pada mata air dengan suhu 24,10°C-26,20°C Santoso 2002. Larva An. subpictus di Pulau Pari dan Pulau Tidung dapat hidup dan berkembang pada suhu 27°C
Ariati et al. 2007. Suwito 2010 melaporkan bahwa larva An. sundaicus ditemukan pada air bersuhu 26°C, An. barbirostris 27°C, An. indefinites dan An.
subpictus 29°C. Larva Anopheles spp. yang ditemukan dari peneliti-peneliti
tersebut menunjukkan suhu batas normal yaitu antara 24,10°C-29°C.
2.3.3 Salinitas
Pengaruh salinitas terhadap kelarutan oksigen dalam air berbanding terbalik, semakin tinggi salinitas semakin rendah kadar oksigen terlarut. Air tawar
mempunyai salinitas kurang dari 0,5‰ Kordi Tancung 2007 dalam Mulyadi 2010. Larva Anopheles spp. dapat hidup dan berkembang dengan salinitas yang
bervariasi pada berbagai habitat. Mulyadi 2010 melaporkan penemuan larva An. punctulatus, An. vagus, An. kochi
dan An. minimus di Desa Doro, Halmahera Selatan, Maluku Utara pada air tawar dengan salinitas 0‰, sedangkan An. farauti
ditemukan pada air tawar maupun air payau dengan salinitas berkisar antara 0- 7‰.
Ariati et al. 2007 melaporkan bahwa larva An. subpictus di enam pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu dapat hidup dan berkembang pada kolam rendaman
rumput laut dengan salinitas 9 ‰ dan pada sumur dangkal dengan salinitas 0-5‰. Sementara melaporkan bahwa larva An. sundaicus di daerah pasang surut Asahan
Sumatera Utara, ditemukan pada alur sungai dengan salinitas rata-rata 1,6 ‰- 2,55‰ per bulan Sembiring 2005. Adapun larva An. sundaicus di Muara Sungai
Senggigi dapat hidup dan berkembang dengan salinitas 0,33‰, pada Laguna Kerandangan dengan salinitas 0,80‰, dan Muara Sungai Mangsit dengan salinitas
0,57‰ Sulistio 2010. Selanjutnya larva An. Sundaicus di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan ditemukan pada bak benur terbengkalai pada kisaran salinitas 0-
9 ‰ Suwito 2010.
2.3.4 pH Air
Nilai pH atau derajat keasaman air merupakan salah satu sifat kimia air yang penting karena nilai pH menunjukan keseimbangan asam dan basa air tersebut.
Air alami pada umunya mempunyai pH yang bersifat netral, tidak bersifat asam atau basa, pH netral antara 6-9. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
larva Anopheles spp. hidup dan berkembang pada kisaran pH normal. Bowolaksono 2001 menyatakan bahwa pH 5 sampai dengan pH 9
merupakan faktor pembatas perkembangan larva An. farauti yang berasal dari Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Pada pH 6 larva An. farauti mampu
berkembang menjadi imago dalam kondisi laboratorium. Sementara itu, larva Anopheles
di Desa Hargotirto dapat hidup pada pH air 6,78-7,12, dan di mata air pada pH 6,70-7,20 Santoso 2002. Selanjutnya, Ariati et al. 2007 melaporkan
bahwa di enam pulau, Kabupaten Kepulauan Seribu, larva An. subpictus dapat hidup didalam kolam perendaman rumput laut di Pulau Pari dan sumur dangkal di
Pulau Tidung dengan pH 7. Beberapa jenis larva nyamuk Anopheles mampu hidup dalam konsentrasi alkali yang tinggi dan kondisi air yang asam. Larva An.
culicifacies mampu hidup pada kisaran pH 5,4-9,8 dan larva nyamuk An.
plumbeus pada pH 4,4 hingga 9,3 Clement 1992.
2.3.5 Kekeruhan Air