4.7.2 Pengukuran Karakteristik Fisik, Kimia dan Biologi Habitat Potensial
Perkembangbiakan Larva Anopheles spp.
Pengukuran karakteristik  habitat  potensial perkembangbiakan Anopheles dilakukan  satu   bulan  sekali,   sehingga   didapatkan  data   yang   jelas   tentang
karakteristik   habitat   larva   dan   habitat   potensial   perkembangbiakan   larva Anopheles
spp. Lampiran 1. Selama pengamatan ditemukan larva Anopheles hanya pada satu habitat
yaitu habitat kubangan. Sedangkan 23 titik habitat yang dilakukan pengamatan selama empat  bulan tidak  ditemukan  larva Anopheles spp.  Hal  ini disebabkan
banyak faktor yang mempengaruhi, seperti adanya predator, tambang timah rakyat yang  masih  aktif,  dan  curah  hujan.  Hasil  pengukuran  karakteristik  habitat
potensial perkembangbiakan larva Anopheles  yang potisif disajikan pada Tabel 7.
4.7.2.1 Suhu Air
Suhu air habitat perkembangbiakan An. letifer dari bulan Februari sampai Mei tidak mengalami perubahan 24⁰C, dan suhu ini masih dalam batas suhu
optimum  untuk  perkembangbiakan  nyamuk  Anopheles  spp.,  yaitu  23⁰C-27⁰C WHO  1982  di  dalam  Mulyadi  2010.  Beberapa  tempat  menunjukan  larva
Anopheles spp.  dapat  hidup  dan  berkembangbiak  pada  suhu  yang  bervariasi.
Larva Anopheles spp. yang ditemukan di Dusun Mataram Lengkong Kabupaten Sukabumi menunjukan kisaran suhu optimal air di ketiga kolam antara 22,9⁰C
sampai  dengan  31,2⁰C  Saleh  2002.  Suhu  habitat  larva  Anopheles  spp.  yang ditemukan  di Desa  Way  Muli  Kecamatan  Rajabasa  lebih  tinggi,  yaitu  33,5°C
Setyaningrum 2007. Tabel
7 Karakteristik habitat potensial perkembangbiakan An. letifer di Desa
Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
Bulan pH
Suhu °C
Sal. ‰
keruh NTU
Dasar Habitat
Kdl Cm
Tanaman Air
Predator Februari
6,1 24
6 lumpur
20 Tidak ada
Berudu Maret
6,1 24
6 lumpur
25 Tidak ada
Berudu April
6,1 24
6 lumpur
22 Tidak ada
Berudu Mei
6,0 24
6 lumpur
13 Tidak ada
Berudu Keterangan : Sal=Salinitas, Keruh=Kekeruhan, Kdl=Kedalaman
4.7.2.2 pH Air
Air  alami  pada  umumnya  mempunyai  pH  yang  bersifat  netral,  tidak bersifat asam atau basa pH netral antara 6-9.   Pengukuran karakteristik habitat
larva An. letifer dari bulan Februari-Mei masih dalam batas normal, yaitu 6,0-6,1. Pada  bulan  Februari  pH  air  6,1  tetapi  tidak  ditemukan  larva  Anopheles  spp.
Kemudian bulan Maret pH air 6,1 ditemukan An. letifer dengan kepadatan 0,01 larvacidukan. Selanjutnya   bulan April-Mei pH air 6,1 dan 6,0 tidak ditemukan
larva Anopheles spp. pH air di beberapa tempat menunujukan kisaran pH air yang netral, seperti larva Anopheles di Desa Doro Halmahera Selatan Maluku Utara
ditemukan pada pH air yang yang netral 6,8-7,1 Mulyadi 2010. Demikian juga di Desa Hargotirto, Kabupaten Kulonprogo ditemukan larva Anopheles pada pH
yang netral pada sungai  berkisar antara 6,78-7,12, sedangkan pada pada mata air berkisar antara 6,70-7,24 Santoso 2005.
