menghitung panjang purse seine, maka untuk menangkap ikan yang bergerombol di sekitar rumpon kecepatan renang dianggap sama dengan nol tidak diperlukan
purse  seine yang  terlalu panjang.    Itulah  sebabnya  mengapa  purse  seine nelayan
Aceh yang menangkap kawanan cakalang yang berenang bebas jauh lebih panjang dari  purse  seine  yang  ada  di  Maluku  Tenggara  dan  Prigi  yang  menangkap  ikan-
ikan  pelagis  kecil  layang,  tongkol,  teri,  selar.    Panjang  purse  seine  mini  untuk yang  dioperasikan  dengan  metode  seperti  diterapkan  nelayan  Maluku  Tenggara
lebih  ditentukan  oleh  ukuran  atau diameter  kawanan  ikan dan jarak  aman  antara jaring  dan  kawanan  ikan.    Mungkin  itulah  sebabnya  mengapa  purse  seine  mini
nelayan  Maluku  Tenggara  lebih  pendek  dari  purse  seine  nelayan  Prigi  Jawa Timur yang menangkap kawanan ikan yang bergerak bebas Perkasa 2004.
5.2  Hasil Tangkapan
Metode pengoperasian purse seine dengan dua kapal two-boat system yang dilakukan  nelayan  Maluku  Tenggara  adalah  sama  dengan  yang  dilakukan  oleh
nelayan  Prigi  di  pesisir  selatan  Jawa  Timur  Perkasa  2004  dan  nelayan  Ternate Irham  2005.    Namun  berbeda  dengan  nelayan  Maluku  Tenggara  dan  Ternate,
nelayan  Prigi  tidak  menggunakan  rumpon  dan  operasi  penangkapan  ikan dilakukan  pada  siang  hari  dengan  cara  mengejar  dan  melingkari  kawanan  ikan
yang  berenang  bebas  Perkasa  2004.    Oleh  karena  itu,  pekerjaan  nelayan  Prigi lebih berisiko karena ikan-ikan yang menjadi sasaran memiliki peluang lolos lebih
besar dibandingkan dengan ikan-ikan-ikan yang bergerombol di sekitar rumpon. Perbandingan  antara  perikanan  purse  seine  mini  di  Maluku  Tenggara
dengan di tempat lain dapat dilakukan dengan melihat jumlah ikan yang diperoleh per  hari  Tabel  14.    Namsa  2006  melaporkan  bahwa  hasil  tangkapan  rata-rata
kapal  purse  seine  mini di  Ternate  adalah   ±  1.706 kg  per  hari  dengan  jenis  ikan utama adalah layang, tongkol dan selar.  Jika dibandingkan dengan produktivitas
kapal-kapal  yang  diteliti,  maka  produktivitas  kapal-kapal  purse  seine  mini  di Ternate  adalah  hampir  sama.  Hasil  tangkapan  dari  setiap  kapal  yang  diteliti
menunjukan  bahwa  semakin  besar  ukuran  panjang  jaring  maka  semakin  lama waktu yang diperlukan untuk purse seine mini dapat melingkari gerembolan ikan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin panjang ukuran jaring purse seine
mini maka  hasil  tangkapan  yang  di  dapat  semakin  banyak.  Namun    ukuran
panjang   jaring  bukan  merupakan  tolak  ukur  keberhasilan  suatu   operasi penangkapan.  Hasil  tangkapan  terutama  ditentukan  oleh  keefektifan  rumpon
dalam mengumpulkan ikan. Tabel 14   Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine
dari beberapa tempat di Indonesia
No Lokasi
Jenis ikan sasaran Panjang
purse seine Produktivitas
kg per hari Sumber
1 Maluku
Tenggara layang, kembung,
tongkol, selar. 200 - 400
1,340 ton Penelitian ini
2 Banda Aceh
Tuna, cakalang, layang  650 – 1100   4,446. ton Yustom,
2009 3
Ternate layang, tongkol, selar.
200 - 600 1,706. ton
Namsah, 2006
4 Prigi
tongkol,  layang,  teri, slengseng.
400 - 600 1,182. ton
Perkasa 2004 5
Pekalongan Tongkol,layang,  siro,
kembung, selar. 470-600 m
3,789. ton Chodriyah,
2009 6
Probolinggo lemuru, teri, layang.
