Ekstraksi Senyawa Bioaktif Pramadhany, 2006 dalam Romansyah, Uji Aktivitas Antioksidan Salazar-Aranda et al., 2009

d Kadar protein AOAC, 2005 Sampel rumput laut ditimbang kurang lebih 1,5 gram kemudian masukkan ke dalam labu kjeidhal 100 ml. Sebanyak 0,25 gram selenium dan 10 ml H 2 SO 4 kemudian didestruksi pemanasan hingga mendidih sampai larutan menjadi jernih kehijau-hijauan. Larutan tersebut didinginkan, sebanyak 10 ml ditambahkan 100 ml aquades. Destilasi dengan desilator dengan suhu 100 C dengan menambahkan 10 ml NaOH 40. Hasil desilasi dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi 100 ml asam borat 4. Larutan yang telah didestilasi kemudian dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1013 N sampai terjadi perubahan warna merah muda kembali. Perhitungan kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan formula : N = ml HCl − ml blanko x N HCl x 14.000 x 10 gram sampel x 1000 x 100 Kadar protein = N x 6.25

3.3.4 Ekstraksi Senyawa Bioaktif Pramadhany, 2006 dalam Romansyah,

2010 Metode ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi tunggal. Ekstraksi tunggal ini menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda yaitu heksana p.a untuk pelarut nonpolar, etil asetat p.a untuk pelarut semipolar serta metanol p.a untuk pelarut polar. Sampel rumput laut kemudian ditimbang sebanyak 25 gram. Sampel tersebut kemudian dipotong- potong menjadi kecil untuk memperluas permukaannya sehingga akan memperluas kontak dengan pelarut. Hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan proses ekstraksi komponen bioaktif Sudirman, 2011. Sampel rumput laut yang telah dipotong kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer untuk diberi pelarut sebanyak 100 ml. Masing-masing sampel rumput laut diberi dengan pelarut yag berbeda. Perbandingan sampel rumput laut dengan pelarut adalah 1 : 4 wv. Maserasi selama 1x24 jam campuran sampel dan pelarut dengan menggunakan orbital shaker. Hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring whatman 42 yang akan menghasilkan filtrat dan residu. Filtrat kemudian dievaporasi pada suhu 50 C. Hasil dari evaporasi ini adalah tiga ekstrak kasar yang masing-masing dari pelarut berbeda yaitu ekstrak kasar heksana p.a, ekstrak kasar etil asetat p.a dan ekstrak kasar metanol p.a. Diagram alir proses ekstraksi bertingkat dapat dilihat pada Gambar 7.

3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Salazar-Aranda et al., 2009

Uji aktivitas antioksidan rumput laut dari masing-masing ekstrak kasar pelarut yang berbeda menggunakan metode DPPH 1,1 diphenyl 2-picryhydrazil yang diacu dalam Salazar-Aranda, et al.2009 dengan modifikasi. Ekstrak kasar dari masing-masing pelarut diencerkan berbagai konsentrasi dengan larutan etanol. Larutan DPPH dibuat dengan menggunakan kristal DPPH sebanyak 1,25 mg yang dilarutkan dalam larutan etanol 25 ml. Larutan heksana p.a, etil asetat p.a, dan metanol p.a dicampurkan dengan larutan DPPH dalam microwell. Perbandingan volume yang digunakan adalah 1:1 vv yaitu 200 µl dengan komposisi 100 µl larutan DPPH dan l00 µl dari masing-masing konsentrasi larutan. Larutan tersebut diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit dan diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 517 nm. Gambar 7. Proses Ekstraksi Kasar Rumput Laut Pramadhany, 2006 dalam Romansyah, 2010 Rumput laut sebanyak 25 gram Penambahan 100 ml heksana p.a Penambahan 100 ml etil asetat p.a Penambahan 100 ml metanol p.a Filtrasi Residu Filtrat Evaporasi Ekstrak kasar heksana p.a Ekstrak kasar etil asetat p.a Esktrak kasar metanol p.a Maserasi 1 x 24 Jam Pembanding yang digunakan adalah vitamin C yang diencerkan dengan berbagai konsentrasi. Larutan blanko dibuat dengan menggunakan 100 µl etanol dan 100 µl larutan DPPH. Diagram alir uji aktivitas antioksidan disajikan pada Gambar 8. Aktivitas antioksidan masing-masing larutan pada setiap konsentrasi dan larutan Vitamin C dinyatakan dengan persentase penghambatan radikal bebas persen inhibisi yang dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : inhibisi = absorbansi blanko − absorbansi sampel absorbansi blanko x 100 Nilai konsentrasi sampel dari masing-masing larutan heksana, etil asetat, dan metanol dan pembanding vitamin C serta hambatan radikal bebas inhibisi diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan y = a +bx yang digunakan untuk mencari nilai IC 50 inhibator concentration 50 dengan y sebesar 50 dan x menyatakan nilai IC 50 . Nilai IC 50 menyatakan bahwa konsentrasi larutan yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50 Safitri, 2010. Gambar 8. Proses Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH Perhitungan nilai IC 50 Pengukuran dan perhitungan nilai absorbansi Inkubasi Pencampuran dengan DPPH Pengenceran Pembuatan larutan stok Ekstrak kasar masing-masing larutan 28

4. HASIL DAN PEMBAHASAN