Dalam tatanan politis dan sosial yang sedang berubah selama fase merkantilis dari kapitalisme ini, pers mampu menciptakan suatu daya ledak yang
unik. Jurnal- jurnal pertama dinamai „jurnal-jurnal politik‟ terbit sejak abad ke-
17. Saat itu, hubungan surat-menyurat privat mengandung berita-berita detail dan terkini mengenai Perjamuan kerajaan, hasil panen, perdagangan luar negeri
dan lain-lain. Namun, hanya sedikit dari banyaknya informasi tersebut yang boleh dicetak menjadi jurnal.
Artinya, di satu sisi „jurnal-jurnal politik‟ ini hanya merespons kebutuhan para saudagar, dan mereka pun benar-benar membutuhkan
jurnal-jurnal ini. Karena ketergantungan pertukaran privat berita-berita pada laporan publik ini, hanya berita yang tidak begitu penting saja yang boleh lolos
dari pengendali sensor jurnal tersebut. kalau begitu, sebenarnya informasi yang menjadia milik publik sebenarnya disusun dari elemen residual dari sebuah
realita yang tengah berlangsung. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa berita-berita seperti ini yang didistribusikan secara besar-besaran dan dapat
diakses secara umum. Dengan kata lain benar-benar menjadi milik publik. Ruang publik borjuis dapat dimengerti, di atas segalanya, sebagai ruang
masyarakat privat sphere of private people yang berkumpul bersama sebagai sebuah publik. Mereka mengklaim bahwa ruang publik ini diregulasi dari atas
guna melawan otoritas publik. Inilah yang lantas menyeret mereka masuk ke dalam perdebatan seputar kaidah-kaidah umum yang mengatur hubungan-
hubungan di dalam ruang pertukaran komoditas dan ruang kerja sosial yang secara mendasar telah terprivatisasi meski secara publik masih relevan.
Habermas, 2007: 41
2.2 Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan operasionalisasi dalam memecahkan masalah perlu dibuat variabel
dalam penelitian:
Tabel 2.1 Variabel Penelitian
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1.Frekuensi Sebagai
Ruang Publik. a. Bisnis
b. Trend Global c. Media
d. Civil Society 2.Tayangan
Live “Kamulah Takdirku” di
RCTI a. Durasi Menonton
b. Penyajian Informasi c. Penggunaan Bahasa
d. Kelengkapan Informasi 3.
Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin b. Usia
2.3 Definisi Operasional
Defenisi variabel operasional bukanlah defenisi konsep yang diajukan para ahli, tetapi sudah merupakan defenisi yang lebih operasional tentang
variabel itu sendiri, dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu Idrus, 2008:12. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisikan,
antara lain:
2.3.1 Frekuensi Sebagai Ruang Publik
a. Bisnis, yakni berorientasi kepada apakah para siswa-siswi mengetahui bahwa lewat tayangan “Kamulah Takdirku” yang dibuat oleh pihak RCTI maka hak
mereka sebagai pemilik frekuensi telah diperjual-belikan, yang sebenarnya melanggar aturan.
b. Tren Global, yakni untuk melihat bagaimana para siswa-siswi memandang sebuah tren yang sedang diciptakan oleh pihak media, yaitu menayangkan acara
resepsi pernikahan artis yang kurang penting bagi mereka secara live di televisi c. Media, yakni berorientasi pada bagaimana siswa-siswi tersebut sebagai publik
memandang media, dalam hal ini RCTI sebagai stasiun TV yang mencederai hak mereka sebagai pemilik frekuensi.
d. Civil Society, yakni dalam hal ini KPI berorientasi pada bagaimana siswa-siswi tersebut memandang tindakan KPI dalam menjatuhkan sanksi kepada RCTI
yang telah menayangkan “Kamulah Takdirku”.