350-400 m 1,030. Ton
Lutfiah 2004 7
Jenoponto Cakalang,
layang, kembung,  tongkol
375-500 m 3,783. Ton
Ghaffar, 2006
8 Pengambeng
an, Bali lemuru,
tongkol, layang.
200-300 m 1,967 ton
Pratiwi, 2002 9
Lampung layang,
kembung, selar, tongkol.
260 -  300 2,500 ton
Yusfiandayani 1997
Perbedaan  produktivitas  kapal  purse  seine  mini  di  dua  lokasi  tersebut Maluku  Tenggara  dan  Ternate  kemungkinan  besar  disebabkan  oleh  sejumlah
faktor,  di  antaranya  adalah  ukuran    panjang  jaring  dan  waktu  kecepatan pelingkaran.  Perbandingan  ukuran  panjang  purse  seine  mini  pada  kedua  daerah
tersebut  menunjukan  adanya  perbedaan  dimana  ukuran  panjang  jaring  di Kabupaten Maluku Tenggara 400 m sedangkan ukuran panjang jaring di Ternate
600  m,  perbandingan  ukuran  ini  juga    mempengaruhi    produktivitas  hasil tangkapan. Jumlah rata-rata produktivitas purse seine mini di Kabupaten Maluku
Tenggara 1.340 kg per hari sedangkan di Ternate rata-rata produktivitas 1.706 kg per  hari.  Pengaruh  ukuran  panjang  jaring  juga  berpengaruh  pada  pengoperasian
purse  seine  mini di  Kabupaten  Jenoponto  Sulawesi  Selatan  dimana  semakin
panjang jaring  maka cakupan  luasan  yang  berbentuk  mangkok  semakin  luas  dan
peluang  ikan  tertangkap  semakin  besar  Ghaffar,  2006.  Ukuran  panjang  jaring minimal yang dioperasikan di perairan Jenoponto adalah  500 m dan tinggi 70 m
dengan rata-rata hasil tangkapan 3.783 kg per hari. Faktor  waktu  kecepatan  pelingkaran  sangat  ditentukan  oleh  ukuran  kapal
GT  dan  tenaga  penggerak  HP.  Ukuran  kapal  purse  seine  mini  di  Kabupaten maluku Tenggara adalah panjang 17,0 m, lebar 2,75 m, dalam  1,90 m dan tonage
15,5 GT  dengan  kecepatan pelingkaran rata-rata 10 menit sedangkan di Ternate panjang  14,0  m,  lebar  3,15  m,  dalam  1,90  m    dan  tonage  17,5  GT  dengan
kecepatan  rata-rata  7  menit.  Perbedaan  ini  sangat  berpengaruh  pada  saat pelingkaran jaring dimana pada saat melingkari kawanan ikan, kapal memerlukan
kecepatan  penuh  untuk  mencegah  lolosnya  ikan  untuk  itu  perlu  menggunakan tenaga  penggerak  berukuran  besar  tetapi  juga  harus  memperhatikan  ukuran
panjang  kapal  hal  ini  untuk  menjaga  kestabilan  kapal  saat  melakukan  operasi penangkapan  Anhar,  1993.  Faktor  kekuatan  mesin penggerak  HP  juga  sangat
berpengaruh  pada  hasil  tangkapan  di  perairan  Jenoponto  Sulawesi  Selatan. kekuatan  mesin  akan  menentukan  kecepatan  kapal  saat  mengejar    gerombolan
ikan  dan  melingkari  purse  seine  mengelilingi  gerombolan  ikan  yang  bergerak. Kapal  dengan  kecepatan  yang  relatif  tinggi  dapat  menghalangi  atau  menyaingi
kecepatan  renang  ikan.  Oleh  karena  itu,  kapal  yang  bergerak  relatif  lebih  cepat dari  kecepatan  renang    ikan  akan  meningkatkan  peluang  tertangkapnya
gerombolan ikan Fridman, 1986 diacu dalam Ghaffar 2006. Analisis statistik terhadap data produksi ikan dan panjang purse seine mini
dari  penelitian  ini  menyimpulkan  semakin  panjang  jaring  maka  hasil  tangkapan
yang  diperoleh  juga  semakin  besar.    Salah  satu  faktor  produksi  yang
mempengaruhi  hasil  tangkapan  adalah  panjang  jaring,  dimana  berdasarkan  hasil penelitian  Namsa,  2006,  fungsi  produksi  untuk  unit  penangkapan  purse  seine
mini soma pajeko di perairan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh
yang  nyata  terhadap  hasil  tangkapan,  keadaan  ini  berarti    bahwa  setiap penambahan  atau  pengurangan  ukuran  panjang  jaring  akan  mengakibatkan
peningkatan  atau  pengurangan  jumlah  hasil  tangkapan.  Faktor  panjang  pukat cincin  dilaporkan  juga  signifikan  untuk  produksi  ikan  yang  ditangkap  dengan
pukat  cincin  di  Pekalongan  Sudibyo,  1998  dan  di  Pengambengan  Kabupaten
