14
Hongaria,  Amerika  Serikat  dan  Kanada  2  Kelompok pasar-2  terdiri dari pasar negara-negara  Eropa  Barat  Inggris,  Jerman,  Belanda,  Australia,
Jepang, negara-negara Eropa Timur secara umum, Turki, negara-negara Amerika Utara  dan  Amerika  Selatan  secara  umum,  dan  India;  3  Kelompok  pasar-3
meliputi pasar teh negara Pakistan, Afghanistan,  Mesir, Malaysia, dan Singapura, 4  Kelompok  pasar-4  meliputi  pasar teh negara  Iran  dan  negara-negara  Timur
Tengah secara umum, dan 5 Kelompok pasar-5 yang meliputi pasar teh negara- negara Irak, Syria, dan wilayah Rusia khususnya Federasi Rusia.
Teh  small  grades  seperti  Fanning,  Pekoe  Fanning  PF,  dan  Dust  lebih diminati di kelompok pasar-1 Polandia, Hongaria, Amerika Serikat dan Kanada,
2 Eropa Barat Inggris, Jerman, Belanda, Australia, Jepang, negara-negara Eropa Timur,  Turki,  Amerika  Utara,  Amerika  Selatan,  dan  India,  dan  3  Pakistan,
Afghanistan, Mesir, Malaysia, dan Singapura. Berbeda dengan kelompok pasar-1 dan 2, kelompok pasar-3 meminta teh small grades dengan mutu lebih tinggi dari
pasar-1  dan  2.  Sedangkan  untuk  teh jenis  broken  grades,  seperti  Broken  Orange Pekoe
BOP,  Broken  Pekoe  BP  dan  Broken  Tea  BT,  lebih  diminati  di kelompok pasar-4 Iran dan negara-negara Timur Tengah dan 5 Irak, Syria, dan
wilayah Rusia.
2.3. Teh di Indonesia
Teh pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang  yang  dibawa  oleh  seorang  berkebangsaan  Jerman  bernama  Andreas
Cleyer,  dan  ditanam  sebagai  tanaman  hias  di  Jakarta.  Pada  tahun  1694,  menurut Valentjin,  usaha  pengembangan  teh  skala  perkebunan  dimulai  oleh  pemerintah
Belanda,  hingga  abad  19,  teh  mulai  dikenal  luas  sebagai  tanaman  perkebunan Indonesia. Ekspor teh pertama Indonesia dimulai pada tahun 1835, dengan negara
tujuan Amsterdam Nazaruddin, 1993. Mulai  dari  saat  itu,  teh  dikenal  sebagai  salah  satu  industri  yang  potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Beberapa penelitian terus dilakukan oleh Pusat Penelitian  Teh  dan  Kina  PPTK  untuk  menghasilkan  beberapa  tanaman  teh
unggul.  Hingga  saat  ini  dikenal  beberapa  klon  teh  unggul,  yakni  TRI  2024,  TRI 2025, Gambung, Pasir Sarongge PS, Rancabali RB dan beberapa klon lainnya.
15
Klon  Gambung  6 – Gambung 11 merupakan klon tanaman  yang unggul karena
dapat  memproduksi  sekiar  4.000kgHa-5.500kgHa  tanaman  teh  basah.  Klon  ini merupakan  klon  tanaman  teh  yang  dikembangkan  oleh  PPTK  Gambung  pada
tahun 1998,  yang dianjurkan untuk ditanam menggantikan klon-klon  yang sudah beredar. Tanaman teh tersebar di beberapa pelosok  Indonesia  yakni, Jawa  Barat,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hingga saat ini, berdasarkan data dari Departemen Pertanian tercatat ada sekitar 127.384 Ha lahan yang digunakan
untuk menanam teh, dan menghasilkan 149.764 ton teh per tahunnya. Menurut PPTK 2006, beberapa syarat tumbuh tanaman teh antara lain;
1 Iklim Tanaman  teh  akan  tumbuh  dengan  baik  bila  ditanam  di  daerah  dengan  suhu
13-25
O
C, dengan curah hujan yang cukup tinggi dan merata, karena tanaman ini  tidak  tahan  terhadap  kekeringan,  sekitar  kurang  lebih  2000  mm  curah
hujan tahunannya. Tanaman teh juga tidak tahan terhadap panas sehingga jika suhu  berada  ditas  30
O
C  pertumbuhannya  akan  terhenti,  oleh  karena  itu  di perkebunan dataran rendah perlu ditanam pohon pelindung untuk melindungi
tanaman teh dari suhu  tinggi. 2 Tanah
Tanah  yang  memenuhi  kriteria  pertumbuhan  tanaman  teh  adalah  tanah  yang subur,  mengandung  bahan  organik,  dan  memiliki  pH  4,5-5,6.  Umumnya
tanah  dengan  kandungan  seperti  ini  terjadi  di  tanah  andisol  vulkanis  muda yang terletak di lereng-lereng gunung berapi.
3 Elevasi Elevasi ketinggian juga menjadi sebuah  faktor  yang mempengaruhi karena
terkait dengan iklim suhu udara; semakin rendah maka suhu akan semakin tinggi,  oleh  karena  itu  di  daerah  rendah  perlu  ditanam  pohon  pelindung.
Perkebunan  teh  dibagi  menjadi  tiga  berdasarkan  ketinggiannya;  Perkebunan Daerah  Rendah  800m  diatas  permukaan  laut  dpl,  Perkebunan  Daerah
Sedang 800-1200m dpl dan Perkebunan Daerah Tinggi 1200m dpl.
16
2.4. Proses Produksi Teh Hitam dan Pemasarannya