Variabel Penelitian Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data

Dalam tatanan politis dan sosial yang sedang berubah selama fase merkantilis dari kapitalisme ini, pers mampu menciptakan suatu daya ledak yang unik. Jurnal- jurnal pertama dinamai „jurnal-jurnal politik‟ terbit sejak abad ke- 17. Saat itu, hubungan surat-menyurat privat mengandung berita-berita detail dan terkini mengenai Perjamuan kerajaan, hasil panen, perdagangan luar negeri dan lain-lain. Namun, hanya sedikit dari banyaknya informasi tersebut yang boleh dicetak menjadi jurnal. Artinya, di satu sisi „jurnal-jurnal politik‟ ini hanya merespons kebutuhan para saudagar, dan mereka pun benar-benar membutuhkan jurnal-jurnal ini. Karena ketergantungan pertukaran privat berita-berita pada laporan publik ini, hanya berita yang tidak begitu penting saja yang boleh lolos dari pengendali sensor jurnal tersebut. kalau begitu, sebenarnya informasi yang menjadia milik publik sebenarnya disusun dari elemen residual dari sebuah realita yang tengah berlangsung. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa berita-berita seperti ini yang didistribusikan secara besar-besaran dan dapat diakses secara umum. Dengan kata lain benar-benar menjadi milik publik. Ruang publik borjuis dapat dimengerti, di atas segalanya, sebagai ruang masyarakat privat sphere of private people yang berkumpul bersama sebagai sebuah publik. Mereka mengklaim bahwa ruang publik ini diregulasi dari atas guna melawan otoritas publik. Inilah yang lantas menyeret mereka masuk ke dalam perdebatan seputar kaidah-kaidah umum yang mengatur hubungan- hubungan di dalam ruang pertukaran komoditas dan ruang kerja sosial yang secara mendasar telah terprivatisasi meski secara publik masih relevan. Habermas, 2007: 41

2.2 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan operasionalisasi dalam memecahkan masalah perlu dibuat variabel dalam penelitian: Tabel 2.1 Variabel Penelitian Variabel Teoritis Variabel Operasional 1.Frekuensi Sebagai Ruang Publik. a. Bisnis b. Trend Global c. Media d. Civil Society 2.Tayangan Live “Kamulah Takdirku” di RCTI a. Durasi Menonton b. Penyajian Informasi c. Penggunaan Bahasa d. Kelengkapan Informasi 3. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin b. Usia

2.3 Definisi Operasional

Defenisi variabel operasional bukanlah defenisi konsep yang diajukan para ahli, tetapi sudah merupakan defenisi yang lebih operasional tentang variabel itu sendiri, dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu Idrus, 2008:12. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisikan, antara lain:

2.3.1 Frekuensi Sebagai Ruang Publik

a. Bisnis, yakni berorientasi kepada apakah para siswa-siswi mengetahui bahwa lewat tayangan “Kamulah Takdirku” yang dibuat oleh pihak RCTI maka hak mereka sebagai pemilik frekuensi telah diperjual-belikan, yang sebenarnya melanggar aturan. b. Tren Global, yakni untuk melihat bagaimana para siswa-siswi memandang sebuah tren yang sedang diciptakan oleh pihak media, yaitu menayangkan acara resepsi pernikahan artis yang kurang penting bagi mereka secara live di televisi c. Media, yakni berorientasi pada bagaimana siswa-siswi tersebut sebagai publik memandang media, dalam hal ini RCTI sebagai stasiun TV yang mencederai hak mereka sebagai pemilik frekuensi. d. Civil Society, yakni dalam hal ini KPI berorientasi pada bagaimana siswa-siswi tersebut memandang tindakan KPI dalam menjatuhkan sanksi kepada RCTI yang telah menayangkan “Kamulah Takdirku”.

2.3.2 Tayangan Live “Kamulah Takdirku” di RCTI

a. Durasi Menonton, yakni apakah responden menonton seluruh rangkaian tayangan atau hanya menyaksikan sekilas. b. Penyajian Informasi, yakni bagaimanakah responden menilai tayangan tersebut, melalui informasi-informasi yang disajikan. c. Penggunaan Bahasa, yakni bagaimana responden melihat bahasa yang digunakan dalam tayangan ini. d. Kelengkapan Informasi, yakni bagaimana kelengkapan informasi dari tayangan ini, apakah menjawab rasa penasaran responden akan resepsi pernikahan Raffi Ahmad Nagita Slavina.

2.3.3 Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, yakni responden berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. b. Usia, yakni rentang umur responden penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA Swasta Taman Siswa, Jl. Deblod Sundoro No 9, Kelurahan Rambung, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Tebing Tinggi.

