1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang adalah sumberdaya yang mudah terserang oleh berbagai gangguan. Hal ini disebabkan karena hewan karang hermatifik
pembangun terumbu bersifat sesil di mana tidak dapat menghindari gangguan atau ancaman dari luar. Secara umum, sumber ancaman terumbu karang berasal
dari bencana alam seperti badai, tsunami, gempa dan berasal dari aktivitas manusia seperti penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, polusi, dan
pembangunan wilayah pesisir yang tanpa mempertimbangkan daya dukung sumberdaya alam.
Tingginya pembangunan wilayah pesisir di daratan tidak dapat dihindari, memberi dampak bagi ekosistem perairan termasuk ekosistem terumbu karang.
Hampir 60 kerusakan karang dunia disebabkan oleh aktifitas manusia Bryant at al. 1998 in Glick 1999.
Ekosistem terumbu karang adalah suatu habitat di laut yang penting artinya ditinjau dari berbagai hal, salah satunya diantaranya adalah segi biologi bahwa
keanekaragaman biota laut yang tinggi di perairan tropis ditemuka n di dalam ekosistem ini. Hal ini dikarenakan terumbu karang dapat berfungsi sebagai tempat
hidup dan berlindung, tempat mencari makan dan mencari mangsa, tempat memijah dan berkembangbiak serta sebagai daerah asuhan bagi beragam biota
laut. Dengan demikian terumbu karang disebut sebagai gudang asuhan bagi beragam biota dan rumah bagi berbagai jenis kehidupan di laut Tomascik 1991.
Kegiatan manusia secara langsung dapat menyebabkan kematian di terumbu melalui penggalian dan pencemaran Nybakken 1988. Berdasarkan analisis
Burke et al. 2002 bahwa 25 kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh pembangunan pesisir, 7 diakibatkan oleh pencemaran, 21 diakibatkan oleh
sedimentasi, 64 akibat penangkapan yang berlebihan, 54 akibat penangkapan ikan dengan melakukan pengrusakan, dan 18 diakibatkan oleh pemutihan
terumbu karang. Tingginya ancaman terhadap ekosistem terumbu karang baik secara anthropogenic maupun secara alamiah dikarenakan sifat sessil dari karang
di mana mereka tidak mampu menghindar jika ada tekanan buruk dari lingkungan.
Zooxanthellae adalah salah satu biota yang hidup di dalam ekosistem terumbu karang. Sebagian besar zooxanthellae hidup bersimbiosis dengan karang
dan beberapa hewan invertebrata, sebagian lagi hidup secara bebas. Biota ini mempunyai peranan yang sangat penting di dalam ekosistem terumbu karang
sebagai salah satu komponen pemasok energi dan nutrisi bagi hewan inangnya Leletkin 2000b
Zooxanthellae tergolong dalam alga bersel satu yaitu anggota dinoflagellata, mengandung beberapa pigmen fotosintesis dan hidup di dalam jaringan
endodermis polip, dan aktif melakukan fotosintesis memproduksi makanan bagi hewan karang Nybakken 1988. Selain itu zooxanthellae berperan di dalam
proses kalsifikasi dan pembentukan skeleton atau rangka karang Goreau 1959; Nontji 1992 dengan demikian zooxanthellae berperan dalam pembentukan
terumbu. Bentuk simbiosis antara karang dengan zooxanthellae adalah simbiosis
mutualisme di mana zooxanthellae memperoleh perlindungan, karbon dioksida dan beberapa senyawa anorganik dari inangnya, sedangkan karang memperoleh
oksigen dan senyawa organik dari hasil fotosintesis zooxanthellae Benson et al. 1978. Hubungan zooxanthellae dengan karang demikian eratnya sangat
mempengaruhi metabolisme, pola warna, pertumbuhan dan sebaran vertikal karang Goreau 1959.
Dari kajian lain seperti dilakukan oleh Suharsono dan Kiswara 1984 bahwa pada saat karang mengalami tekanan ditemukan adanya indikasi pelepasan
zooxanthellae. Pada kondisi dilepaskannya zooxanthellae maka akan dapat ditemukan adanya perbedaan signifikan rasio khlorophyl a : khlorophyl c serta
adanya shock protein sebagaimana diinformasikan oleh Nganro 1992 pada biota simbion soft coral. Di samping itu, proses relokasi zooxanthellae dalam jaringan
karang akan berbeda pembelahan mitotic indeks pada kondisi alamiah maupun kondisi tertekan Nganro 1992.
Eutrofikasi merupakan salah satu ancaman ekosistem terumbu karang. Eutrofikasi adalah proses peningkatan laju input bahan organik utamanya nitrogen
dan fosfor ke sebuah perairan. Proses ini adalah penyuburan perairan secara berlebih yang disebabkan oleh masukan bahan organik. Salah satu akibat dari
peningkatan bahan organik ini adalah terjadinya ledakan fitoplankton, yaitu fenomena populasi fitoplankton tumbuh secara cepat dan dalam jumlah yang
sangat besar yang disebabkan oleh tersedianya unsur hara dalam jumlah besar. Walaupun unsur hara nutrien sangat penting dalam suatu ekosistem
terutama sebagai sumber penyusunan bahan organik oleh produsen primer, tetapi peningkatan unsur hara pada ekosistem terumbu karang justru dapat berpengaruh
negatif terhadap perkembangan ekosistem terumbu karang karena ditutupi oleh kelimpahan alga yang menyebabkan kematian pada karang Jompa Cook
2002. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas maka kajian kepadatan
zooxanthellae pada tingkat eutrofikasi berbeda perlu diteliti sebagai salah satu penilaian kondisi ekosistem terumbu karang guna mendukung pengelolaan
terumbu karang yang berkelanjutan,
1.2 Tujuan