2.3.2 Tayangan Live “Kamulah Takdirku” di RCTI
a. Durasi Menonton, yakni apakah responden menonton seluruh rangkaian tayangan atau hanya menyaksikan sekilas.
b. Penyajian Informasi, yakni bagaimanakah responden menilai tayangan tersebut, melalui informasi-informasi yang disajikan.
c. Penggunaan Bahasa, yakni bagaimana responden melihat bahasa yang digunakan dalam tayangan ini.
d. Kelengkapan Informasi, yakni bagaimana kelengkapan informasi dari tayangan ini, apakah menjawab rasa penasaran responden akan resepsi pernikahan Raffi
Ahmad Nagita Slavina.
2.3.3 Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin, yakni responden berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. b. Usia, yakni rentang umur responden penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMA Swasta Taman Siswa, Jl. Deblod Sundoro No 9, Kelurahan Rambung, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Tebing
Tinggi.
3.1.1 Sejarah Singkat Perguruan Taman Siswa
Taman siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang pertama kali berdiri di Indonesia, perguruan ini berdiri pada tanggal 3 juli 1922
dan didirikan oleh seorang keturunan kraton Yogyakarta yang bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang kemudian saat genap berumur 40 tahun
beliau mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, pergantian nama ini dimaksudkan agar beliau lebih dekat dengan rakyatnya.
Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam
dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu
sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tut Wuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik,
yang dalam terminologi baru disebut Student Centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu
dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau
pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antar tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi
kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.
Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam memperhatikan
sunatullah, Kebudayaan
menerapkan teori
Trikon, Kemerdekaan memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan
kelompok, Kebangsaan berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku, dan Kemanusiaan menjunjung harkat dan martabat setiap orang.
3.1.2 Sejarah Singkat SMA Taman Siswa Tebing Tinggi
Sebelum tahun 1932, Taman Siswa Tebing Tinggi dibawah naungan pergrakan nasional Budi Utomo. Namun dengan keyakinan penuh terhadap
figure pemimpin Taman Siswa pada ketika itu di Tebing Tinggi, maka diserahkanlah Budi Utomo ke Yayasan Perguruan Taman Siswa Pada tanggal 5
Januari 1932. Sejak itu diangkat dan dipilih ketua perguruan pertama yang bernama Ki Kartijan. Pada masa bakti periode ini terlihat bahwa terjadi
peralihan dari organisasi pergerakan berubah menjadi kegiatan pendidikan yang mendasar, akhirnya perguruan Taman Siswa Tebing Tinggi semakin dikenal
sebagai lembaga pendidikan rakyat.
Pada tahun 1939 terjadi peralihan pimpinan kedua kepada Ki Sudarminto yang melewati periode selama lima tahun 1939-1943 artinya secara organisasi
kecukupan masa periode terpenuhi setelah Jepang masuk ke Indonesia tampuk pimpinan dilarikan kepada pemuda potensi pada ketika itu yang bernama Ki
Deblod Sundoro, namun sayang pada tanggal 13 Desember 1945 Ki Deblod Sundoro terbunuh oleh Jepang bersama teman pemuda lainnya. Masa kekelaman
di Tebing Tinggi berlangsung cukup lama sehingga terjadi kekosongan pucuk pimpinan. Melalui kebijakan organisasi dilakukan pemilihan dan mengangkat Ki
Rasyid Syafii pada tahun 1947. Selama dua periode sampai 1957 dan terjadi kekisruhan organisasi dan akhirnya diambil alih oleh pembimbing Subariah
yaitu Ki Sugondo Kartoprdjo dari Medan selama 2 tahun 1957-1959 selanjutnya periode 1960-1971 dipimpin oleh Ki Mugiono dan terjadi
perkembangan pesat dengan didirikan bagian STM, SMEA, TK, sebagai pelengkap.
