3 Pelatihan teknis dan studi banding pengelolaan mangrove bagi kelompok
dan lembaga desa
6. Penegakan Hukum
Tujuan : Memperkecil pelanggaran dalam pengelolaan mangrove
Program :
1 Peningkatan pengawasan pemanfaatan mangrove oleh masyarakat dan
instasi terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan.
2 Pelaksanaan penegakan hukum apabila melakukan pelanggaran
pemanfaatan mangrove oleh aparat penegakan hukum di Kabupaten Bintan
Beberapa kebijakan peraturan daerah khususnya yang terkait masalah pengelolaan ekosistem mangrove telah banyak dikeluarkan, seperti yang terlampir
pada tabel 20 berikut ini:
Tabel 20 Beberapa contoh peraturan daerah terkait pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia
No Wilayah Kebijakan
1 Provinsi Sulawesi
Selatan Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No
05 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove
2 Provinsi Jawa Barat
Peraturan daerah Provinsi Jawa Barat No 06 Tahun 2011 tentang Pengurusan Hutan
Mangrove dan Hutan Pantai
3 Kabupaten Raja Ampat
Peraturan daerah Kabupaten Raja Ampat No 08 Tahun 2012 tentang Perlindungan Hutan
Mangrove dan Hutan Pantai
4 Kabupaten Penajam
Paser Utara Peraturan daerah Kabupaten Penajam Paser
Utara No 24 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Hutan Mangrove
5 Kabupaten Bulungan
Peraturan daerah Kabupaten Bulungan No 4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Hutan
Mangrove di Kawasan Muara Sungai dan Pantai dalam Wilayah Kabupaten Bulungan
V. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kerusakan mangrove yang terjadi di Kecamatan Teluk Bintan diantaranya disebabkan oleh penebangan pohon mangrove untuk bahan bakar pembuatan
genteng dan pembangunan infrakstruktur seperti jalan raya, pelabuhan tangkahan untuk nelayan serta adanya pembuatan tambak;
2. Nilai ekonomi total ekosistem mangrove yaitu Rp 23,304,128,000; artinya
bahwa ekosistem mangrove menyumbang nilai ekonomi yang besar terhadap masyarakat sekitar. Rehabilitasi perlu dilakukan untuk mengembalikan
mangrove mendekati kondisi awal dengan memperhatikan hasil nilai klaim kerusakan mangrove;
3. Strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Kecamatan Teluk Bintan adalah
kebijakan membuat peraturan daerah, kebijakan pembentukan hutan kemasyarakatan dan kebijakan konservasi dan rehabilitasi. Kebijakan membuat
peraturan daerah menjadi prioritas utama karena diperlukan payung hukum dengan membuat peraturan daerah terkait pengelolaan ekosistem mangrove di
Kecamatan Teluk Bintan
. Saran
Dari hasil penelitian ini maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah sebagai lembaga yang bertugas terhadap peraturan-peraturan yang
terkait dengan hukum lingkungan harus melaksanakan secara baik dan bertindak tegas terhadap tindak pelanggaran terhadap mangrove. Selain itu pemerintah
juga perlu memfasilitasi kegiatan sosialisasi terkait rencana pengembangan, peraturan-peraturan dan pelatihan kepada masyarakat Teluk Bintan;
2. Perlu adanya upaya peningkatan kesadaran dan masyarakat dalam bentuk
peningkatan intensitas penyuluhan untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam mengelola ekosistem mangrove di Kecamatan
Teluk Bintan;
3. Hasil analisis nilai klaim kerusakan menggunakan Habitat Equivalency Analisys
diharapkan menjadi salah satu rujukan dalam upaya pengelolaan ekosistem mangrove; dan
4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai potensi pengembangan ekosistem
mangrove di KecamatanTeluk Bintan.