3.1.1 Sejarah Singkat Perguruan Taman Siswa

Taman siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang pertama kali berdiri di Indonesia, perguruan ini berdiri pada tanggal 3 juli 1922 dan didirikan oleh seorang keturunan kraton Yogyakarta yang bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang kemudian saat genap berumur 40 tahun beliau mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, pergantian nama ini dimaksudkan agar beliau lebih dekat dengan rakyatnya. Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya. Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tut Wuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut Student Centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya. Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antar tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan. Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam memperhatikan sunatullah, Kebudayaan menerapkan teori Trikon, Kemerdekaan memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok, Kebangsaan berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku, dan Kemanusiaan menjunjung harkat dan martabat setiap orang.

3.1.2 Sejarah Singkat SMA Taman Siswa Tebing Tinggi

Sebelum tahun 1932, Taman Siswa Tebing Tinggi dibawah naungan pergrakan nasional Budi Utomo. Namun dengan keyakinan penuh terhadap figure pemimpin Taman Siswa pada ketika itu di Tebing Tinggi, maka diserahkanlah Budi Utomo ke Yayasan Perguruan Taman Siswa Pada tanggal 5 Januari 1932. Sejak itu diangkat dan dipilih ketua perguruan pertama yang bernama Ki Kartijan. Pada masa bakti periode ini terlihat bahwa terjadi peralihan dari organisasi pergerakan berubah menjadi kegiatan pendidikan yang mendasar, akhirnya perguruan Taman Siswa Tebing Tinggi semakin dikenal sebagai lembaga pendidikan rakyat. Pada tahun 1939 terjadi peralihan pimpinan kedua kepada Ki Sudarminto yang melewati periode selama lima tahun 1939-1943 artinya secara organisasi kecukupan masa periode terpenuhi setelah Jepang masuk ke Indonesia tampuk pimpinan dilarikan kepada pemuda potensi pada ketika itu yang bernama Ki Deblod Sundoro, namun sayang pada tanggal 13 Desember 1945 Ki Deblod Sundoro terbunuh oleh Jepang bersama teman pemuda lainnya. Masa kekelaman di Tebing Tinggi berlangsung cukup lama sehingga terjadi kekosongan pucuk pimpinan. Melalui kebijakan organisasi dilakukan pemilihan dan mengangkat Ki Rasyid Syafii pada tahun 1947. Selama dua periode sampai 1957 dan terjadi kekisruhan organisasi dan akhirnya diambil alih oleh pembimbing Subariah yaitu Ki Sugondo Kartoprdjo dari Medan selama 2 tahun 1957-1959 selanjutnya periode 1960-1971 dipimpin oleh Ki Mugiono dan terjadi perkembangan pesat dengan didirikan bagian STM, SMEA, TK, sebagai pelengkap. Melalui kegiatan pendidikan dapatlah dirasakan oleh masyarakat bahwa Taman Siswa adalah satu-satunya perguruan Nasional yang dapat memenuhi tuntutan pendidikan di Tebing Tinggi. Selanjutnya Ki Mugiono dipromosikan sebagai pengurus majelis Luhur di Yogyakarta maka terjadi peralihan pimpinan kepada Ki Syahlan selama satu periode 1992-1997. Pimpinan berikutnya beralih kepada Ki Djalmardi selama 5 tahun 1997-2001. Pada masa peride ini Perguruan Taman Siswa Tebing Tinggi menjadi perguruan terbesar di seluruh cabang Taman Siswa Di Indonesia dengan jumlah siswa kurang lebih 6000 orang. Jumlah siswa terbesar selanjutnya pada periode zaman pimpinan Ki Muhammad Ardi 2001-2006 yang didominasi oleh siswa SMA Taman Madya dengan jumlah kelas 33. Artinya kedua masa periode diatas dianggap sebagai masa kejayaan perguruan Taman siswa Tebing Tinggi. Pada akhir tahun periode selanjutnya masa staknan dan menjadi pertukaran pimpinan baru kepada Ki Darman 2006-2013 dengan adanya regulasi pemerintah maka berdampak kepada perjalanan Perguruan Swasta di Seluruh Indonesia dan Perguruan Taman Siswa mendapat akibatnya . Sekarang, selama 2012 pucuk pimpinan kembali dipegang alih oleh Ki Mhd Ardi sampai saat ini dengan kegiatan pendidikan yang bersahaja. Mudah-mudahan dengan keinginan keras untuk menyumbangkan andil pendidikan kepada masyarakat Perguruan Taman Siswa dapat bertahan melalui visi misinya.

3.1.3 Visi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi

SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi memiliki visi, yaitu “Unggul dalam prestasi akademik Intelligence Quotent, keterampilan emosional Emotional Quotent, da n berakhlak mulia”.

3.1.4 Misi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi

Misi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi ialah, sebagai berikut : - Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara terus menerus serta mendorong dan membantu siswa berbakat berdasarkan kemampuan dan bakat pribadi. - Menumbuhi kembangkan semangat dibidang olahraga, kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. - Menerapkan manajemen parsiatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, komite sekolah, alumni dan masyarakat. - Meningkatkan pendidikan kecakapan vokasional, keterampilan mengetik, computer, agronomi, tata boga dan administrasi. - Mengembangkan sikap untuk mampu berjuan dalam persaingan IPTEK secara nasional internasinal dengan mempedomani budaya bangsa beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. - Mempersiapkan tenaga yang terampil dan berkompetensi siap dalam berkompetisi di era globalisasi - Menjadikan rintisan sekolah yang berstandard nasional SSN.

3.2 Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis Usman, 2009: 41. Menurut Nawawi 1995: 75 tujuan penelitian ini sebenarnya adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang dirumuskan.Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat-sifat populasi atau objek tertentu yang hasilnya dapat digeneralisasikan dalam bentuk angka. Penelitian ini menggambarkan atau menjelaskan tentang realitas yang sedang terjadi. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti dituntut untuk bersikap objektif dan memisahkan diri dari data, sebab peneliti harus menjaga sifat objektif dalam menganalisis data dan tidak boleh mengikutsertakan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif. Maka dari itu digunakan uji statistik untuk menganalisis data Rakhmat, 2004: 55.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan Siswa-siswi SMA Swasta Taman Siswa akan frkeunsi sebagai Ruang Publikpada tayangan live “Kamulah Takdirku” di RCTI.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala-gejala, nilai test, peristiwa-peristiwa, dan sebagainya sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian Bungin, 2001: 99.Populasi yang dipilih sebagai objek penelitian ini adalah Siswa-siswi SMA Taman Siswa Tebing Tinggi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah: Tabel 3.1 Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi Jumlah Kelas X 30 Kelas XI IPA 21 Populasi Penelitian Sumber: Data SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi 2014

3.3.2 Sampel

Sampel ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling Usman, 2009: 43. Penelitian ini menggunakan rumus Solvin 1960 Sevilla dkk, 1993: 161 dengan nilai kritis 5 yaitu sebagai berikut: n = N 1 + Ne 2 Keterangan : n = Ukuran Sampel N= Ukuran Populasi Kelas XI IPS 35 Kelas XII IPA 20 Kelas XII IPS 1 33 Kelas XII IPS 2 25 Total 164 e 2 = Nilai kritis batas ketelitian yang diinginkan persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan populasi sampel. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan : n = N 1 + Ne 2 n = 164 1 + 164 0,1 2 n = 164 1 + 1, 64 n = 164 2, 64 n = 62, 12 = 62 Orang

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Proportional Random Sampling Teknik sampling ini dapat digunakan pada populasi berstrata Bungin, 2001: 118. Teknik ini digunakan karena responden dalam penelitian ini heterogen dengan karakteristik bervariabel. Dari jumlah sebanyak 62 orang, maka dipilih jumlah sampel dari setiap kelas dengan menggunakan rumus; n = n1 x n N Keterangan: n1 = Jumlah populasi tiap bagian n = Jumlah sampel keseluruhan N = Jumlah Populasi Tabel 3.2 Sampel Responden No Kelas Populasi Sampel 1 Kelas X 30 11 2 Kelas XI IPA 21 8 3 Kelas XI IPS 35 13 4 Kelas XII IPA 20 8 5 Kelas XII IPS 1 33 12 6 Kelas XII IPS 2 25 10 Total 164 62 2. Purposive sampling Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian Bungin, 2001: 118. Purposive sampling merupakan penarikan sampel dimana sampel digunakan sesuai dengan criteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria dalam penelitian ini ialah: - Siswa SMA Swasta Taman Siswa - Menonton Tayangan live “Kamulah Takdirku” di RCTI Tabel 3.3 Daftar Nama Sampel Kelas X No Nama 1 Syahfrina Lisagita Siregar 2 Ary Situmorang 3 Irma Yuliani Pane 4 Dina Oktaviani Lubis 5 Rika Andriani 6 Muhammad Fikri 7 Ridho Baiti 8 Wahida Lestari 9 Abdul Ali 10 Ahmad Vikri Haikal 11 Dio Ananda Raflis Kelas XI IPA No Nama 12 Nur Ainun 13 Reza Setiawan 14 Tantri Rahayu 15 Uciha Afri 16 Dian Permata Sari 17 Muhammad Rizki 18 Reza Hardian 19 M. Maghfiroh Lubis Kelas XI IPS No Nama 20 Atikah Rahma 21 Muhammad Aris 22 Roni 23 M. Zailani 24 Rama Danu 25 Aprillia 26 Chally Angelina 27 Lili Tri Ningsih 28 Dhea Mutia Sari 29 Nia Sahputri 30 Dwi Amelia 31 Siti Maisyarah 32 Alda Fauziah Kelas XII IPA No Nama 33 Mita Siregar 34 Novita Sari 35 Anpita Siagian 36 Mutiara Aprila 37 Andrew Pratama 38 Pandji Wijaya 39 Tiara Yusuf 40 Dian Eka Wati Kelas XII IPS 1 No Nama 41 Atikah Ramadhani 42 Denny Kurniadi 43 Rizky Muli 44 Riana Sundari 45 Tommy R Gunawan 46 Agus Tino 47 Desy Kumala Sari 48 Hifzhil Ramadhan 49 Nurhimayanti 50 Rendi Anjasmara 51 Arif Maulana 52 Aji Rianda Kelas XII IPS 2 No Nama 53 Lukman Nul Hakim Lubis 54 Yusnawati 55 Melisa 56 Hadisa 57 Gunawan 58 Muhammad Rizky 59 Tetty Purnama Sari 60 Clapton Siringo-ringo 61 Budi Felix Susanto 62 Alin Purnama Lubis

