep transition matrix model untuk populasi karang. Ukuran koloni SC1 sd SC4 yang dimaksud berbeda dengan ukuran koloni untuk perdagangan SMLXL. SC1 merupakan ukuran juvenil karang 5 cm sedangkan ukuran S small pada perdagangan berkisar 5 - 10 cm sehingga secara otomatis ukuran SC2 5,1 sd 15 cm termasuk didalamnya ukuran S small dan M medium pada perdagangan. Hal ini yang mendasari penentuan TAC diutamakan pada SC2 dan SC3. SC4 tidak menjadi fokus karena dari SC3 ke SC4 laju mortalitas karang akan semakin besar survivorship semakin kecil sehingga dikhawatirkan jika dimanfaatkan akan mempengaruhi keseimbangan populasi, makanya SC4 diutamakan untuk menyuplai juvenil melalui rekruitmen. Hodgson, et al 2006 menjelaskan bahwa konsep transition matrix model untuk populasi karang merupakan komparasi antara pertumbuhan, kematian alami dan tingkat kelangsungan hidup dimana faktor-faktor tersebut berbeda pada setiap ukuran koloni. SC2, SC3, dan SC4 adalah ukuran untuk menyokong rekruitmen, sedang SC1 adalah ukuran yang mengalami pertumbuhan menjadi SC2, SC3 dan SC4, sehingga pada proses SC1 ke SC2 ke SC3 ke SC4 akan sangat dipengaruhi oleh kematian alami dan keberlangsungan hidup Chiappone at al 1996 dan Edmunds, 2000. Perilaku populasi jenis yang cenderung menurun dengan bertambahnya waktu maka diarahkan untuk tidak dimanfaatkan tidak ditentukan TAC-nya, karena dianggap laju kematian yang terjadi secara alami tidak mampu diimbangi oleh pertumbuhan dan rekruitmen jenis tersebut, sehingga jika ada tekanan pemanfaaatan maka tidak akan ada peluang bagi jenis tersebut untuk meningkatkan populasinya. TAC yang ditetapkan merupakan TAC maksimal dari populasi karang hias. Tabel 12. Kecenderungan Tingkah Laku Populasi Karang Hias No Jenis High price Proyeksi Populasi No Jenis Medium price Proyeksi Populasi No Jenis Low price Proyeksi Populasi 1 Euphyllia SG cenderung naik 1 Caulastrea SG cenderung turun 1 Goniopora SG cenderung turun 2 Hydnopora FG cenderung naik 2 Lobophyllia SG cenderung naik 2 Fungia SG cenderung naik 3 Merulina FG cenderung naik 3 Heliofungia SG cenderung naik 3 Polyphyllia SG cenderung naik 4 Porites FG cenderung naik 4 Galaxea SG cenderung naik 4 Favites SG cenderung naik 5 Pocillopora FG cenderung naik 5 Trachyphyllia SG cenderung turun 5 Turbinaria SG cenderung naik 6 Scolymia SG cenderung turun 6 Plerogyra SG cenderung turun 6 Favia SG cenderung naik 7 Blastomussa SG cenderung turun 7 Tubastrea SG cenderung naik 7 Herpolitha SG cenderung naik SG : slow growing 8 Cynarina SG cenderung turun 8 Echinopora SG cenderung naik SG : fast growing 9 Acanthastrea SG cenderung turun Berdasarkan model matriks populasi, jenis-jenis yang cenderung menurun populasinya adalah Scolymia sp, Blastomussa sp, Trachyphyllia sp, Cynarina sp, Acanthastrea sp, Caulastrea sp, Gonipora sp dan Plerogya sp. Caulastrea sp dan Gonipora sp memiliki kelimpahan yang tinggi, namun cenderung menurun dari tahun 2004 ke tahun 2010. Kecenderungan populasi suatu spesies selain ditentukan oleh kelimpahan total, juga tergantung pada komposisi kelimpahan pada masing-masing section class Gomez, et al. 1985. Ketidakseimbangan komposisi kelimpahan pada ketersediaan anakan dan indukan koloni karang tertentu berdampak pada support terhadap rekruitmen. Ketidakseimbangan tersebut berdampak pada menurunnya populasi karena tidak mampu mengimbangi tekanan alami yang ada, yaitu kematian alami, terlebih jika dilakukan exploitasi. Chiappone, at al. 1996 dan Edmunds, 2000. Berdasarkan parameter-parameter tersebut, diperoleh hasil proyeksi