Melalui kegiatan pendidikan dapatlah dirasakan oleh masyarakat bahwa Taman Siswa adalah satu-satunya perguruan Nasional yang dapat memenuhi
tuntutan pendidikan di Tebing Tinggi. Selanjutnya Ki Mugiono dipromosikan sebagai pengurus majelis Luhur di Yogyakarta maka terjadi peralihan pimpinan
kepada Ki Syahlan selama satu periode 1992-1997. Pimpinan berikutnya beralih kepada Ki Djalmardi selama 5 tahun 1997-2001. Pada masa peride ini
Perguruan Taman Siswa Tebing Tinggi menjadi perguruan terbesar di seluruh cabang Taman Siswa Di Indonesia dengan jumlah siswa kurang lebih 6000
orang. Jumlah siswa terbesar selanjutnya pada periode zaman pimpinan Ki Muhammad Ardi 2001-2006 yang didominasi oleh siswa SMA Taman Madya
dengan jumlah kelas 33. Artinya kedua masa periode diatas dianggap sebagai masa kejayaan perguruan Taman siswa Tebing Tinggi.
Pada akhir tahun periode selanjutnya masa staknan dan menjadi pertukaran pimpinan baru kepada Ki Darman 2006-2013 dengan adanya
regulasi pemerintah maka berdampak kepada perjalanan Perguruan Swasta di Seluruh Indonesia dan Perguruan Taman Siswa mendapat akibatnya . Sekarang,
selama 2012 pucuk pimpinan kembali dipegang alih oleh Ki Mhd Ardi sampai saat ini dengan kegiatan pendidikan yang bersahaja. Mudah-mudahan dengan
keinginan keras untuk menyumbangkan andil pendidikan kepada masyarakat Perguruan Taman Siswa dapat bertahan melalui visi misinya.
3.1.3 Visi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi
SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi memiliki visi, yaitu “Unggul
dalam prestasi akademik Intelligence Quotent, keterampilan emosional Emotional Quotent, da
n berakhlak mulia”.
3.1.4 Misi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi
Misi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi ialah, sebagai berikut : - Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara terus menerus serta
mendorong dan membantu siswa berbakat berdasarkan kemampuan dan bakat pribadi.
- Menumbuhi kembangkan semangat dibidang olahraga, kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. - Menerapkan manajemen parsiatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah,
komite sekolah, alumni dan masyarakat. - Meningkatkan pendidikan kecakapan vokasional, keterampilan mengetik,
computer, agronomi, tata boga dan administrasi. - Mengembangkan sikap untuk mampu berjuan dalam persaingan IPTEK
secara nasional internasinal dengan mempedomani budaya bangsa beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Mempersiapkan tenaga yang terampil dan berkompetensi siap dalam berkompetisi di era globalisasi
- Menjadikan rintisan sekolah yang berstandard nasional SSN.
3.2 Metode Penelitian
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis Usman, 2009: 41. Menurut
Nawawi 1995: 75 tujuan penelitian ini sebenarnya adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah
yang dirumuskan.Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat-sifat populasi atau objek tertentu yang hasilnya
dapat digeneralisasikan dalam bentuk angka. Penelitian ini menggambarkan atau
menjelaskan tentang realitas yang sedang terjadi.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti dituntut untuk bersikap objektif dan memisahkan diri dari data, sebab peneliti harus menjaga sifat objektif dalam
menganalisis data dan tidak boleh mengikutsertakan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif. Maka dari itu digunakan uji statistik untuk menganalisis
data Rakhmat, 2004: 55.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan Siswa-siswi SMA Swasta Taman Siswa akan frkeunsi sebagai
Ruang Publikpada tayangan live “Kamulah Takdirku” di RCTI.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala-gejala, nilai test, peristiwa-peristiwa,
dan sebagainya sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian Bungin, 2001: 99.Populasi yang dipilih sebagai objek
penelitian ini adalah Siswa-siswi SMA Taman Siswa Tebing Tinggi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah:
Tabel 3.1
Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing
Tinggi Jumlah
Kelas X 30
Kelas XI IPA 21
Populasi Penelitian
Sumber: Data SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi 2014
3.3.2 Sampel
Sampel ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling Usman,
2009: 43. Penelitian ini menggunakan rumus Solvin 1960 Sevilla dkk, 1993: 161 dengan nilai kritis 5 yaitu sebagai berikut:
n =
N 1 + Ne
2
Keterangan : n = Ukuran Sampel
N= Ukuran Populasi Kelas XI IPS
35 Kelas XII IPA
20 Kelas XII IPS
1 33
Kelas XII IPS 2
25
Total 164
e
2
= Nilai kritis batas ketelitian yang diinginkan persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan populasi sampel.
