5. Harga tenaga baik di kota maupun di daerah tepian kota cenderung naik.
6. Perubahan tata guna lahan menjadi masalah yang juga patut diperhatikan.
Banyak daerah hijau green belts telah menjai daerah industri atau daerah permukiman. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran udara, tanah
maupun air.
2.3 Permukiman Kumuh dan Liar
Secara umum, ada 2 dua faktor yang bertindak sebagai kekuatan pembangkit dan menentukan kualitas serta ukuran sebuah permukiman termasuk permukiman
kumuh dan liar Srinivas, 2007, yaitu : 1.
Faktor Internal Alami, berkaitan dengan kekuatan dan tekanan yang disebabkan dari dalam permukiman dan dari pemukim itu sendiri seperti:
AgamaEtnik, TempatLokasi Kerja, Tempat Asal, Bahasa, Lama Menetap di permukiman, Modal dalam Perumahan buruh, material lokal yang tersedia,
dll, Aktivitas Pembangunan atau Kehadiran penyewa. 2.
Faktor Eksternal yang disebabkan, dapat berasal dari luar permukiman seperti Pemilik lahan, Keamanan tetap, Kebijakan Pemerintah kota atau Lama
menetap di kota. Kedua faktor tersebut berperan bersama-sama dalam pertumbuhan permukiman
kumuh dan liar, melalui rangkaian tahap pembangunan yang menyatu. Tahap-tahap ini menentukan hasil akhir, dalam pengertian bahwa dapat berupa sebuah rangkaian
kesatuan dengan satu tahapproses yang tumpang tindih, atau sebagai tahap yang berjalan paralel. Efek yang ditimbulkan dari tahap-tahap ini bersifat kumulatif dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tidak berdiri sendiri. Di negara-negara di dunia, definisi dari permukiman kumuh dan liar slum and squatter settlement memiliki variasi yang luas bergantung pada
keberagaman parameternya. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak memenuhi standar suatu
permukiman pada umumnya. Permukiman kumuh bukan hanya terdapat di daerah pinggiran kota, tetapi dapat juga berada di tengah kota yang disebut dengan
kampung kota. Permukiman kumuh ini disebut sebagai permukiman liar illegal apabila berada di bangunan-bangunan atau tanah-tanah milik negara yang bukan
untuk permukiman seperti di pinggiran sungai, di bantaran rel kereta api, di bawah jalan layang, di taman-taman kota dan lahan terbuka hijau lainnya.
Apabila ditinjau dari segi sosial dan ekonomi, permukiman kumuh memiliki ciri- ciri khas Suparlan, 2007 sebagai berikut :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangnya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3.
Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau RW. c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW
atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar. 5. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen.
Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman
kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut. Sebagian besar penghuni
permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal.
Sedangkan permukiman liar, secara umum didefinisikan sebagai suatu kawasan permukiman yang terbangun pada lahan kosong “liar” di kota baik milik swasta
ataupun pemerintah tanpa hak yang legal terhadap lahan danatau izin dari penguasa yang membangun, didiami oleh orang yang sangat miskin yang tidak mempunyai
akses terhadap pemilikan lahan tetap. Istilah permukiman liar sesungguhnya dimulai sejak masa pembangunan yang diprakarsai negara Barat, sekitar kehadiran tulisan
Charles Abrams dan John Turner, terutama sekali sekitar Konferensi Habitat tahun 1976 di Vancouver, Canada Srinivas, 2007.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Abrams 1964 dalam Srinivas 2007 menggambarkan proses dari keliaran sebagai suatu penaklukan daerah kota untuk tujuan perlindungan, yang didefinisikan
oleh 2 dua hal yaitu kekuatan hukum dan hukum kekuatan. Sedangkan Turner 1969 dalam Srinivas 2007 memandang positif dengan menggambarkan
permukiman liar sebagai keberhasilan yang tinggi menyelesaikan masalah perumahan di daerah kota di negara berkembang.