Jembrana  Bali  Sugiarta,  1992.    Secara  teoritis  semakin  panjang  jaring  pada purse  seine
maka  akan  semakin  besar  pula  garis  tengah  lingkaran  dan menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya
karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding  purse seine  semakin besar sehingga  ikan  tersebut  semakin  besar  peluangnya  untuk  tertangkap  Fridman,
1986. Penelitian  ini  membandingkan  lama  atau  waktu  yang  diperlukan  untuk
melingkarkan secara sempurna jaring-jaring  yang berbeda panjangnya, yaitu 400 meter,  350    meter  dan  300  meter.    Secara  teori,  jika  tidak  ada  hambatan  teknis
yang diakibatkan oleh kondisi laut dan kesalahan manusia, maka semakin panjang jaring  akan  semakin  lama  waktu  yang  diperlukan  untuk  melingkarkannya  jika
kecepatan  pelingkaran  jaring  dari  setiap  kapal  yang  mengoperasikannya  adalah sama.  Analisis statistik sebenarnya tidak diperlukan jika penelitian hanya sekedar
bertujuan  untuk  mengetahui  apakah  ada  perbedaan  yang  nyata.    Sesungguhnya penelitian ini menunjukkan bahwa fishing master dari kapal purse seine mini yang
diteliti  melingkarkan  jaring  dengan  kecepatan  yang  tidak  terlalu  berbeda,  yaitu KM  Virus  rata-rata  lama  pelingkaran  12,43  menit  dengan  standar  deviasi  1,40
menit,  KM  Mujur    rata-rata  lama  pelingkaran  10  menit  dengan  standar  deviasi 1,30  menit  dan  KM  Dewo    rata-rata  lama  pelingkaran  8,57  menit    dengan
standar  deviasi  1,22  menit.    Adanya  perbedaan  nyata  dalam  lama  pelingkaran jaring  tersebut  kemungkinan  besar  disebabkan  oleh    perbedaan  ukuran  panjang
jaring  pada  saat  melingkari  gerombolan  ikan  sementara  tenaga  penggerak  dari masing-masing kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin outboard 40 PK dua
buah,  jumlah  ABK  masing-masing  kapal    15  –  17  orang.  Keahlian  dan ketrampilan  ABK  saat  melakukan  pelingkaran  jaring  juga  sangat  menentukan
waktu lama pelingkaran selain faktor kondisi oseanografi; arus, ombak dan angin juga berpengaruh pada saat melingkari jaring.
Ukuran  mata  jaring  pada  alat  penangkapan  ikan  yang  berfungsi  untuk menjerat  atau  mencegah  lolosnya  ikan  akan  menentukan  komposisi  ikan  yang
tertangkap.  Ulasan  tentang  pengaruh  faktor  mesh  size  ini  sering  muncul  dalam penelitian  tentang  selektivitas  alat  penangkapan  ikan,  seperti  yang  dikemukakan
oleh  Gulland  1983  selektivitas  adalah  kemampuan  dari  alat  tangkap  untuk
meloloskan  ikan.  Lebih  lanjut  FAO  1995  menyatakan  bahwa  selektivitas merupakan  sifat  alat  tangkap  tertentu  untuk  mengurangi  atau  mengeluarkan
tangkapan yang tidak sesuai ukuran unwanted catch dan selektivitas merupakan fungsi  dari  suatu  alat  penangkapan  ikan  dalam  menangkap  spesies  ikan  dalam
jumlah  dan  selang  ukuran  tertentu  pada  suatu  populasi  di  daerah  penangkapan ikan. Nomura et al. 1990 mendefinisikan lebih jauh tentang selektivitas ukuran
adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap  spesies  dengan  ukuran  tertentu,  kemampuan  tersebut  dengan
menghindarnya  ikan  dari  hadangan  jaring  yang  merupakan  proses  penentu peluang  tertangkapnya  ikan.  Selanjutnya,  Fridman  1986  menyatakan  bahwa
ukuran  mata jaring  mempunyai  pengaruh  terbesar  pada  selektivitas  alat  tangkap. Memperbesar ukuran mata jaring dapat menyebabkan perubahan komposisi pada
jumlah  hasil  tangkapan,  sehingga  pengetahuan  tentang  selektivitas  sangat membantu dalam merancang, membuat dan mengoperasikan alat tangkap dengan
baik.    Jika  jaring  diharapkan  dapat  mencegah  lolosnya  ikan  maka  ukuran  ikan terkecil  yang  tertangkap  akan  cenderung  ditentukan  oleh  ukuran  mata  jaring.
