permukaan perairan yang terjadi sebagai respon dari adanya input antropogenik dalam hal nutrien penting bagi tanaman terutama fosfor. Konsentrasi
fitoplankton umumnya digunakan sebagai indikator dari produksi tanaman mikroskopis ini seperti produksi primer atau tingkat tropik.
C. Biomassa Fitoplankton
Biomassa fitoplankton didefinisikan sebagai bobot atau berat dari fitoplankton per unit volume atau luas area air. Unit ukur yang digunakan dalam
pengukuran standing stok adalah µgl, mgm
2
, kghektar, dan lain-lain, dimana berat harus jelas apakah berat kering, basah atau karbon Parsons et al., 1984.
Biomassa fitoplankton dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya metode POC Particulate Organic Matter, metode ATP Adenosine
Triphosphate, metode klorofil-a dan pigmen-pigmen fotosintesis lainnya, serta metode Optical density.
Penentuan biomassa fitoplankton dengan metode klorofil-a mempunyai beberapa keuntungan Ourlake.Org, 2001, yaitu: 1 pengukuran relatif sederhana
dan langsung; 2 menggabungkan semua tipe dan umur sel; 3 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup dari sel; dan 4 dapat dihubungkan secara kuantitatif
dengan karakteristik optik yang penting dari perairan. Meskipun demikian, konsentrasi klorofil-a merupakan penentu biomassa fitoplankton yang kurang
sempurna karena kandungan selular dari pigmen ini tergantung pada komposisi komunitas fitoplankton dan kondisi lingkungan. Untuk mendapatkan data yang
lebih akurat perlu dilakukan pengukuran biovolume dan struktur komunitas fitoplankton serta analisis kualitas air.
Curtis 1978 menyatakan bahwa klorofil-a adalah suatu molekul berukuran besar dengan atom Mg sebagai pusatnya yang terkait dalam cincin
porphyrin . Pada cincin porphyrin tersebut menempel suatu rantai hidrokarbon
yang panjang dan sulit larut yang berfungsi sebagai jangkar molekul tersebut ke membran dalam kloroplas. Sementara menurut Kusnawijaya 1983 in Prasanto
1997, klorofil-a adalah suatu senyawa yang memiliki struktur seperti butir darah merah hemin dengan perbedaan pada intinya, butir darah merah memiliki inti Fe
sedangkan klorofil-a memiliki Mg sebagai atom pusatnya. Klorofil-a terdiri dari 6
empat cincin pirol yang dihubungkan oleh ikatan metin. Pada cincin pirol IV terdapat gugus propionate yang berada diantara dua atom hidrogen yang labil
dimana disana tergabung molekul alkohol fitol yang sifatnya sebagai donor elektron pada proses fotosintesis. Rumus kimia klorofil-a adalah C
55
H
72
O
5
N
4
Mg Weyl, 1970.
Kusnawijaya 1983 in Prasanto 1997 menyatakan bahwa dikenal beberapa macam klorofil, yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, dan klorofil-d.
Klorofil-a terdapat pada semua jenis alga, klorofil-b terdapat pada Cyanophyceae, Diatomae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Sedangkan klorofil-c hanya
ditemukan pada organisme Phaeophyceae, dan klorofil-d pada Rhodophyceae Prasanto, 1997. Pada Tabel 1. dapat dilihat divisi-divisi tumbuhan laut beserta
kandungan pigmen fotosintesisnya menurut Basmi 1995.
