Program-program Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh

2.8 Program-program Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh

Untuk menata permukiman kota menjadi lebih teratur, rapi dan indah, dan sehat telah diupayakan berbagai program penataan lingkungan dan permukiman kumuh diberbagai kota di indonesia. Berbagai program dengan bernagai istilah telah diimplementasikan di permukiman dengan tujuan yang sama untuk membuat permukiman menjadi semakin tertata dan dilengkapi sarana prasarana dasar kota. Program perbaikan lingkungan perkampungan atau yang sering dikenal dengan kampung improvement program KIP telah lama diupayakan. Hingga saat ini program tersebut masih tetap dilakukan dengan berbagai penyesuaian seiring dengan perkembangan masyarakat perkotaan dan permukimannya. Program perbaikan kampung di indonesia, pertama kali dilakukan pada tahun 1923 di Kota Surabaya. Dengan demikian, KIP sudah dilakukan pada waktu zaman pemerintahan Belanda di Indonesia. Namun demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara KIP pada zaman pemerintahan Belanda dan KIP pada saat setelah kemerdekaan. Pada zaman Belanda, KIP dilaksanakan untuk menangani politik etis yang dilakukan oleh kaum oposisi di Parlemen Belanda. Tujuan lain adalah untuk melindungi penduduk warga eropa yang umumnya tinggal didekat kampung dari bahaya epidemi. Jadi pada dasarnya, program ini hanya menangani aspek sanitasi kampung. Sedangkan program perbaikan perbaikan lingkungan yang saat sekarang ini dilaksanakan lebih menekankan pada pembangunan yang menyeluruh bagi penduduk, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara khususnya penduduk miskin. pembangunan dalam hal ini mempunyai arti membangun lingkungan fisik dan sakaligus manusianya Silas, 1996: 8-9. 2.8.1 Kebijakan Umum Penyediaan Perumahan dan Permukiman di Kota Sebagai Pengantar Pengembangan Kebijakan Permukiman Untuk memahami dan merumuskan kebijakan masa depan, perlu lebih dahulu memahami berbagai upaya pengembangan perumahan dan permukiman yang selama ini telah dilaksanakan dengan memberikan evaluasi singkat. Akan nampak pula bahwa kebijakan di bidang perumahan dan permukiman yang lalu dirumuskan dengan mengedepankan kepentingan politik dari pada sektoral. • Pola Pembangunan Perumahan Berimbang 1:3:6 Gagasan ini muncul akibat maraknya pembangunan perumahan mewah dan super mewah. Di samping itu ada desakan agar fisik swasta yang menikmati laba besar ikut bertanggung jawab atas kesenjangan yang dirasakan masyarakat kecil. Namun dalam kenyataan, kebijakan ini mudah diselewengkan dan lebih banyak memberi untung pada pengembangan dari pada rakyat yang hendak dilayani. • Taperum PNS Untuk mendukung dan mempercepat pemenuhan permintaan perumahan bagi masyarakat golongan bawah, PNS hendak ditangani secara tersendiri melalui penggalangan sumberdana solidaritas mandiri, yaitu sesama PNS. Gagasan ini sebenarnya baik, namun dalam pelaksanaannya belum efisien sehingga masih cukup banyak PNS golongan bawah yang belum terlayani Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara • Kredit Triguna Pola kredit ini hanya varian dari KPR biasa. Dalam pelaksanaannya pola kredit ini sulit terralisasi sebab ada beberapa persyaratan dasar yang sebelumnya harus dipenuhi seperti adanya serrtipikat tanah, izin mendirikan bangunan, jumlah yang cukup besar, dukungan Pemda setempat. • Pola Rumah Inti Ini merupakan pola umum yang dikembangkan akhir tahun limapuluhan. Saat pengadaan perumahan oleh rakyat sendiri diakui, agar pembangunan dapat lebih tertib dan persyaratan dasar dipenuhi seperti air bersih, saluran pembuangan. Dimina pemerintah diminta mengambil inisiatif dengan pembangunan dasar dari rumah yang berupa inti untuk selanjutnya dikembangkan sendiri oleh pemilik penghuninya. • Griya Pemula Starter Housing Pada awalnya griya pemula dimasukkan untuk sekaligus memperbaiki kesalahan rumah inti dan membantu pembangunan rumah oleh pelaku real-estate wong cilik yang banyak dijumpai di kampung. Ketika skema perumahan ini diminta dukungan kredit pemilikan rumah yang bersubsidi, oleh kalangan Bappenas gagasan ini dianggap tidak jelas sehingga tidak mungkin didukung. • Rumah Massal mass housing Bentuk perumahan ini gencar dilakukan pada akhir tahun tujuhpuluhan saat ada pendapatan tiban akibat embargo minyak bumi saat terjadi perang Arab-Israel. Dalam pengadaan rumah, rumah massal merupakan alternatif yang tujuannya dapat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menghasilkan rumah dalam jumlah banyak,waktu singkat, biaya rendah dan mutu terjaga. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah rumah yang tidak memenuhi kebutuhan siapapun sehingga banyak yang dibongkar kembali atau tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.

2.8.2 Pemberdayaan Perumahan KIP, P2BPK

Permukiman yang menuju ke ciri kekotaan perlu menumbuhkan tiga kekuatan yaitu Sumberdaya Manusia, Wadah dan Kesempatan. Yang termasuk dalam sumberdaya manusia adalah kemampuan dalam kesatuan yang bertanggung jawab. Wadah facility harus berarti berbagai saran untuk melaksanakan kehidupan dan penghidupan. Ruang space mengandung pengertian tempat hunian yang produktif, artinya yang mendukung dan merangsang proses pertumbuhan aspek sosial dan ekonomi keluarga dalam lingkungan yang bermutu. Program perumahan seperti KIP, P2BPK dan sejenisnya merupakan upaya untuk mendukung apa yang sudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dari berbagai program perumahn yang dilaksanakan Indonesia, hingga kini KIP yang paling terkenal. Penyediaan perumahan dan perbaikan lingkungan perumahan lewat berbagai proyek yang telah dilaksanakan. 1. KIP dan KIP Komprehensif 2. P3KT 3. Peremajaan dengan subsidi silang. 4. Rumah Susun. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1 Lokasi Penelitian