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan : n
= N
1 + Ne
2
n =
164 1 + 164 0,1
2
n =
164 1 + 1, 64
n =
164 2, 64
n = 62, 12 = 62 Orang
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Proportional Random Sampling
Teknik sampling ini dapat digunakan pada populasi berstrata Bungin, 2001: 118. Teknik ini digunakan karena responden dalam penelitian ini
heterogen dengan karakteristik bervariabel. Dari jumlah sebanyak 62 orang, maka dipilih jumlah sampel dari setiap
kelas dengan menggunakan rumus; n
= n1
x n
N Keterangan:
n1 = Jumlah populasi tiap bagian n = Jumlah sampel keseluruhan
N = Jumlah Populasi
Tabel 3.2 Sampel Responden
No Kelas
Populasi Sampel
1 Kelas X
30 11
2 Kelas XI IPA
21 8
3 Kelas XI IPS
35 13
4 Kelas
XII IPA
20 8
5 Kelas
XII IPS 1
33 12
6 Kelas
XII IPS 2
25 10
Total 164
62
2. Purposive sampling Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih
mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian Bungin, 2001: 118. Purposive sampling merupakan penarikan sampel
dimana sampel digunakan sesuai dengan criteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria dalam penelitian ini ialah:
- Siswa SMA Swasta Taman Siswa - Menonton Tayangan live
“Kamulah Takdirku” di RCTI
Tabel 3.3 Daftar Nama Sampel
Kelas X
No Nama
1 Syahfrina Lisagita Siregar
2 Ary Situmorang
3 Irma Yuliani Pane
4 Dina Oktaviani Lubis
5 Rika Andriani
6 Muhammad Fikri
7 Ridho Baiti
8 Wahida Lestari
9 Abdul Ali
10 Ahmad Vikri Haikal
11 Dio Ananda Raflis
Kelas XI IPA
No Nama
12 Nur Ainun
13 Reza Setiawan
14 Tantri Rahayu
15 Uciha Afri
16 Dian Permata Sari
17 Muhammad Rizki
18 Reza Hardian
19 M. Maghfiroh Lubis
Kelas XI IPS
No Nama
20 Atikah Rahma
21 Muhammad Aris
22 Roni
23 M. Zailani
24 Rama Danu
25 Aprillia
26 Chally Angelina
27 Lili Tri Ningsih
28 Dhea Mutia Sari
29 Nia Sahputri
30 Dwi Amelia
31 Siti Maisyarah
32 Alda Fauziah
Kelas XII IPA
No Nama
33 Mita Siregar
34 Novita Sari
35 Anpita Siagian
36 Mutiara Aprila
37 Andrew Pratama
38 Pandji Wijaya
39 Tiara Yusuf
40 Dian Eka Wati
Kelas XII IPS 1
No Nama
41 Atikah Ramadhani
42 Denny Kurniadi
43 Rizky Muli
44 Riana Sundari
45 Tommy R Gunawan
46 Agus Tino
47 Desy Kumala Sari
48 Hifzhil Ramadhan
49 Nurhimayanti
50 Rendi Anjasmara
51 Arif Maulana
52 Aji Rianda
Kelas XII IPS 2
No Nama
53 Lukman Nul Hakim Lubis
54 Yusnawati
55 Melisa
56 Hadisa
57 Gunawan
58 Muhammad Rizky
59 Tetty Purnama Sari
60 Clapton Siringo-ringo
61 Budi Felix Susanto
62 Alin Purnama Lubis
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di Fakultas SMA Swasta Taman Siswa, Jl. Deblod Sundoro no 9, Kelurahan Rambung, Kecamatan Tebing Tinggi Kota,
Tebing Tinggipada bulan Maret 2015 dengan lama penelitian akan disesuaikan dengan kebutuhan pengumpulan informasi dan data. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan field research. Pengumpulan lapangan field research adalah pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti dimana lokasi penelitiannya berada di masyarakat atau kelompok manusia tertentu Sarwono, 2006: 18. Penelitian ini melakukan
survey dari 62 responden di lokasi penelitian yang berupa kuesioner. Kuesioner yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang
ditujukan kepada responden penelitian yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden. Pertanyaan bisa berbentuk tertutup dan bisa juga berbentuk
terbuka. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto, 2006: 151. Metode kuesioner ini
berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistimatis dalam sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk
diisi.Setelah diisi, kuesioner dikembalikan ke petugas atau peneliti. Bentuk