Tabel 1. Divisi tumbuhan laut beserta kandungan pigmen fotosintesisnya Basmi, 1995
No Divisi Nama Umum Karakteristik
Pigmen Fotosintetik 1
Chrysophyta Algae Coklat-
Emas, Coccolithofora, Diatom, Silikoflagellata
Planktonikbentik Klorofil-a, Klorofil-c, Santofil,
Karoten 2
Xanthophyta Bentik
Klorofil-a, Santofil, Karoten 3
Pyrrophyta dinoflagellata
Planktonik Klorofil-a, Klorofil-c, Santofil,
Karoten 4
Euglenophyta
Euglenoida Planktonikbentik
Klorofil-a, Klorofil-b, Santofil, Karoten
5
Chlorophyta
alga hijau Umumnya bentik Klorofil-a, Klorofil-b, Karoten
6 Cyanophyta
alga hijau biru Umumnya bentik Klorofil-a, Karoten, Fikobilin
7 Phaeophyta
alga coklat Umumnya bentik
Klorofil-a, Klorofil-c, Santofil, Karoten
8
Rhodophyta
alga merah Bentik
Klorofil-a, Karoten, Fikobilin
Sementara itu menurut Dring 1990, klorofil terdiri dari lima jenis, yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c
1
, klorofil c
2
, dan klorofil-c
3
, yang dapat ditemukan pada berbagai kelompok algae laut. Keberadaan klorofil-klorofil tersebut pada
beberapa kelompok algae laut dapat dilihat pada Tabel 2. 7
Tabel 2. Keberadaan berbagai jenis klorofil pada beberapa kelompok algae laut Dring, 1990
Klorofil Chlorophytes
Chromophytes Algae
Merah Prokariota
Vol Prs
Ulv Sph
Phe Cry
Prm Bac
Eus Rap
Pyr Crp
Cyn Pcl
a +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
b +
+ +
+ +
a
+ c
1
+
b
+ +
+ +
+
a
c
2
+ +
c
+ +
+ +
+ c
3
+ +
+
Keterangan : + fungsi pemanfaatan cahaya didemonstrasikan, terdapat pada sebagian besar anggota kelompok
+ pigmen hanya terdapat pada beberapa anggota kelompok a
dianggap disebabkan kerena adanya proses endosimbiosis alga hijau Watanabe et al., 1987 atau chrysophytes Jeffrey Wright, 1987
b Wilhelm 1987, 1988 c klorofil c
2
mungkin absent pada chrysophytes air tawar Andersen Mulkey, 1983 Chlorophytes:
Vol =Volvocacales + alga hijau utama lainnya, Prs=Prasinophytes, Ulv=Ulvales,
Sph =Siphonales
Chromophytes: Phe=Phaeophyta, Cry
=Chrysophyceae, Prm
=Primnesiophyceae, Bac
=Bacillariophyceae, Eus
=Eustigmatophyceae, Rap=Raphydophyceae, Pyr
=Pyrrophyta, Crp
=Cryptophyta Alga merah:
Rhodophyta Prokariota:
Cyn =Cyanophyta Cyanobacteria, Pcl=Prochloron
Dari berbagai jenis pigmen fotosintesis yang disajikan dalam Tabel 1 dan 2, dapat dilihat bahwa klorofil-a merupakan satu-satunya pigmen fotosintesis yang
ditemukan pada semua organisme autotrof dalam proses yang melibatkan O
2
Cullen 1982 in Geider dan Osborne, 1992. Dring 1990 menyatakan bahwa klorofil-a merupakan satu-satunya pigmen yang dapat mendistribusikan energi
cahaya yang mereka serap kepada proses fotosintesis, sementara pigmen-pigmen lainnya hanya mentransfer energi cahaya yang diserapnya ke klorofil-a. Oleh
karena itu, secara umum dipercayai bahwa klorofil-a merupakan pigmen yang terlibat secara langsung dalam proses transformasi energi cahaya menjadi energi
kimia Curtis, 1978. Aminot dan Rey 2000 menyebutkan bahwa klorofil-a menyerap sinar
tampak pada panjang gelombang kurang dari 460 nm biru dan 630-670 nm merah. Tingkat penyerapan cahaya pada klorofil-a dapat dilihat pada Gambar 3,
serta perbandingan tingkat penyerapan antara klorofil-a dengan pigmen-pigmen fotosintesis lainnya pada Gambar 4.
Gambar 3. Tingkat penyerapan cahaya pada klorofil-a Steer, 2002
Gambar 4. Tingkat penyerapan cahaya pada pigmen fotosintesis Purves, 1998
Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton sehingga konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam
konsentrasi klorofil-a Parsons et al., 1984. Konsentrasi klorofil-a di perairan dapat mewakili biomassa dari algae atau fitoplankton. Jumlah klorofil-a pada
setiap individu fitoplankton tergantung pada jenis fitoplankton, oleh karena itu komposisi jenis fitoplankton sangat berpengaruh terhadap klorofil-a di perairan
Effendi dan Susilo, 1998. Struktur molekul klorofil-a, dan b, dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur molekul klorofil-a dan klorofil-b Curtis, 1978
Menurut Arinardi 1996, tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a fitoplankton dapat digunakan sebagai petunjuk kelimpahan sel fitoplankton dan
juga potensi organik di suatu perairan. Klorofil-a digunakan sebagai indikator dari kelimpahan fitoplankton, sementara kelimpahan fitoplankton berhubungan dengan
siklus alami dari ketersediaan nutrien dan dengan input nitrat dan fosfat omp.gso.uri.edu, 2002. Kandungan klorofil-a fitoplankton di suatu perairan
dapat digunakan sebagai ukuran biomassa fitoplankton dan dijadikan petunjuk dalam melihat kesuburan perairan. Kualitas perairan yang baik merupakan tempat
hidup dan berkembang yang baik bagi fitoplankton, karena kandungan klorofil-a fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas
suatu perairan Ardiwijaya, 2002. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton untuk seluruh perairan
Indonesia adalah sebesar 0,19 mgm
3
. Nilai rata-rata selama musim timur adalah sebesar 0,24 mgm
3
, sedikit lebih besar daripada kandungan klorofil-a pada musim barat yaitu 0,16 mgm
3
Nontji, 1974 in Arinardi, 1996. 10
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fitoplankton