Penilaian PWH TINJAUAN PUSTAKA

9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dulsalam 1998 di PT Oceanias Timber Products A dan PT Segara Inochem B di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pada perusahaan A dengan rata-rata produksi adalah sebesar 3146,64 m 3 , dan kerapatan jalan hutan 9 mha, menghasilkan rata-rata keterbukaan tegakan akibat pembuatan jalan hutan adalah sebesar 425 m 2 ha 4, sedangkan di perusahaan B dengan produksi 3562,86 m 3 , dan kerapatan jalannya adalah sebesar 12 mha, diperoleh rata-rata keterbukaan tegakan akibat pembuatan jalan hutan adalah sebesar 594 m 2 ha atau 6.

2.3 Penilaian PWH

Parameter PWH digunakan untuk mengetahui baik tidaknya kualitas jaringan jalan hutan yang sudah dibuat maupun yang akan direncanakan. Parameter PWH terdiri atas kerapatan jalan WD, spasi jalan WA, persen PWH E, jarak sarad rata-rata RE, faktor koreksi PWH KG, dan keterbukaan tegakan akibat pembukaan wilayah hutan. Kerapatan jalan merupakan panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per hektar mha. Tingkat kerapatan jalan akan menentukan banyaknya hasil hutan yang diangkut melalui jalan tersebut. Pada potensi produksi yang sama, makin besar tingkat kerapatan yang dibuat maka hasil hutan yang diangkut melalui jalan tersebut makin kecil Dulsalam 1994. Spasi jalan adalah jarak rata-rata antara jalan angkutan kayu yang dinyatakan dalam satuan meter atau hektometer. Jarak sarad rata-rata dibagi menjadi tiga, yaitu jarak sarad rata-rata secara teoritis REo, jarak sarad rata-rata terpendek sebenarnya REm, dan jarak sarad rata-rata sebenarnya REt. REo adalah jarak terpendek rata-rata secara teoritis dari tempat penebangan sampai dengan jalan angkut. REm adalah jarak terpendek rata-rata dari tempat penebangan sampai dengan jalan angkut terdekat di lapangan. REt adalah jarak sarad rata-rata yang sebenarnya ditempuh di lapangan dari tempat penebangan sampai dengan tempat pengumpulan kayu TPn landing atau jalan angkut. Faktor koreksi PWH dibagi menjadi faktor koreksi jaringan jalan Vcoor dan faktor koreksi jarak sarad Tcoor. Perkalian antara Vcoor dengan Tcoor merupakan faktor koreksi PWH. Vcoor adalah perbandingan antara jarak sarad rata-rata terpendek ke jalan angkut dengan jarak sarad rata-rata secara teoritis dari 10 model ideal PWH. Tcoor adalah perbandingan antara jarak sarad rata-rata sebenarnya di lapangan dengan jarak sarad rata-rata terpendek di lapangan. Persen PWH adalah perbandingan antara luas wilayah yang terbuka terlayani atau dapat dijangkau dengan mudah dengan adanya PWH dengan luas total hutan yang dinyatakan dalam persen. Tabel 4 adalah penilaian kualitas PWH jika dilihat dari nilai persen PWH-nya. Tabel 4 Parameter penilai kualitas PWH E Vcoor Penilaian kualitas PWH 65 1,54 Tidak baik 65 – 70 1,54 - 1,43 Cukup baik 70 – 75 1,43 – 1,33 Baik 75 – 80 1,33 – 1,25 Sangat baik 80 1,25 Luar biasa baik Keterangan : E = persen PWH Vcoor = faktor koreksi PWH Sumber : Elias 2008 Kemiringan maksimum memanjang jalan di lapangan tidak boleh melebihi 10 untuk jalan koridor, 15 untuk jalan utama, dan 18 untuk jalan cabang dan jalan ranting. Jari-jari belokan minimum jalan hutan adalah 25 m Elias 2008. Kerusakan tegakan akibat PWH merupakan perkalian antara panjang jalan dan lebar jalan yang telah dibuka dibagi dengan luas petak tebangan dalam bentuk persen. Kerapatan jalan adalah perbandingan antara panjang jalan m dengan luas areal unit kerja produksi ha dengan satuan mha. Intensitas PWH ditentukan dengan mempertimbangkan potensi tegakan hutan, intensitas kerja, keadaan lapangan, dan kepentingan kondisi lahan hutan Dephut 1993. Menurut Elias 2008, intensitas PWH pada umumnya dinyatakan dalam kerapatan jalan hutan mha, yang terdiri atas kerapatan jalan utama, jalan cabang, dan jalan ranting. Intensitas PWH digunakan untuk memenuhi tuntutan mewujudkan prasyarat-prasyarat pengelolaan hutan secara lestari yang dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu : 1. PWH intensitas rendah, kerapatan jalannya 15 mha. 2. PWH intensitas sedang, kerapatan jalannya berkisar antara 16-30 mha. 3. PWH intensitas tinggi, kerapatan jalannya 30 mha. 11 Intensitas PWH dalam pengelolaan hutan di Indonesia pada umumnya termasuk rendah sampai sedang. Contoh PWH hutan jati dan hutan rimba di Jawa termasuk PWH dengan intensitas rendah. PWH hutan alam tropika tanah kering yang diusahakan dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan HPH di Kalimantan dan Sumatera pada umumnya termasuk PWH dengan intensitas sedang, dan pada Hutan Tanaman Industri HTI untuk bahan baku pulp dan kertas di Sumatera Selatan dan Riau termasuk PWH dengan intensitas tinggi Elias 2008. Berdasarkan Departemen Kehutanan Dephut pada tahun 1993, spesifikasi jalan hutan untuk jalan induk dan jalan cabang adalah sebagai berikut : a. Jalan induk dengan pengerasan mempunyai spesifikasi : 1 Umur permanen 2 Sifat segala cuaca 3 Lebar jalan berikut bahu 12 m 4 Lebar permukaan yang diperkeras 6-8 m 5 Tebal pengerasan 20-50 cm 6 Tanjakan menguntungkan maksimum 10 7 Tanjakan merugikan maksimum 8 8 Jari-jari belokan minimum 50-60 m 9 Kapasitas muatan minimum 60 ton b. Jalan induk tanpa pengerasan dengan spesifikasi : 1 Umur 5 tahun 2 Sifat musim kering 3 Lebar jalan berikut bahu 12 m 4 Tanjakan menguntungkan maksimum 10 5 Tanjakan merugikan maksimum 8 6 Jari-jari belokan maksimum 50-60 m 7 Kapasitas muatan minimum 60 ton c. Jalan cabang dengan pengerasan dengan spesifikasi : 1 Umur 5 tahun 2 Sifat segala musim 3 Lebar jalan berikut bahu 8 m 12 4 Lebar permukaan yang diperkeras 4 m 5 Tebal pengerasan 10-20 cm 6 Tanjakan menguntungkan maksimum 12 7 Tanjakan merugikan maksimum 10 8 Jari-jari belokan minimum 50 m 9 Kapasitas muatan minimum 60 ton d. Jalan cabang tanpa pengerasan dengan spesifikasi : 1 Umur 5 tahun 2 Sifat musim kering 3 Lebar jalan berikut bahu 12 m 4 Tanjakan menguntungkan maksimum 10 5 Tanjakan merugikan maksimum 8 6 Jari-jari belokan minimum 50-60 m 7 Kapasitas muatan minimum 60 ton

2.4 Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari PHAPL