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di Fakultas SMA Swasta Taman Siswa, Jl. Deblod Sundoro no 9, Kelurahan Rambung, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Tebing Tinggipada bulan Maret 2015 dengan lama penelitian akan disesuaikan dengan kebutuhan pengumpulan informasi dan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan field research. Pengumpulan lapangan field research adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dimana lokasi penelitiannya berada di masyarakat atau kelompok manusia tertentu Sarwono, 2006: 18. Penelitian ini melakukan survey dari 62 responden di lokasi penelitian yang berupa kuesioner. Kuesioner yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden. Pertanyaan bisa berbentuk tertutup dan bisa juga berbentuk terbuka. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto, 2006: 151. Metode kuesioner ini berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistimatis dalam sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi.Setelah diisi, kuesioner dikembalikan ke petugas atau peneliti. Bentuk umum sebuah kuesioner terdiri dari bagian pendahuluan berisikan petunjuk pengisian kuesioner, bagian identitas responden seperti; nama, alamat, umur, pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, kemudian baru memasuki bagian isi kuesioner. Dari bentuk isi inilah kemudian kuesioner Bungin, 2011: 133 dibedakan menjadi beberapa bentuk, seperti: 1. Kuesioner langsung tertutup, adalah kuesioner yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam kuesioner tersebut. 2. Kuesioner langsung terbuka, adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti. 3. Kuesioner tak langsung tertutup, adalah dikonstruksi dengan maksud untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Di samping itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih. 4. Kuesioner tak langsung terbuka, adalah dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan kuesioner langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban, sehingga responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai. Menurut Arikunto 2006: 152 jenis kuesioner lainnya, yakni: 1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup. 2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner terbuka. 3. Check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda check √ pada kolom yang sesuai. 4. Rating-scale, skala bertingkat yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom- kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. Menurut Nazir 2005: 205 isi dari kuesioner berupa: a. Pertanyaan tentang fakta; b. Pertanyaan tentang pendapat opinion c. Pertanyaan tentang persepsi diri. Menurut Arikunto 2006: 152 keuntungan kuesioner adalah: a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti. b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden. d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab. e. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Menurut Arikunto 2006: 152 kelemahan kuesioner: a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulang untuk diberikan kembali padanya. b. Sering sukar dicari validitasnya. c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. d. Sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut penelitian, angket yang dikirim lewat pos angka pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 Anderson. e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket langsung tertutup atau pilihan ganda dengan jumlah 19 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka. Secara umum metode pengumpulan data Nazir, 2005: 174 dapat dibagi atas beberapa kelompok yaitu: Metode pengamatan langsung; Metode dengan menggunakan pertanyaan; Metode khusus. Pada penelitian ini, peneliti memutuskan teknik pengumpulan data menggunakan teknik penelitian pertanyaan, dengan cara menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara, dikarenakan teknik ini dianggap dapat memperoleh jawaban dari rumusan masalah. Wawancara merupakan satu proses interaksi dan komunikasi, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor- faktor tersebut ialah: pewancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara Singarimbun, 2005: 192. Wawancara merupakan pengumpulan data melalui dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dalam penelitian ini merupakan data pelengkap responden agar peneliti mempunyai ulasan yang lebih dalam.

3.5 Pengolahan Data

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011

0 50 68

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Dharma Pancasila Tentang Perokok Pasif

2 55 63

Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011

0 56 84

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DI SURABAYA TENTANG PROGRAM PENSI ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN Surabaya Tentang Program PENSI di Sekolah).

0 0 94

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DI SURABAYA TENTANG PROGRAM PENSI( Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN Surabaya Tentang Program PENSI di Sekolah).

0 1 94

Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)

0 0 8

Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebin

0 0 7

Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)

0 0 13

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DI SURABAYA TENTANG PROGRAM PENSI( Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN Surabaya Tentang Program PENSI di Sekolah)

0 0 19