Butylated Hydroxy Toluene BHT Uji Tempel

kamera, teropong, alat-alat komputer, sepatu kulit, pakaian, makanan, obat- obatan, dan peralatan peralatan lainnya. Silika gel adalah substansi-substansi yang digunakan untuk menyerap kelembaban dan cairan partikel dari ruang yang berudara Anonim c, 2012.

2.9 Butylated Hydroxy Toluene BHT

Butylated hydroxy Toluene digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik, makanan, dan farmasi. Hal ini terutama digunakan untuk menunda atau mencegah ketengikan oksidatif lemak dan minyak dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin larut minyak. Butylated hydroxytoluene juga digunakan pada 0,5-1,0 ww konsentrasi di karet alam atau sintetis untuk meningkatkan warna stabilitas. Titik didih 265 o C, Kepadatan massal 0,48-0,60 gcm3, kepadatan benar 1,031 gcm3, titik nyala 127 o C terbuka cangkir, titik lebur 70 o C, kadar air 40,05, NIR spektrum. Koefisien partisi oktanol: air= 4,17-5,80, indeks bias n D75= 1.4859. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, soluble hidroksida alkali, asam mineral encer. Larut dalam aseton, etanol 95, benzena, eter, metanol, toluen, minyak mineral. Lebih larut dari hydroxyanisole butylated dalam minyak makanan dan lemak Rowe, dkk., 1983.

2.10 Uji Tempel

Universitas Sumatera Utara Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan uji itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan kulit atau tidak. Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan kulit. Jika toksikan diletakkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan allergen Ditjen POM, 1985. Umumnya, iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Alergen biasanya adalah zat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada kulit yang mengikuti pelekatan pertama pada kulit yang sama Ditjen POM, 1985. Tanda – tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yakni dalam keadaan tidak parah umumnya akan nampak sebagai hyperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal pada daerah kulit rusak saja. Tetapi jika keadaannya lebih parah, kemungkinan besar dapat menyebabkan efek toksik yang dapat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa penderitanya Ditjen POM, 1985. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni, uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan Ditjen POM, 1985. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca analitis Boeco, pH meter Hanna Instrumen, mikroskop listrik Olympia, lumpang porselen, cawan penguap, gelas ukur, beaker gelas, stamfer, objekdek gelas, kain kasa, tutup pot plastik, penangas air, batang pengaduk, spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan, plester tensoplast, oven.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil akohol, asam laktat, gliserin, kalium hidroksida, air suling, nipagin, nipasol, BHT, silika gel, parfum minyak rosa, biru metil, larutan dapar pH asam 4,1, larutan dapar pH netral 7.

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM, 1985: 1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan Universitas Sumatera Utara