Begitu juga Payne 1977 dalam Srinivas 2007 menyatakan permukiman liar dalam pandangan menyeluruh dari pertumbuhan kota di negara ketiga dengan sifat
yang tidak dapat dihindarkan. Patrick McAuslan 1986 dalam Purnawan 2004 menyatakan sebutan permukiman liar sebenarnya tidak mengandung suatu
kecenderungan kriminal, tetapi hanya menunjukkan hubungan antara kelompok orang dan perumahan di atas tanah tertentu, maksudnya seorang permukiman liar adalah
seorang yang menempati sebidang tanah, sebuah rumah, atau sebuah bangunan tanpa kekuatan hukum. UN Habitat 2003 dalam Darrundono 2007 menyatakan bahwa
permukiman liar merupakan produk kebijakan yang gagal, tata pemerintahan yang buruk, korupsi, peraturan yang berbelit-belit, pasar pertanahan yang tidak berfungsi,
sistem keuangan yang tidak jelas, dan kemauan politik yang lemah. Pada dasarnya ada 3 tiga karakteristik yang dapat menolong dalam mendefinisikan permukiman
liar Srinivas, 2007 yaitu :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1. Karakteristik Fisik :
Suatu permukiman liar, karena memiliki status illegal maka infrastruktur dan pelayanan baik jaringan maupun sosial yang ada tidak memadai atau berada pada
tingkat minimum, seperti penyediaan air, sanitasi, listrik, jalan dan drainase, sekolah, pusat kesehatan, tempat perbelanjaan, dll. Sebagai contoh, penyediaan air untuk
setiap rumah tangga dapat dikatakan tidak ada, atau pipa umum yang tersedia sedikit, sehingga pemukim mempergunakan jaringan kota atau pompa tangan sendiri bahkan
menyediakan jaringan informal untuk menyediakan air di tempat. Hal serupa berlaku untuk jaringan listrik, drainase, fasilitas toiletkamar mandiWC, dll dimana kecilnya
ketergantungan pada saluran formal pemerintah. 2.
Karakteristik Sosial : Kebanyakan rumah tangga permukiman liar termasuk ke dalam kelompok
berpenghasilan rendah, baik bekerja sebagai buruh bergaji maupun dalam usaha- usaha sektor informal lain yang bervariasi. Tetapi terdapat juga rumah tangga
berpenghasilan lebih tinggi seperti penghasilan pekerjaan bergaji atau pekerjaan paruh waktu. Permukiman liar umumnya didominasi oleh migran, baik desa-kota atau
kota-kota. Namun banyak juga dari generasi kedua atau generasi ketiga pemukim liar tersebut.
3. Karakteristik Legal :
Ini merupakan karakteristik kunci yang menggambarkan suatu permukiman liar yakni ketiadaan hak milik terhadap lahan yang dipergunakan untuk membangun
rumah. Hal ini dapat terjadi pada lahan kosong milik pemerintah atau umum, di
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sebidang tanah seperti bantaran rel kereta api, atau tanah rawa-rawa. Kemudian ketika lahan tersebut tidak dipergunakan oleh pemiliknya, maka diambil oleh pemukim liar
untuk membangun rumah.
2.3.1 Karakteristik Pemukim Kumuh dan Liar
Menurut Anharudin 2005, Permukiman Liar adalah penduduk yang memiliki masalah illegal karena bermukim di areal-areal yang ditetapkan sebagai
zona bebas okupasi seperti bantaran sungai atau rel kereta api, cagar alam budaya, lahan konservasi jalur hijau dan atau zona penyangga. Sedangkan Kelompok
Marginal Kota yakni kelompok urban kota yang mendiami wilayah-wilayah kumuh dan miskin dan kelompok lain yang rentan dan malang vulnarable and disadvantage
people, yang sewaktu-waktu harus mengalami dampak permukiman kembali akibat proyek pembangunan infrastruktur perkotaan. Proyek-proyek pembangunan prasarana
fisik jalan raya, waduk, saluran irigasi, dermaga, dll karena menggunakan lahan besar menyebabkan pemerintah mengadakan perubahan penggunaan tanah, air dan
sumber daya alam lainnya. Asian Development Bank ADB menyebut kelompok ini sebagai Orang-orang yang Terkena Dampak OTD Anharudin, 2005. Secara
umum, penduduk menjadi liar dapat disebabkan oleh 2 dua faktor Srinivas, 2007, yaitu :
a. Faktor Internal, meliputi :
1. Kurangnya asset jaminan,
2. Kurangnya asset tabungan dan keuangan lainnya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Pekerjaan dengan gaji harianpenghasilan rendah, yang dalam beberapa
kasus merupakan semi permanen atau sementara. b.
Faktor Eksternal, meliputi : 1.
Harga lahan dan pelayanan perumahan yang tinggi, 2.