kecenderungan tingkah laku populasi karang hias sebagai dasar pemanfaatan berkelanjutan melalui penentuan TAC, sebagaimana yang disajikan pada Tabel.12 . Tabel 13. TAC Total Allowable Collect setiap jenis No High price TAC Maksimal No Medium price TAC Maksimal No Low price TAC Maksimal 1 Euphyllia 6 1 Caulastrea 1 Goniopora 2 Hydnopora 15 2 Lobophyllia 10 2 Fungia 4 3 Merulina 15 3 Heliofungia 6 3 Polyphyllia 6 4 Porites 15 4 Galaxea 7 4 Favites 6 5 Pocillopora 15 5 Trachyphyllia 5 Turbinaria 5 6 Scolymia 6 Plerogyra 6 Favia 2 7 Blastomussa 7 Tubastrea 5 7 Herpolitha 5 8 Cynarina 8 Echinopora 5 9 Acanthastrea Jenis-jenis yang ada dalam kelompok high price memiliki TAC yang tinggi 15, jenis-jenis tersebut termasuk fast growing, kecuali Euphyllia. Berdasarkan kelimpahan, jenis-jenis tersebut cenderung meningkat dari tahun 2004 ke tahun 2010, kecuali jenis Porites dan posisi jenis tersebut dalam perdagangan selalu mendapatkan pesanan yang lebih rendah dibandingkan dua jenis high price lainnya Euphyllia dan Blastomussa sehingga diharapkan nilai TAC maksimal 15 tersebut tidak merubah perilaku populasi karang hias. Dengan bertambahnya waktu. Kelompok jenis medium price memiliki nilai TAC maksimal yang lebih kecil dari 10 kecuali Lobophyllia. Semua jenis pada kelompok ini tergolong slow growing jika merujuk pada tipe pemanfaatan, jenis- jenis seperti Trachyphyllia, Plerogyra, Cynaryna dan Acanthastrea termasuk jenis dipesan dalam jumlah yang cukup tinggi namun kelimpahannya kecil, sehingga TAC maksimalnya ditetapkan tidak melebihi Lobophyllia, Galaxea dan Heliofungia yang kelimpahaanya lebih tinggi. Caulastrea tanpa TAC 0 padahal memiliki kelimpahan yang tertinggi ketiga setelah Goniopora dan Fungia. Fenomena ini telah dijelaskan oleh Gomez, et al. 2006 bahwa kecenderungan populasi suatu spesies tidak hanya ditentukan oleh kelimpahan total akan tetapi juga tergantung pada komposisi kelimpahan pada masing-masing section class. Komposisi jumlah koloni Caulastrea pada masing-masing kelas ukuran mengalami perubahan selama pemanfatan antara tahun 2005 sampai 2007, dimana jumlah koloni yang tersedia di SC2, SC3 dan SC4 lebih kecil dari jumlah koloni yang ada di SC1 dan dianggap pertumbuhan dan rekruitmen yang terjadi tidak dapat mengimbangi laju mortalitas yang terjadi. Untuk kelompok low price, Goniopora sp memiliki kesamaan dengan Caulastrea sp, yaitu tanpa TAC 0. Jenis ini kurang mendapat tekanan pemanfaatan, dimana pengiriman selalu lebih kecil dari pemesanan, sehingga perubahan komposisi jumlah koloni pada masing- masing kelas ukuran lebih karena faktor alam kematian alami. Manfaat lain dari pendekatan TAC dalam pemanfaatan karang hias yang berkelanjutan adalah masukan bagi kebutuhan transplantasi. LIPI sebagai Scientific Authority SA telah menetapkan beberapa jenis dari jenis-jenis tersebut di atas sukses untuk ditransplantasikan, seperti Hydnopora sp, Porites sp, Pocillopora sp, Merulina sp, Caulastrea sp dan Pectinia sp. Kebutuhan besarnya koloni yang dtransplantasikan setara dengan nilai TAC jenis-jenis tersebut, dimana hasil dari transplantasi diproyeksikan sebagai pengganti koloni yang diambil dari alam. Namun upaya transplantasi ini sukses dalam waktu 4 sampai 8 bulan dilakukan untuk jenis-jenis fast growing. Transplantasi untuk jenis slow growing bisa dilakukan namun memerlukan waktu yang lama, yaitu minimal 8 hingga 2 tahun. Dua pendekatan ini bisa dikomparasikan untuk mendukung pemanfaatan karang hias yang berkelanjutan.

5.3.2. Pendekatan Kelembagaan Pengelolaan Pemanfaatan Karang Hias