Pembahasan Model VAR Jakarta Tea Auction

59 semakin kecil nilai MSE Mean Squared Error maka semakin dekat model dalam menggambarkan data aktual. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 3, didapatkan hasil bahwa nilai MSE Mean Squared Error pada model Naive Forecasting lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai MSE Mean Squared Error pada model VAR Vector Autoregression . Hasil MSE menunjukkan bahwa model Naive Forecasting lebih baik dalam menggambarkan pergerakan harga teh grade Dust pada lelang Jakarta Tea Auction yang akan datang, jika dibandingkan dengan model VAR Vector Autoregression .

6.3. Pembahasan Model VAR Jakarta Tea Auction

Setelah didapatkan model VAR dengan lag satu, didapatkan hasil bahwa harga Dust di Jakarta Tea Auction tidak dipengaruhi secara nyata oleh harga Dust di Guwahati dan Colombo. Dikarenakan mayoritas teh grade Dust yang dijual pada Guwahati dan Colombo lebih difokuskan untuk konsumsi dalam negeri dan hanya sedikit jumlah teh grade Dust yang diekspor ke negara-negara seperti Pakistan, Inggris, Jerman, Australia, dan Mesir. Tingginya tingkat konsumsi di negara tujuan ekspor dan masih sedikitnya teh grade Dust untuk ekspor membuat harga tidak saling berpengaruh satu sama lain. Sehingga perubahan harga yang terjadi di Guwahati dan Colombo tidak tertransmisikan terhadap harga yang terjadi di Jakarta. Melalui fungsi respon impuls, dilihat seberapa besar pengaruh Jakarta Tea Auction terhadap shock atau perubahan yang terjadi di kedua auction lainnya. Shock dari auction luar negeri baru akan dirasakan oleh Jakarta Tea Auction pada periode kedua, namun besarnya shock yang terjadi tidak terlalu besar. Dikarenakan masih terbukanya peluang pasar untuk teh grade Dust dan tidak semua teh grade Dust yang dilelang di Jakarta Tea Auction diekspor ke pasar yang sama seperti Guwahati dan Colombo. Sehingga shock yang terjadi pada auction lain, tidak terlalu berpengaruh besar terhadap Jakarta Tea Auction. Berdasarkan hasil Uji Dekomposisi Ragam, dalam periode jangka pendek Jakarta Tea Auction memberikan kontibusi yang besar untuk menjelaskan nilai ragam harga Jakarta Tea Auction yang akan datang. Guwahati Tea Auction, dan 60 Colombo Tea Auction juga memberikan kontribusi terhadap ragam Jakarta Tea Auction , namun besarnya kontribusi terhadap ragam harga teh grade Dust Jakarta Tea Auction yang akan datang, masih tidak lebih besar jika dibandingkan dari pengaruh yang disebabkan oleh Jakarta Tea Auction itu sendiri. Jika dibandingkan dengan model Naive Forecasting yang digunakan oleh PT. KPB Nusantara, model Naive Forecasting dapat menjelaskan data aktual dengan lebih baik. Berdasarkan perhitungan nilai MSE Mean Squared Error, MSE Mean Squared Error pada Naive Forecasting menunjukkan nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai MSE Mean Squared Error pada model VAR. Hal ini berbanding lurus dengan hasil pengujian sebelumnya, seperti Fungsi Respon Impuls dan Variance Decomposition yang menjelaskan bahwa harga teh grade Dust yang terjadi di Jakarta Tea Auction lebih dijelaskan oleh harga Jakarta Tea Auction itu sendiri. Model Naive Forecasting dapat menjelaskan pergerakan harga lebih baik. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Mujiati, salah satu peneliti di PT. KPB Nusantara, dikarenakan dalam penentuan harganya teh dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal selain harga sebelumnya yakni; kualitas teh yang dijual saat lelang, keadaan alam, kondisi geopolitik, kondisi ekonomi global, dan keadaan negara tujuan buyer. Berdasarkan hasil dari pembahasan permodelan VAR ada beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh PT. KPB Nusantara sebagai penyelenggara lelang teh di Indonesia, dan Dewan Teh Indonesia, sebagai pemegang kebijakan untuk agribisnis teh Indonesia, untuk meningkatkan penjualan teh grade Dust yang dilelang di Jakarta Tea Auction antara lain; 1. Model Naive Forecasting sudah dapat menggambarkan pergerakan harga Jakarta Tea Auction lebih baik jika dibandingkan dengan model VAR. Namun dikarenakan adanya indikasi pengaruh dari komponen musiman, maka akan lebih baik jika melakukan permodelan peramalan univariate dengan memasukkan unsur musiman dalam pendugaan harga yang akan datang. 2. Perlunya peningkatan kualitas dari teh yang dijual pada pelelangan, dengan adanya peningkatan kualitas diharpakan harga yang terjadi di pelelangan 61 dapat meningkat. Dikarenakan terjadinya harga di Jakarta Tea Auction lebih dipengaruhi faktor Jakarta Tea Auction itu sendiri. 3. Dikarenakan masih adanya ketimpangan informasi antara beberapa pihak produsen teh mengenai perkembangan harga, diharapkan adanya pertukaran informasi yang baik dari PT. KPB Nusantara dan Dewan Teh Indonesia guna merespon perkembangan pasar teh yang sedang terjadi saat ini. VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan