13
Tabel 6 Nilai ET
c
pada keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan
berselang dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel
selama satu musim tanam di Mijen
Perlakuan ET
c
m
3
m
2
Varietas
Inpari 1 V1
0.4170 b Umbul
V2 0.4153 b
Situ Bagendit V3
0.4343 a Galur Harapan
V4 0.4344 a
Jarak tanam Jajar legowo
J1 0.4252 a
40 : 20 : 10 cm Tegel
J2 0.4253 a
25x25 cm
Sistem irigasi Kontinyu
I1 0.4230 a
Berselang I2
0.4227 a
Keterangan: Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT dengan taraf nyata 5.
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa ET
c
selama satu musim tanam pada varietas Inpari 1 dan Umbul lebih kecil daripada Situ
Bagendit dan Galur Harapan karena umur varietas Inpari 1 dan Umbul lebih pendek
daripada Situ Bagendit dan Galur Harapan. Perlakuan antar sistem jarak tanam dan antar
irigasi memiliki nilai total kebutuhan air tanaman ET
c
tidak berbeda signifikan. Hal tersebut dikarenakan kondisi ketersediaan air
pada lahan irigasi kontinyu dan berselang dalam kondisi yang optimum selama masa
tanam karena terdapat 58 hari hujan selama masa tanam akibat adanya pengaruh dari
fenomena La-Nina. Namun, apabila terjadi kekeringan yang panjang selama masa tanam
maka sistem jarak tanam jajar legowo dan irigasi berselang diduga akan menunjukkan
nilai kebutuhan air yang lebih kecil daripada sistem jarak tanam tegel dan sistem irigasi
kontinyu. Hal tersebut karena ruang kosong antar baris tanaman pada jajar legowo akan
membentuk lapisan mulsa pada tanah yang dapat menyimpan air untuk digunakan oleh
tanaman untuk pertumbuhan pada saat air di sekitar perakaran habis terpakai. Pada lahan
irigasi berselang nilai kebutuhan airnya akan lebih rendah daripada irigasi kontinyu pada
kondisi ketersediaan air yang terbatas. Hal ini disebabkan air sebagai bahan utama yang
dievapotranspirasikan pada irigasi berselang jumlahnya terbatas jika dibandingkan pada
lahan irigasi kontinyu serta pada lahan irigasi berselang akan terbentuk lapisan mulsa pada
tanah yang dapat menekan laju evaporasi.
4.3 Hasil Simulasi CWB-ETO dan Hasil Panen Padi di Mijen
Hasil simulasi menggunakan CWB-ETO pada sistem irigasi kontinyu dan berselang
pada awal semai tanggal 29 April 2010 untuk keempat varietas padi menunjukkan nilai
persentase kehilangan hasil RLY sebesar 0. Nilai 0 yang artinya panen dapat mencapai
hasil yang optimum dengan hasil panen rata- rata mencapai lebih dari 6 tonha GKG. Hasil
simulasi tertera pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil simulasi nilai persentase kehilangan
hasil RLY
menggunakan CWB-ETO pada keempat varietas padi pada
lahan irigasi kontinyu dan beselang
Varietas kontinyu
Berselang RLY
RLY Inpari 1
Umbul Situ Bagendit
Galur Harapan Hasil di lapangan tercapai seperti tertera
pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tinggi maksimum tanaman antar varietas memiliki perbedaan
yang cukup signifikan. Diantara keempat varietas yang memiliki tinggi maksimum
tanaman tertinggi dimiliki oleh Umbul. Hal tersebut dikarenakan faktor genetis yang
berhubungan dengan genotipe antar varietas yang berbeda. Genotipe dapat mempengaruhi
distribusi hasil asimilasi Fitter, 1994. Biomassa kering tertinggi dimiliki oleh
varietas Inpari 1 karena Inpari 1 merupakan jenis padi sawah tahan kekeringan.
Sistem jarak tanam antara jajar legowo dan tegel memberikan respon yang berbeda untuk
GKP, GKG, dan tinggi maksimum tanaman dengan perolehan tegel lebih besar daripada
jajar legowo. Kerapatan antar tanaman pada sistem jajar legowo menyebabkan persaingan
antar tanaman untuk mendapatkan nutrisi dan penyerapan radiasi matahari lebih besar
daripada tegel dalam hal ini kondisi ketersediaan air optimum. Sistem tegel
memiliki
ruang yang
cukup untuk
pertumbuhan tajuknya
sehingga diduga
transpirasi pada
tegel lebih
besar dibandingkan dengan sistem jajar legowo.
