Kepadatan Variasi pola makan karang Fosfat

10 kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu ahermatipik dan tidak bersimbiosis dengan zooxanthellae. Veron 1995 mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami pristine. Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang coral bleaching yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95.

2.8 Kepadatan

zooxanthellae Kepadatan zooxanthellae di dalam jaringan karang bervariasi sesuai dengan jenis karangnya. Kepadatan zooxanthellae berkisar antara 1–2,5 juta selcm 2

2.9 Variasi pola makan karang

Drew 1972; Muscatine et al. 1985 in Jones Yelleowlees 1997. Kepadatan zooxanthellae juga berbeda pada masing-masing kedalaman. Drew 1972 mengatakan bahwa kepadatan maksimum zooxanthellae ditemukan pada kedalaman antara 10–12 m. Hal ini tergantung pada tingkat nutrisi dan ruang yang disediakan hewan inang. Zooxanthellae berkembangbiak dengan pembelahan mitosis sampai pada batas tertentu tergantung pada laju metabolisme hewan inang Taylor 1969 in Nganro 1992. Di samping itu pengurangan kepadatan zooxanthellae yang bersimbiosis dengan karang dapat dijadikan indikator bahwa telah terjadi stres lingkungan terhadap hewan karang. berkurangnya konsentrasi klorofil zooxanthellae pada tubuh hewan karang juga merupakan indikator menurunnya kesehatan hewan karang Yakin K 2006. Pola makan karang secara umum dapat dibagi dalam 5 kategori: 1Sebagian besar makanan 30-90 berasal dari zooxanthellae hasil fotosintesis. 2Kegiatan pola makan lainnya adalah predasi, yang menyediakan, rata-rata, 10-40 dari keseluruhan biomassa makanan. Hasil predasi ini, 100 habis digunakan untuk mengganti metabolisme pada siang hari, 3 Memakan partikel atau memfiltrasi sedimen. semua karang scleractinian mampu makan partikel ,caranya memfilter dari air seperti bakteri, fitoplankton, sisa-sisa hewan dan tanaman, detritus, dan bahkan beberapa suspensi netral seperti grafit atau noda, 4 Memakan zat-zat 11 organik terlarut dengan cara osmotik, 5 Memakan zooxanthellae. kondisi ini biasa terjadi jika penentrasi cahaya rendah. Jumlah sel yang dimakan sama dengan jumlah sel yang baru membela. Ini merupakan bentuk adaptasi. Proses ini berlangsung di gastrodermis

2.10 Faktor lingkungan dan kehidupan karang

Titlyanov Titlyanova 2002. Zooxanthellae adalah alga bersel satu golongan dinoflagellata. Sebagai alga sumber cahaya sangat merupakan faktor pembatas. Masukan zat padat ke perairan atau meningkatnya fitoplankton di perairan sangat mengurangi penetrasi cahaya yang masuk. Intensitas cahaya juga mempengaruhi suhu, salinitas lingkungan perairan.

2.10.1 Suhu

Bila hewan inang mengalami stres akibat perubahan lingkungan, zooxanthellae akan keluar dari inang dan berenang bebas di air laut, Perubahan suhu mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi, sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme antara zooxanthellae dengan inangnya Gladfelter 1985. Kenaikan suhu mempercepat laju respirasi lebih besar dari pada laju fotosintesis. Muscatine 1985 mengatakan bahwa karang tidak dapat memberikan nutrien yang cukup kepada simbionnya pada suhu yang tinggi. Perubahan suhu air laut secara mendadak atau dalam waktu lama dapat menyebabkan keluarnya zooxanthellae dari inangnya yang lama-kelamaan mengakibatkan kematian inang. Demikian pula suhu dapat mempengaruhi laju respirasi dan fotosintesa seperti dijelaskan di atas. Karang tumbuh dengan baik optimum pada suhu antara 25 – 28

2.10.2 Salinitas

C. Zat terlarut meliputi garam-garam organik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas tertentu. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Satu contoh, air laut seberat 1000 gram akan berisi kurang lebih 35 gram senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5 air laut berupa air murni dan 3,5 zat terlarut. Perbandingan ion-ion utama boleh dikatakan tetap Nybakken 1987 Sama halnya dengan suhu, menurun atau 12 naiknya salinitas secara mendadak dapat mengakibatkan kematian karang. Kisaran optimum salinitas untuk pertumbuhan karang ialah antara 25 -40

2.10.3 Total suspended solid TSS

00. Total Padatan Tersuspensi atau sering disebut TSS adalah semua zat padat pasir, lumpur, dan tanah liat atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air berupa komponen biotik fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,dll, ataupun komponen abiotik detritus dan partikel-partikel anorganik Lestari 2009. Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan dan bergantung pada warna dan kekeruhan. Tabel 1 Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan kadar TSS Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 2004. No Total Padatan Tersuspensi ppm Kriteria 1 Kurang dari 20 Belum tercemar 2 20-49 Tercemar ringan 3 50-100 Tercemar sedang 4 Di atas 100 Tercemar berat

2.10.4 Kecerahan dan Cahaya.

Kecerahan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari dan partikel tersuspensi. Naiknya konsentrasi partikel tersuspensi di air menyebabkan kontraksi polip, meningkatnya sekresi mucus, menipisnya jaringan karang dan keluarnya zooxanthellae. Bila keadaan ini berlangsung lama akan mengakibatkan kematian karang Yamazato 1986. Keadaan awan di suatu tempat mempengaruhi pertumbuhan karang Goreau 1959. Menurut Kanwisher dan Wainwright 1967 titik kompensasi binatang karang terhadap cahaya adalah pada intensitas antara 200 – 700 f.c atau umumnya antara 300 -500 f.c.

2.11 Fosfat

Jumlah fosfor P yang diperlukan oleh blue-green algae makhluk hidup air penyebab algal blooming untuk tumbuh, ternyata hanya dengan konsentrasi 10 part per billion ppbsepersatu miliar bagian fosfor saja blue-green algae sudah bisa tumbuh. Tidak heran kalau algal blooming terjadi di banyak ekosistem air. 13 Dalam tempo 24 jam saja populasi alga bisa berkembang dua kali lipat dengan jumlah ketersediaan fosfor yang berlebihan akibat limbah fosfat di atas. Keberadaan fosfor di perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam pembentukan protein dan metabolisme bagi organisme. Fosfor juga berperan dalam transfer energi di dalam sel misalnya adenosine triphosfate ATP dan adenosine diphosphate ADP. Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat yang merupakan bentuk yang paling sederhana di perairan Boyd, 1982. Fosfor dalam perairan tawar ataupun air limbah pada umumnya bentuk fosfat berupa ortofosfat, yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Menurut Perkins 1974 in Erna 2008, kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mgl, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapat pemupukan fosfat. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu air laut tertuang dalam tabel dibawah ini. Tabel 2 Baku Mutu Air Laut untuk biota laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun 2004. Fluktuasi asupan nutrien ke perairan pesisir di pengaruhi oleh musim, dimana pada musim hujan asupan nutrien lebih tinggi dibandingkan pada saat musim kemarau selain itu asupan nutrien bisa juga berasal dari perairan laut disekitarnya Damar 2003.

2.12 Nutrien dan kehidupan karang