Ketidakperdulian dan antisipasi sebagian pemerintah dalam membantu mereka,
3. Tingginya standar bangunan yang ‘pantas’ dan peraturan penguasa,
4. Undang-undang perencanaan dan penzoningan yang berat sebelah.
Sebab-sebab di atas mengakibatkan tidak adanya pilihan terhadap rumah tangga berpenghasilan rendah sehingga menjadi liar di lahan kosong. Keliaran dilakukan
baik oleh “penguasa kumuh” atau benar-benar berawal dari suatu kelompok kecilinti permukiman liar. “Penguasa kumuh” mengambil sebidang lahan kosong,
membaginya lagi dan menjualnya kepada beberapa rumah tangga untuk membangun rumah. Pelayanan seperti penyediaan air atau listrik disediakan oleh yang
bersangkutan atau oleh kelompok permukiman liar tersebut dan biasanya dilakukan bersama-sama.
Kelompok inti permukiman liar merupakan jumlah kecil keluarga yang mendiami sebidang lahan kemudian membangun tempat perlindungan darurat dan
sementara. Bangunan dapat ditingkatkan menjadi permanen atau tambahan keluarga
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dapat bergabung pada kelompok ini, bergantung pada tingkat ancaman pengusiran Srinivas, 2007.
Sedangkan menurut Patrick McAuslan 1986 dalam Purnawan 2004, kehadiran permukiman liar dalam prakteknya ada beberapa macam:
1. Massa permukiman liar yang diorganisir,
2. Keluarga-keluarga secara sendiri-sendiri menetap di atas tanah yang mereka
anggap tidak ditempati dengan atau tanpa izin kepada mereka, 3.
Permukiman liar yang didasarkan pada transaksi resmi ortodoks, yaitu permukiman membeli sebidang tanah dari seorang penjual yang memiliki
tanah itu, tetapi tidak mempunyai persetujuan yang sah mengenai pembagian tanah untuk membangun rumah di atasnya, atau yang sebenarnya tidak
mempunyai hak, baik untuk memiliki atau menjual tanah itu kepada siapa pun. Berbekal sedikit sumber finansial, keterampilan dan akses lain, serta
adanya kebebasan nyata untuk mendiami lahan kosong illegal telah memberi kemungkinan bagi mereka untuk membangun tempat-tempat perlindungan
darurat Srinivas, 2007. Selain dicirikan oleh pemilihan lokasi tempat tinggal yang kumuh, permukiman
pada umumnya terkonsentrasi pada berbagai jenis pekerjaan di sektor informal, cenderung mendominasi pekerjaan-pekerjaan sebagai penjual makanan dan minuman
baik diproduksi sendiri maupun diambil dari orang lain, penjual rokok dan sejenisnya. Pada umumnya mereka menjual dagangannya secara berkeliling atau
menggunakan lapak sebagai pedagang kaki lima. Jenis pekerjaan lain yang cukup
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
banyak dilakukan adalah pekerjaan sebagai pemulung, kuli bangunan dan pekerja kasar lainnya.
Terkonsentrasinya mereka pada pekerjaan-pekerjaan di sektor informal ini adalah karena sektor ini sangat mudah dimasuki, meski oleh mereka yang tidak memiliki
keterampilan atau pendidikan formal. Sektor informal menyediakan berbagai barang dan jasa misalnya tenaga kerja kurang terampilkurang terdidik un tuk kebutuhan
pembangunan fisik kota, bahkan sebagian bisa mendukung keberlangsungan kehidupan sektor formal Suparlan, 2007.
Suko Bandiyono 2007 menyatakan, meskipun tinggal di permukiman liar, namun mereka juga membentuk lembaga Rukun Tetangga RT dan Rukun Warga
RW, bahkan sebagian dapat menikmati penerangan listrik, ada pula yang punya telepon rumah, dan tetap membayar Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Mereka juga
turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Walaupun merupakan sumberdaya manusia asal pedesaan berkualitas rendah, namun mereka telah menjadi
bagian dari ekosistem perkotaan yang secara langsung menyumbangkan jasa tenaga kerja murah, dan menyediakan produksi skala rumah tangga, yang terutama sangat
diperlukan bagi usaha formal maupun masyarakat golongan menengah ke atas, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai bagian dari segmen pasar, bahkan sebagai
distributor komoditi pabrikan. Menurut Oscar Lewis Wan, 2006 permasalahan yang terdapat di permukiman
kumuh dan liar sangat kompleks. Pada permukiman tersebut tercipta suatu kehidupan yang tidak nyaman yang mengakibatkan munculnya budaya kemelaratan seperti
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
apatisme, serba curiga, perasaan yang didominasi angan-angan tinggi tanpa kenyataan, putus asa, ketergantungan, rendah diri, kriminalitas, berorientasi pada hari
ini, yang kesemuanya ini disosialisasikan dari generasi ke generasi.
2.4 Karakteristik Masyarakat Berpenghasilan Rendah