4.7.2.3 Salinitas Larva An. letifer ditemukan pada habitat kubangan dengan salinitas 0‰.
Secara geografis Desa Riau letaknya jauh dari laut, maka air di Desa Riau tidak mengandung kadar garam. Habitat potensial yang ditemukan semuanya dengan
salinitas   0‰.   Larva   Anopheles   spp.   pada   suatu   tempat   dapat   hidup   dan berkembangbiak pada salinitas yang bervariasi. Hasil ini sama dengan penelitian
Setyaningrum  2007  di  Desa  Way  Muli  Lampung  Selatan  ditemukan  larva Anopheles
di selokan air mengalir dengan salinitas 0‰, begitu juga di rawa-rawa dan  selokan  air  tergenang.  Berbeda  dengan  yang  ditemukan  Suwito  2010  di
Kecamatan Padangcermin,  larva  Anopheles  hidup  pada salinitas 0-34‰,  tetapi larva Anopheles di Rajabasa Lampung Selatan ditemukan dengan salinitas lebih
rendah, yaitu salinitas 0-5‰.
4.7.2.4 Kekeruhan
Kekeruhan  biasanya  disebabkan  oleh  zat  pada  tersuspensi,  baik  yang bersifat  organik  maupun  anorganik.  Pada  dasarnya  zat  organik  merupakan
makanan bagi bakteri atau mikroorganisme yang ada dalam air dan mendukung perkembangbiakannya.   Larva nyamuk   An.  letifer ditemukan pada  habitat  air
jernih dengan kekeruhan 6 NTU natelson turbidity units. Larva Anopheles spp. bukan  hanya dapat  hidup  dan berkembangbiak  di air  yang  jernih,  di beberapa
tempat larva Anopheles spp. dapat hidup dan berkembangbiak di air yang keruh bahkan  sangat  keruh,  seperti  larva  nyamuk  Anopheles  di  Dusun  Mataram
Lengkong Kabupaten Sukabumi menunjukkan kisaran kekeruhan air yang disukai larva Anopheles 70-150 NTU Saleh 2002.
4.7.2.5 Dasar Habitat
Dasar habitat larva An. letifer adalah lumpur. Pada habitat dengan dasar pasir dan tanah liat tidak ditemukan larva, seperti rawa-rawa, kolong, dan sumur.
Dasar habitat larva Anopheles di beberapa tempat menunjukkan kesamaan. Larva Anopheles
spp.   di  Kecamatan  Rajabasa  dan  Padangcermin   sebagian  besar ditemukan pada perairan dengan dasar  lumpur  Suwito,  2010,  hal yang  sama
ditemukan di Desa Doro Halmahera Selatan Mulyadi 2010 dan di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Setyaningrum 2007.
4.7.2.6 Kedalaman
Larva  An.  letifer  yang  ditemukan  pada  habitat  tipe  dangkal  dan  tidak permanen karena air habitat akan kering bila tidak hujan satu minggu. Kedalaman
air selama empat bulan berfluktuasi karena curah hujan dari bulan Februari hingga April 2011 berfluktuasi.   Larva An. letifer ditemukan pada bulan Maret dengan
kedalaman air 25 cm. Walaupun An. letifer hanya ditemukan pada satu habitat dengan kedalaman 25  cm,  namun di beberapa tempat  nyamuk  Anopheles spp.
