Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, serta Papua yang sebagian besar dipromosikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Anugrah et al,. 2008.
Salah satu perbedaan cara penanaman padi pada S.R.I. adalah kondisi tanah yang tidak tergenang. Proses penggenangan mempengaruhi nilai Eh tanah,
nilai Eh tanah menggambarkan kondisi oksidasi-reduksi dalam tanah. Reaksi redoks terjadi pada hampir semua tanah, reaksi oksidasi berkaitan dengan kondisi
dengan tanah berdrainase baik, sedangkan proses reduksi berkaitan dengan kondisi tanah dengan sistem dreinase yang buruk atau terdapat air yang berlebih
seperti pada kondisi sawah. Kondisi redoks tanah mempengaruhi stabilitas senyawa-senyawa besi dan mangan. Mangan dan besi di dalam tanah memiliki
karakteristik yang unik, kelarutannya sangat dipengaruhi oleh nilai potensial redoks E
h
, bentuk mangan dan besi dalam tanah dan penambahan bahan organik. Akibat proses penggenangan pada budidaya konvensional, maka nilai Eh tanah
akan turun yang mengakibatkan meningkatnya besi dan mangan dalam tanah yang berpotensi meracuni tanaman padi.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan potensial redoks dengan perilaku Fe dan Mn serta pertumbuhan dan produksi padi pada empat sistem
pertanian padi yaitu konvensional, S.R.I. System of Rice Intensification anoganik, S.R.I.-organik dan S.R.I.-semi organik.
1.3 Hipotesis
Sistem pertanian padi yang berbeda akan memiliki sifat kimia tanah dan hasil produksi yang berbeda. Sistem pertanian padi S.R.I. akan memiliki sifat
kimia tanah dan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertainan kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Bukti
sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi padi di Zhejiang Cina sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil bulir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur
Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam. Pusat
penanaman padi di Indonesia adalah Pulau jawa, Bali, dan Sulawesi Siregar 1981.
Tanaman padi tumbuh di daerah tropissubtropis pada 45
o
LU-45
o
LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan per
tahun. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mmbulan atau 1500-2000 mmtahun. Padi memerlukan ketinggian sekitar 0-650 m dpl dengan temperatur
22-27
o
C. Padi sawah ditanam pada tanah berliat berat dan berlumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH antara 4.0-7.0 Aksi Agraris Kanisius 1990.
Matsushima 1963 membagi periode pertumbuhan tanaman padi menjadi dua periode, yaitu periode pertumbuhan vegetatif dan periode pertumbuhan
generatif. Fase vegetatif dibagi menjadi fase vegetatif aktif dan fase vegetatif lambat. Fase vegetatif aktif dimulai dari transplanting sampai jumlah anakan
maksimum. Selama fase ini jumlah anakan, tinggi tanaman dan berat jerami terus meningkat. Peningkatan jumlah anakan pada fase ini juga terjadi dengan cepat.
Fase vegetatif lambat dimulai dari jumlah anakan maksimum sampai dengan pertumbuhan malai. Beberapa anakan pada fase ini mati dan jumlah anakan
keseluruhan akan berkurang. Kenaikan tinggi tanaman dan berat jerami terus meningkat akan tetapi tidak secepat pada saat fase vegetatif aktif.
Menurut Matsushima 1963 periode pertumbuhan generatif dibagi menjadi dua, yaitu fase pemanjangan malai yang dimulai dari inisiasi malai
sampai antesis dan fase pembuahan dari saat setelah antesis sampai matang. Umumnya varietas berumur pendek akan matang kira-kira 35-40 hari setelah
antesis.
2.2 System of Rice Intensification S.R.I.