Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
Nelayan Karang Hias
Pengepul Middlemen
Pengusaha eksportir
IMPORTIR Hobbyist luar
negeri
Hobbyist luar negeri
Hobbyist luar negeri
Hobbyist dalam negeri
Hobbyist dalam negeri
Gambar 3. Jalur Perdagangan Karang Hias Nelayan melakukan pengumpulan dengan menyelam bebas hookah atau
menggunakan persediaan udara permukaan memakai kompressor, sebagian kecil jenis tertentu dapat dikumpulkan di terumbu karang yang datar dengan cara
snorkling. Nelayan sering menjelajahi daerah yang luas dari kawasan terumbu karang untuk mendapatkan jenis yang diinginkan, pengambilan biasanya selektif
sesuai dengan kriteria pemesanan warna dan ukuran koloni. Koloni karang ini harus segera dipindahkan ke fasilitas penampungan farm. Nelayan umumnya
memiliki farm dilaut yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka, sedangkan pengepul umumnya memiliki farm yang dibangun didarat. Pada beberapa daerah
di Indonesia, nelayan yang mampu membangun komunikasi langsung dengan ekspotir dapat saja menjual langsung karang-karang hias yang telah dikumpulkan
ke eksportir tersebut, pada salah satu kelompok nelayan di Kabupaten Pesawaran yang menjual langsung karang-karangnya ke eksportir yang ada di Jakarta.
Nelayan umumnya konsisten menjual karang hias kepada satu pengepul atau eksportir, sedangkan pengepul kebiasaannya menjalin hubungan dagang dan
menjual karang hias kepada beberapa eksportir. Menurut Green and Shirly 1999 perusahaan pengimpor karang hias
melakukan perdagangan dengan pihak eksportir menggunakan sistem free – on –
board FOB, dimana harga yang digunakan dalam sistem FOB adalah nilai jual satuan dari spesimen karang yang dibayar menggunakan dollar.
2.4. Pengelolaan Perikanan Karang Hias 2.4.1. Peraturan Internasional yang Mengatur Perdagangan Karang Hias
Pengaturan tata cara peredaranperdagangan secara Internasional ke luar negeri dilaksanakan sesuai ketentuan CITES, yang dilakukan antara lain dengan
memperhatikan kelangsungan potensi lestari, daya dukung dan keanekaragaman jenisnya serta pengaturan dan pengawasan sesuai dengan kuota dan perizinan
yang berlaku. The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora CITES mengatur perdagangan spesies-spesies internasional yang bertujuan menghindarkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari kepunahan di
alam melalui pengembangan sistem pengendalian dan perdagangan jenis-jenis satwa dan tumbuhan serta produk - produk secara Internasional. Pengendalian
berdasarkan pada kenyataan bahwa eksploitasi untuk kepentingan komersial terhadap sumberdaya satwa dan tumbuhan liar merupakan salah satu ancaman
terbesar terhadap kelangsungan hidup suatu jenis setelah kerusakan habitat. Ada 5 hal pokok yang mendasari terbentuknya konvensi tersebut, yaitu :
1 Perlunya perlindungan jangka panjang terhadap satwa dan tumbuhan liar; 2 Meningkatnya nilai sumberdaya satwa dan tumbuhan liar bagi manusia;
3 Peran masyarakat dan negara dalam usaha perlindungan tumbuhan dan satwa liar;
4 Makin mendesaknya kebutuhan suatu kerjasama internasional untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari over eksploitasi melalui kontrol
perdagangan internasional; 5 Guna mencapai tujuan tersebut, maka jenis-jenis atas dasar kelangkaanya
ditentukan oleh Konferensi Negara Pihak Conference of Parties – COP
CITES digolongkan dalam 3 tiga kelompok atau appendiks yaitu appendiks I, appendiks II dan appendiks III.
CITES pada tahun 1985 memasukkan karang hias kedalam appendix II yang artinya walaupun perdagangan internasional jenis-jenis karang hias adalah legal,
namun perdagangannya harus dikontrol secara internasional dan ketat untuk mencegah
kemungkinan terjadinya
eksploitasi berlebihan
yang dapat