10
h nilai rata-rata tinggi tanaman saat fase generatif ataupun fase akhir [m]
sedangkan untuk menentukan K
c
saat fase pertumbuhan vegetatif dan pematangan bulir
dapat dilakukan interpolasi dari nilai K
chit
dengan rumus seperti persamaan 21. Nilai K
e
koefisien evaporasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
K
e
= K
r
K
cmax
– K
cb
…………...24 dengan,
K
cmax
= 1.1+{[0.04U2-2-0.004RH
min
- 45]h3
0.3
} ………..25 Keterangan:
K
e
koefisien evaporasi K
cb
koefisien transpirasi K
cmax
nilai Kc maksium irigasi berselang Kr
koefisien reduksi evaporasi, saat kondisi tanah basah nilai Kr = 1.
Kemudian untuk menduga besarnya nilai kebutuhan air tanaman menggunakan rumus:
ET
c
= ET .
K
cb
+ K
e
…………..….26 Keterangan:
ET
c
evapotranspirasi tanaman mmhari K
cb
koefisien transpirasi tanaman K
e
koefisien evaporasi tanah ET
evapotranspirasi acuan mmhari
3.7 Analisis Efisiensi Penggunaan Air oleh Tanaman
Berdasarkan nilai ET
c
dapat diketahui nilai efisiensi penggunaan air oleh tanaman.
Efisiensi penggunaan air atau Water Use Efficiency WUE oleh tanaman dapat
dihitung menggunakan
rumus yang
diperkenalkan oleh Gardner 1985 dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut: WUE =
Produksi berat kering DM ….....27
ET
c
selama musim tanam
dinyatakan dalam kg DM . m
3 -1
air.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Iklim Lokasi Penelitian
Wilayah Mijen memiliki pola hujan monsun pada kondisi normal musim kemarau
terjadi pada bulan Mei – September dan
musim hujan pada bulan November – Maret
setiap tahunnya. BMKG menyatakan awal musim kemarau ditandai dalam dua dasarian
berturut-turut curah hujan yang terukur untuk tiap dasarian 50 mm maka kondisi musim
kemarau telah mulai pada dasarian pertama ketika curah hujan terukur pertama kali dan
sebaliknya untuk menentukan awal musim hujan. Dari data curah hujan dasarian di Mijen
terlihat awal musim kemarau jatuh pada April III 2010. Namun setelah dua dasarian
berikutnya, yaitu Mei II mengalami curah hujan 50 mm hingga pada Juni II 2010.
Hal tersebut dikarenakan terjadi fenomena La- Nina yang menyebabkan pergeseran awal
musim hujan menjadi lebih cepat dan durasi kejadian hujan yang lebih panjang daripada
kondisi normal.
Gambar 7 Curah hujan dasarian di Mijen tahun 2010
4.2 Kebutuhan Air Tanaman Padi di Mijen
Nilai ET
evapotranspirasi acuan
dikoreksi dengan nilai koefisien tanaman K
c
untuk mengetahui kebutuhan air oleh tanaman ET
c
. Nilai K
c
dipengaruhi oleh karakteristik tanaman,
saat tanam,
dan fase-fase
pertumbuhan tanaman, serta kondisi iklim secara umum Hasbi, 2010. Nilai K
c
pada keempat varietas padi di Mijen seperti terlihat
pada Tabel 5. Nilai K
c
menggambarkan laju kehilangan air secara drastis pada fase-fase
pertumbuhan tanaman dan menggambarkan keseimbangan komponen-komponen energi
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman FAO, 2001 dalam Aqil et al. 2001.
semai panen
10
h nilai rata-rata tinggi tanaman saat fase generatif ataupun fase akhir [m]
sedangkan untuk menentukan K
c
saat fase pertumbuhan vegetatif dan pematangan bulir
dapat dilakukan interpolasi dari nilai K
chit
dengan rumus seperti persamaan 21. Nilai K
e
koefisien evaporasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
K
e
= K
r
K
cmax
– K
cb
…………...24 dengan,
K
cmax
= 1.1+{[0.04U2-2-0.004RH
min
- 45]h3
0.3
} ………..25 Keterangan:
K
e
koefisien evaporasi K
cb
koefisien transpirasi K
cmax
nilai Kc maksium irigasi berselang Kr
koefisien reduksi evaporasi, saat kondisi tanah basah nilai Kr = 1.
Kemudian untuk menduga besarnya nilai kebutuhan air tanaman menggunakan rumus:
ET
c
= ET .
K
cb
+ K
e
…………..….26 Keterangan:
ET
c
evapotranspirasi tanaman mmhari K
cb
koefisien transpirasi tanaman K
e
koefisien evaporasi tanah ET
evapotranspirasi acuan mmhari
3.7 Analisis Efisiensi Penggunaan Air oleh Tanaman