Sehingga  semakin  besar  ukuran  mata  jaring  maka  semakin  kecil  peluang  ikan- ikan  terkecil  yang  tertangkap.    Sebaliknya,  jika  ukuran  mata  jaring  lebih  kecil
maka  peluang  ukuran  ikan  terkecil  yang  tertangkap  akan  cenderung  semakin besar.  Namun  fenomena  ini  tidak  ditemukan  dalam  penelitian  di  Maluku
Tenggara, baik pada komposisi ukuran ikan layang, tongkol maupun selar dalam hasil tangkapan ketiga kapal yang masing-masing menggunakan purse seine mini
dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Ukuran  ikan  yang  tertangkap  pada  ketiga  kapal  purse  seine  mini  pada
penelitian  ini  adalah  untuk  jenis  ikan  layang  dan  selar  didominasi  ukuran  yang sudah  matang  gonad,  dimana  ikan  layang  dengan  kisaran  panjang  18  –  25,8  cm
dan mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm length at first maturity pada  ukuran  19,3  cm  dan  ikan  selar  dengan  kisaran  panjang  15  –  18,8  cm  dan
mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm length at first maturity pada ukuran 15,3 cm sedangkan untuk jenis ikan tongkol dengan kisaran panjang 22 –
30,8  cm  umumnya  ikan  tertangkap  didominasi  ukuran  kecil  dan  mengalami
pertama matang gonad pada ukuran Lm length at first maturity pada ukuran 30 cm
www.fishbase.org
. Hasil  penelitian  menunjukan  bahwa  ukuran  ikan  tertangkap  pada  jenis
layang  Decapterus  russelli    dan  selar  Selaroides  leptolepsis  didominasi  oleh ikan  dewasa  matang  gonad.  Sedangkan  ikan  tongkol  Auxis  thazard  ikan
tertangkap  didominasi  oleh  ikan  kecil.    Umumnya    ukuran  ikan  tertangkap  pada suatu  perairan  tersebut  dapat  dipengaruhi  oleh  sejumlah  faktor,  di  antaranya
adalah  musim  penangkapan  ikan  dan  ukuran  matang  gonad  ikan.  Penelitian tentang musim penangkapan ikan  dibeberapa daerah di Indonesia menurut  Irham
2005 bahwa musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis di perairan Maluku utara adalah  layang Decapterus russelli musim ini terjadi pada bulan     Mei –
Juli    dimana  puncaknya  pada  bulan  Juli  yaitu  pada  saat  musim  timur,  tongkol Auxis  thazard
musim  ini terjadi  pada  bulan    September  –  Desember    dimana puncaknya  terjadi  pada  bulan  Oktober  yaitu  pada  saat  musim  peralihan  Timur-
Barat. Yusfiandayani 2004, menyatakan bahwa panjang ikan yang matang gonad berdasarkan  hasil  penelitiannya di  perairan  Pasauran  untuk ikan layang  20  –  21
cm,  ikan  tongkol  28  –  30  cm  dan  ikan  selar  22  –  24  cm.  Sedangkan berdasarkan  hasil  penelitian  Najamudin  2004,  bahwa  hasil  perhitungan  dengan
selang  kepercayaan  95  menunjukan  bahwa  ikan  layang  betina  pertama  kali matang gonad pada ukuran panjang cagak fork length 14,28 cm dengan kisaran
panjang antara 14,08 – 14,47 cm, ikan layang jantan matang gonad pada ukuran panjang  cagak  15,54  cm  dengan  kisaran  panjang  antara  15,18  –  15,91  cm.  Di
Teluk Ambon ditemukan ukuran pertama kali matang gonad pada panjang total 15 cm Sumadhiharga, 1991, perairan laut Jawa ukuran pertama kali matang gonad
ikan  layang  yaitu  pada  panjang  15,53  cm  Widodo,  1988  dan  di  perairan Kabupaten  Barru  teridentifikasi  ada  yang  memijah  pada  panjang  total  15  cm
Sudirman, 2003. Hasil  penelitian    hubungan  panjang  berat  dari  ketiga  jenis  ikan  untuk
masing-masing  kapal  purse  seine  mini  menunjukan  bahwa  KM  Virus  nilai  b koefisien  regresi  yang  didapat  dari  hubungan  panjang  dan  berat,  untuk    ikan
layang  2,173,  ikan  tongkol  1,289  dan  ikan  selar  3,246  sehingga  dapat  dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang dan tongkol menunjukkan nilai lebih kecil dari 3
b  3   bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat  lebih lambat dari pada pertambahan panjang  sedangkan untuk jenis selar menunjukkan nilai lebih
besar  dari  3  b    3  sehingga  dapat  dikatakan  pertumbuhan  untuk  selar  bersifat allometrik  positif  dimana  pertambahan  berat  lebih  cepat  dari  pertambahan
panjang.  KM  Mujur  nilai  b  koefisien  regresi  yang  didapat  dari  hubungan panjang  dan  berat,  untuk    ikan  layang  1,836,  ikan  tongkol  1,138  dan  ikan  selar
2,764  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  pertumbuhan  ikan  layang,  tongkol  dan selar menunjukkan nilai lebih kecil dari 3 b  3   bersifat allometrik negatif di
mana pertambahan berat  lebih lambat dari pada pertambahan panjang. KM Dewo nilai  b  koefisien  regresi  yang  didapat  dari  hubungan  panjang  dan  berat,  untuk
ikan  layang  1,886,  ikan  tongkol  1,041  dan  ikan  selar  2,922  sehingga  dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan selar menunjukkan nilai
lebih kecil dari 3 b  3   bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang.
Penelitian  tentang  hubungan  panjang  dan  berat  pernah  dilakukan  oleh beberapa peneliti pada daerah yang berbeda diantaranya, di Laut Jawa dilakukan
oleh Widodo 1988 pada ikan layang Decapterus spp didapatkan nilai b = 2,997 untuk ikan jantan dan b = 3,043 untuk ikan betina dan di Perairan Teluk Ambon
dilakukan oleh Sumadhiharga 1991 diperoleh nilai b = 2,298. Perbedaan nilai b dari beberapa penelitian ini diduga karena dipengaruhi oleh perbedaan musim dan
tingkat  kematangan  gonad  serta  aktivitas  penangkapan.  Menurut  Graham  1935 dalam
Soumokil  1996  tekanan  penangkapan  yang  cukup  tinggi  pada  suatu daerah turut mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan populasi ikan.
Berdasarkan hasil tangkapan selama operasi penangkapan yang dilakukan oleh  masing-masing  kapal  purse  seine  mini  ternyata  ikan-ikan  yang  tertangkap
adalah ikan yang sudah matang gonad memijah. Penangkapan ikan yang sudah memijah tidak akan membahayakan kelestarian sumberdaya ikan sebaliknya jika
penangkapan ikan  yang  belum  sempat  memijah  akan  membahayakan  kelestarian di  perairan  tersebut.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  kecil  presentasi  tertangkapnya
ikan-ikan ukuran kecil khususnya pada jenis layang dan selar pada saat penelitian ini  berlangsung,  karena  hasil  tangkapan  pada  daerah  penangkapan  ikan  di
perairan Udar, Mataholat dan Mastur  di Kabupaten Maluku Tenggara di dominasi
oleh  ikan-ikan  yang  sudah  memijah  dewasa  hal  ini  berdasarkan  sebaran perbandingan  panjang  ikan  yang  tertangkap  pada  saat  dimana  musim
penangkapan ikan akan berlangsung.
5.3  Pola Operasi Armada Purse Seine Mini