dapat bertahan hidup dan berkembang dengan kedalaman air yang berbeda-beda. Grieco  et  al.  2007  menyatakan  bahwa  larva  Anopheles  ditemukan  pada  air
dengan kedalaman 30-50 cm. Setyaningrum et al. 2007 melaporkan bahwa larva Anopheles
spp. di Desa Way Muli, Lampung Selatan ditemukan pada kedalaman 15 cm pada habitat selokan air mengalir, 100 cm pada rawa-rawa, dan 25 cm pada
selokan air tergenang. Sementara itu, di Kecamatan Padangcermin, Pesawaran, Lampung Selatan ditemukan pada kedalaman air yang bervariasi, An. tesselatus
5 cm, An. maculatus 50-150 cm, An. indefinitus 20-150 cm, An. aconitus 10-15  cm  dan  An.  subpictus  20-200  cm,  adapun  di  Kecamatan  Rajabasa
ditemukan An. tesselatus 100-200 cm, An. indefinitus 10 cm, An. aconitus 10- 200 cm dan An. subpictus 10-200 cm Suwito 2010. Selanjutnya, di Pulau Pari,
Kabupaten Kepulauan Seribu, ditemukan larva An. subpictus pada kedalaman 50- 100  cm  pada  kolam  rendaman  rumput  laut,  30-70  cm  pada  sumur  dangkal,
sedangkan di Pulau Tidung ditemukan pada sumur dengan kedalaman 50-150 cm Ariati et al. 2007. Adapun di Daerah Pasang Surut Asahan, Sumatera Selatan
ditemukan  larva  An.  sundaicus  pada  kedalaman  habitat  70-75  cm  Sembiring 2005.
4.7.2.7 Tanaman Air
Tanaman air dapat mempengaruhi keberadaan larva Anopheles spp. pada suatu  tempat.  Larva  An.  letifer  yang  ditemukan  pada  habitat  kubangan  tidak
terdapat tanaman air pada permukaan air. Di sekitar habitat terdapat pohon yang dapat berguna sebagai naungan.   Walaupun di Desa Riau hanya ditemukan satu
habitat yang positif selama penelitian, tetapi ada kemungkinan nyamuk Anopheles spp. dapat berkembangbiak pada habitat potensial, karena larva Anopheles spp.
menyukai habitat dengan tanaman air atau tidak ada tanaman air. Lee et al. 1999 menyatakan bahwa beberapa spesies nyamuk Anopheles menyukai air yang teduh,
tetapi ada juga yang menyenangi habitat air yang terkena matahari langsung, dan yang  lainnya  menyukai  habitat  air  yang  ada  tanaman  air.  Umumnya  larva
Anopheles lebih   menyukai   air   bersih   dan   tidak   terpolusi.   Sitorus   2005
melaporkan bahwa jenis-jenis tanaman air yang ditemukan dari seluruh habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Tegal Rejo, kecamatan Belitang, Kabupaten OKI,
yaitu eceng gondok, kangkung dan rumput, sedangkan di persawahan ditumbuhi tanaman padi. Adapun di Desa Doro, Halmahera Selatan, ditemukan tanaman air
berupa  ganggang  hampir  pada  seluruh  habitat  larva  Anopheles  spp.  Mulyadi 2010
4.7.2.8 Predator
Jenis predator yang  ditemukan pada  habitat  hanya anak katak berudu dan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama di Desa Doro Halmahera
Selatan  ditemukan  predator  berudu  pada  habitat  parit,  kobakan,  kubangan,
kolam,sumur, kali, dan rawa-rawa, selain itu ditemukan ikan dan larva capung Mulyadi  2010.  Adapun  di  Pantai  Asahan  Sumatera  Utara terdapat  ikan-ikan
kecil pada habitat larva An. sundaicus yang diduga sebagai predator  Sembiring 2005.  Sementara  predator  nyamuk  Anopheles   yang  ada  di  Desa  Tongoa,
Kabupaten  Donggala,  Provinsi  Sulawesi  Tengah,  ditemukan  pada  tiga  habitat berbeda-beda.  Habitat  kolam  dengan  naungan  ditemukan  ikan  kepala  timah
Aplocheilus  panchax  dan  larva  capung  Libellula  sp..  Habitat  kolam  tanpa naungan ditemukan berudu Chadijah 2005.
4.7.3   Pemetaan Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp.