2.3.2. Mitotik indeks
Mitotik indeks adalah angka indeks yang menyatakan jumlah sel yang melakukan pembelahan dalam 500 sel sebagai dasar perbandingan. Pada
beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa mitotik indeks merupakan indeks yang sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, mitotik indeks
digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan.
2.4. Karakteristik Cahaya
Dalam perambatannya di atmosfer maupun dalam perairan, cahaya mengalami proses perenyapan ekstinksi . Energi gelombang cahaya yang berhasil
menembus lapisan-lapisan air akan semakin habis dan pada kedalaman tertentu akan lenyap sama sekali sehingga lapisan air pada batas kedalaman tadi
merupakan bagian yang diliputi kegelapan. Selain intensitas energi yang berkurang dengan adanya perenyapan, komposisi warna juga berubah. Pada
kedalaman 1 m, hampir seluruh warna infra merah direnyapkan. Pada kedalaman 10 m warna merah renyap. Pada kedalaman 100 m hanya warna kuning, hijau dan
biru dengan intenitas sangat kecil. Di bawah kedalaman 100 m merupakan daerah gelap gulita Ilahude, 1999 .
METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2007. Pengamatan dan
pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2007 di Bagian Hidrobiologi, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Pembuatan preparat histologis dilakukan pada bulan Juni-Agutus di Bagian Histologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. 3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 3 Set akuarium yang
dilengkapi dengan sistem filtrasi dan aerasi; lampu incandescent dan lampu fluorescent
; termometer; refraktometer; spektrometer; kertas pH; oven; mikroskop cahaya Olympus CHS 20 EM; inkubator; mikrotom; plastik hitam;
gunting dan pinset. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1600 liter air laut; 9 ekor
anemone Heteractis malu ; glacial acetic acid; formalin 4; 1M HCl; alkohol dengan konsentrasi 70,80,90 dan 100; xilol; paraffin; gliserin;
hemaktosilin; eosin; akuades; air keran; objec glass; cover glass; lem perekat balsamic
merek dagang ; minyak imersi; kertas tisu; dan pakan anemon berupa cacing beku, udang rebon beku dan cincangan daging ayam.
3.3 Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 buah akuarium. Masing masing akuarium diisi dengan air laut dan di dalamnya diletakkan 3 ekor anemon.
Akuarium 1 diberi lampu incandescent dan akuarium 2 diberi lampu fluorescent, sedangkan akuarium 3 mendapatkan penyinaran alami. Akuarium 1 dan akuarium
2 ditutup dengan menggunakan plastik hitam sehingga hanya menerima cahaya yang bersumber dari lampu saja. Penyinaran dengan menggunakan lampu
dilakukan selama 9 jam, dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Perlakuan penyinaran diberikan selama lima hari.
Gambar 6. Akuarium 1 menggunakan lampu incandescent.
Pembuat arus pompa
Pompa
Rubble pecahan karang
Biota outlet
Termometer Protein skimmer
Plastik hitam
aerator outlet
t
Kapas
B Lampu fluorescent
Gambar 7. Akuarium 2 menggunakan lampu fluorescent
Matahari Termometer
Outlet Inlet
Biota Pembuat arus
pompa Aerator
Pompa Outlet
Rubble Pecahan karang Kapas
filter
Protein Skimmer
Gambar 8. Akuarium 3 sebagai kontrol dengan cahaya matahari alami.
3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Pengamatan visual