Transpirasi memungkinkan penyerapan nutrisi dari
dalam tanah
melalui akar
dan
14
didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. Saat terjadi proses transpirasi stomata akan
terbuka sehingga pada permukaan daun akan terjadi pertukaran uap air H
2
0 dari daun ke atmosfer dengan CO
2
diproses dalam tubuh tumbuhan sebagai bahan fotosintesis dari
atmosfer ke dalam daun melaui stomata. Selain itu, pertumbuhan tajuk yang baik
memiliki kesempatan untuk memanen radiasi matahari
lebih banyak
untuk proses
fotosintesis. Apabila terjadi El-nino yang menyebabkan ketersediaan air menjadi sangat
terbatas dan kondisi lingkungan menjadi cenderung lebih kering jajar legowo akan
menunjukkan hasil produksi biomassa yang lebih baik daripada tegel. Hal tersebut diduga
pada sistem jajar legowo yang memiliki ruang kosong antar baris tanaman akan membentuk
lapisan
mulsa pada
tanah sehingga
ketersediaan air dalam tanah mencukupi untuk pertumbuhan dan terhindar dari stress
kekeringan. Kedalaman akar pada sistem jarak tanam
tegel lebih dalam daripada sistem jarak tanam jajar legowo. Hal ini dimungkinkan karena
tegel tidak memiliki ruang kosong antar tanaman seperti jajar legowo sehingga
pertumbuhan akar cenderung vertikal untuk mendapatkan nutrisi, air, dan oksigen untuk
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Berangkasan basah, biomassa kering, gabah kering panen GKP, dan gabah kering
giling GKG antara irigasi kontinyu dan berselang memiliki perbedaan yang signifikan
dengan nilai pada irigasi berselang lebih besar daripada irigasi kontinyu. Hal tersebut
dimungkinkan karena beberapa faktor, yaitu pada irigasi kontinyu dengan kondisi yang
selalu tergenangi menyebabkan unsur hara tercuci leaching dan diduga terbuang
melalui rembesan seepage, pada irigasi berselang dapat mengaktifkan jasad renik
mikroba anaerob yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman serta dapat mengurangi
jumlah malai yang tidak menghasilkan gabah BALITPA, 2009. Selain hal itu, kondisi
sekitar tajuk pada irigasi berselang cenderung lebih kering daripada lahan irigasi kontinyu
sehingga dapat diduga suhu sekitar tajuk pada irigasi berselang lebih tinggi daripada suhu
sekitar tajuk pada lahan irigasi kontinyu. Hal tersebut menyebabkan nilai transpirasi pada
lahan
irigasi berselang
lebih besar
dibandingkan dengan lahan irigasi kontinyu. Transpirasi memungkinkan penyerapan nutrisi
dari dalam
tanah melalui
akar dan
didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. Saat terjadi proses transpirasi stomata akan
terbuka sehingga pada permukaan daun akan terjadi pertukaran uap air H
2
0 dari daun ke atmosfer dengan CO
2
diproses dalam tubuh tumbuhan sebagai bahan fotosintesis dari
atmosfer ke dalam daun melaui stomata. Hal tersebut diduga sebagai penyebab produksi
biomassa pada lahan irigasi berselang lebih besar
daripada irigasi
kontinyu. Tabel 8 Hasil analisa nilai Gabah Kering Panen GKP, Gabah Kering Giling GKG, dan
berangkasan basah keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel
Perlakuan GKP
GKG Berangkasan
Basah kgm
2
kgm
2
kgm
2
Varietas
Inpari 1 V1
0.79 a 0.69 a
1.79 a Umbul
V2 0.76 a
0.66 a 1.76 a
Situ Bagendit V3
0.74 a 0.63 a
1.74 a Galur Harapan
V4 0.79 a
0.69 a 1.67 a
Jarak tanam
Jajar legowo J1
0.74 b 0.64 b
1.73 a 40 : 20 : 10 cm
Tegel J2
0.80 a 0.70 a
1.75 a 25x25 cm
Sistem irigasi Kontinyu
I1 0.74 b
0.64 b 1.65 b
Berselang I2
0.81 a 0.70 a
1.83 a
Keterangan: Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan taraf nyata 5.
15
Tabel 9 Hasil analisa nilai tinggi maksimum tanaman, kedalaman akar, dan biomassa kering keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan sistem jarak tanam
jajar legowo dan tegel Perlakuan
Tinggi Maksimum Kedalaman
Biomassa Tanaman
Akar Kering
m cm
kgm
2
Varietas
Inpari 1 V1
0.91 d 16 a
0.87 a Umbul
V2 1.09 a
16 a 0.84 ab
Situ Bagendit V3
0.95 b 15 a
0.80 b Galur Harapan
V4 0.93 c
16 a 0.86 ab
Jarak tanam
Jajar legowo J1
0.94 b 15 b
0.82 b 40 : 20 : 10 cm
Tegel J2
1.00 a 17 a
0.87 a 25x25 cm
Sistem irigasi
Kontinu I1
0.97 a 16 a
0.80 b Berselang
I2 0.97 a
16 a 0.88 a
Keterangan: Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan taraf nyata 5.
4.4 Efisiensi