3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.
2.4.1 Stabilitas emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika: a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan. b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke
dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam. c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya. Untuk
kebanyakan emulsi stabilitas baik pada 5°C dan 40°C selama 3 bulan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi Ansel, 1989.
2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang
ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika Ditjen POM, 1995.
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60 dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar Ditjen POM, 1979.
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi WO
b. Emulsi minyak dalam air atau emulsi OW
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
Lachman, dkk., 1994. Basis krim vanishing cream disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan gliserin, propilenglikol, sorbitol sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi ow
untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis Voigt, 1995.
Krim pelembut adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud memperbaiki kulit rusak misalnya karena deterjen. Bahan yang biasa digunakan
mencakup emolien, pengawet dan parfum Ditjen POM, 1985.
2.6 Kosmetik Untuk Kulit
Universitas Sumatera Utara
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445MenKes1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar, gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Dalam definisi kosmetik di atas, yang dimaksudkan dengan “tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit” adalah sediaan
tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan
organ tubuh yang dikenai ditempeli adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut.
Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
2.6.1 Kosmetika pelembab
Kosmetik pelembab moisturizers termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
Wasitaatmadja, 1997. Umumnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentosa, dan derivat asam fosfat, yang jumlah totalnya 20 dari berat lapisan stratum corneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian. Jika bahan-bahan itu tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air
maka dapat menyebabkan dehidrasi kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Kosmetika pelembab bekerja dengan cara mempertahankan ikatan air di
dalam kulit dan melindungi lipid atau lipoprotein yang terdapat dalam membran sel. Kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan maupun
sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan kulit dari sel kulit
namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan
minyak tertentu moisturizing oil, atau campuran minyak dalam air moisturizing cream dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus
Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus
membuat kulit terlihat bersinar. Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih dari 10, bila terjadi penguapan air yang berlebihan maka nilai kandungan air
tersebut akan berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah: 1. Menutup permukaan kulit dengan minyak oklusif.
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. 3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik
yang menyerap air. 4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh yang mengeringkan kulit.
2.6.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20 dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian
jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu
terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,
demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.
2.6.3 Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak
Universitas Sumatera Utara
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak
mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.
Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk, dari krim lemak anhydrous, krim emulsi WO, emulsi ganda, krim OW yang kaya
lemak, sampai emulsi OW cair yang mengandung air lebih dari 80.
2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di
permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit Tranggono dan Latifah, 2007.
2.7 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM,
1985. a.
Emolien Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol. b.
Zat sawar Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan
Universitas Sumatera Utara
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap Balsam, 1972.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata homogen, misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin. e.
Pengawet Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi.
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari
parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen Lachman, dkk., 1994.
2.8 Silika Gel