umum sebuah kuesioner terdiri dari bagian pendahuluan berisikan petunjuk pengisian kuesioner, bagian identitas responden seperti; nama, alamat, umur,
pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, kemudian baru memasuki bagian isi kuesioner. Dari bentuk isi inilah kemudian kuesioner
Bungin, 2011: 133 dibedakan menjadi beberapa bentuk, seperti: 1. Kuesioner langsung tertutup, adalah kuesioner yang dirancang sedemikian rupa
untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera
dalam kuesioner tersebut. 2. Kuesioner langsung terbuka, adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan
sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.
3. Kuesioner tak langsung tertutup, adalah dikonstruksi dengan maksud untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal
objek dan subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Di samping itu, alternatif jawaban telah disiapkan
sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih. 4. Kuesioner tak langsung terbuka, adalah dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama
dengan kuesioner langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban, sehingga responden harus memformulasikan sendiri jawaban
yang dipandang sesuai. Menurut Arikunto 2006: 152 jenis kuesioner lainnya, yakni:
1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup. 2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner terbuka.
3. Check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda check √ pada kolom yang sesuai.
4. Rating-scale, skala bertingkat yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom- kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju
sampai ke sangat tidak setuju. Menurut Nazir 2005: 205 isi dari kuesioner berupa:
a. Pertanyaan tentang fakta;
b. Pertanyaan tentang pendapat opinion c. Pertanyaan tentang persepsi diri.
Menurut Arikunto 2006: 152 keuntungan kuesioner adalah: a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan
menurut waktu senggang responden. d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu
menjawab. e. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang
benar-benar sama. Menurut Arikunto 2006: 152 kelemahan kuesioner:
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulang untuk diberikan kembali
padanya. b. Sering sukar dicari validitasnya.
c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
d. Sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut penelitian,
angket yang dikirim lewat pos angka pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 Anderson.
e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang
terlalu lama sehingga terlambat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket langsung tertutup
atau pilihan ganda dengan jumlah 19 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka.
Secara umum metode pengumpulan data Nazir, 2005: 174 dapat dibagi atas beberapa kelompok yaitu:
Metode pengamatan langsung; Metode dengan menggunakan pertanyaan;
Metode khusus. Pada penelitian ini, peneliti memutuskan teknik pengumpulan data
menggunakan teknik penelitian pertanyaan, dengan cara menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara, dikarenakan teknik ini dianggap dapat memperoleh
jawaban dari rumusan masalah. Wawancara merupakan satu proses interaksi dan
komunikasi, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor- faktor tersebut ialah: pewancara,
responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara Singarimbun, 2005: 192. Wawancara merupakan pengumpulan
data melalui dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dalam penelitian ini merupakan data pelengkap responden agar peneliti
mempunyai ulasan yang lebih dalam.
3.5 Pengolahan Data