Penelitian Selanjutnya Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

Rumpon yang ada dilokasi penelitian umumnya relatif sama dengan rumpon yang ada di daerah lain di Indonesia. Di Ternate Provinsi Maluku Utara berdasarkan hasil penelitian Kamran 2006, rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu; rakit bambu dengan ukuran panjang L 6,0 m, lebar 4,0 m, dan tinggi 0,70 m; tali temali dari bahan PE; dan atraktor dari daun kelapa sebanyak 12 pelepah direndam pada kedalaman 15 m didalam laut dan jangkar dari bahan drum cor. Selanjutnya Subani 1986, menyatakan bahwa rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu pemikat ikan atraktor, jangkar, dan pelampung. Panjang tali jangkar tali utama yang digunakan pada rumpon di Desa Sathean berkisar 1,5 – 2,0 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dilabuhkan. Menurut Subani 1986, panjang tali jangkar tali utama bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang. Panjang tali jangkar tali utama 1,5 kali untuk mengantisipasi agar rumpon tidak mudah putus . Nelayan purse seine mini Kabupaten Maluku Tenggara menentukan daerah penangkapan ikan mengikuti angin moonsun, seperti umumnya dilakukan oleh nelayan-nelayan di berbagai tempat di Indonesia. Menurut Nontji 2002, di perairan Indonesia terdapat 2 dua kali angin musim sedangkan diantara dua musim tersebut terdapat juga musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur dan musim peralihan Timur-Barat. Perilaku adaptasi ini wajar dilakukan karena nelayan selalu berusaha mencari tempat yang banyak ikan dan aman untuk keselamatan dirinya, yaitu terhindar dari gelombang besar yang biasanya ditimbulkan oleh angin yang bertiup kencang. Jika angin timur bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah barat pulau-pulau. Sebaliknya, jika angin barat bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah timur pulau-pulau. Pola seperti ini juga dijumpai pada perikanan bagan rambo di selat Makasar - Sulawesi Selatan Syafiudin, 1991. Pola musiman daerah penangkapan ikan tersebut berkaitan erat dengan pola angin moonsun.

5.4 Penelitian Selanjutnya

Pengamatan langsung terhadap operasi penangkapan ikan dalam penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama tiga bulan, mulai dari bulan Juli hingga bulan September 2010. Penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan pada musim yang berbeda dengan tujuan diantaranya untuk membandingkan komposisi ukuran ikan di antara musim yang berbeda. Pada musim ini antara bulan Juli – September nelayan di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara dalam melakukan operasi penangkapan diperhadapkan dengan kondisi laut dimana angin dan gelombang yang besar. Faktor kondisi angin dan gelombang ini sering menyebabkan hasil tangkapan menjadi sedikit, nelayan hanya bisa melakukan operasi penangkapan ditempat daerah penangkapan fishing ground yang sebelumya, ini diakibatkan informasi mengenai daerah penangkapan ikan pada nelayan di Desa Sathean masih terbatas. Keterbatasan informasi ini diakibatkan karena upaya penangkapan yang dilakukan dengan unit penangkapan purse seine mini masih sangat sederhana apabila dibandingkan dengan perikanan purse seine di daerah lain di Indonesia yang sudah dilengkapi dengan alat bantu yang bersifat modern seperti GPS, Fish finder dan Lampu sorot yang dapat melakukan operasi penangkapan tanpa mengenal waktu kapanpun baik itu kondisi laut bergelombang pada siang maupun malam hari, tanpa mempertimbangkan musim angin bertiup baik itu pada waktu musim angin timur maupun barat yang selalu bertiup kencang sehingga sering mengganggu nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap . Untuk itu pada penelitian selanjutnya diharapkan perlu adanya perubahan pada unit perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan informasi yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menilai prospek pengembangan perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengembangan perikanan tersebut dapat mencakup baik peningkatan upaya penangkapan ikan ataupun pengendalian kegiatan penangkapan ikan. Peningkatan upaya penangkapan ikan dapat dirangsang dengan penambahan atau perbaikan prasarana penangkapan ikan, seperti pada kapal harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan atau pendinginan ikan, ketersediaan pabrik es untuk melayani kebutuhan kapal yang beroperasi dengan trip operasi lebih dari satu hari, pengembangan industri pengolahan perikanan dan belum beroperasinya pangkalan pendaratan ikan PPI juga merupakan hal yang utama bagi nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapan. Pengendalian penangkapan ikan dapat mencakup penerapan pembatasan ijin penangkapan ikan untuk menjaga kelayakan usaha dari unit-unit penangkapan ikan yang ada, mencegah terjadinya kerugian kolektif karena terlalu banyak modal dikerahkan namun tidak menambah manfaat. Upaya-upaya ini dilakukan agar mengkuantifikasi usaha perikanan purse seine mini yang nantinya dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan serta kesejahteraan nelayan pada sektor perikanan dan memberikan kontibusi bagi pembangunan daerah di Kabupaten Maluku Tenggara. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan