diperlukan seperti gom, pati, protein, lemak, lendir dan lain-lain, hal ini yang menyebabkan tingginya kadar sari yang larut dalam air dari tanaman yang
dilarutkan Depkes, 1986. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan
mineral internal abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri, dan eksternal abu non-fisiologis yang merupakan residu dari luar seperti pasir
dan tanah yang terdapat di dalam sampel Ditjen POM 2000; WHO, 1992. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir
yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Penetapan kadar abu pada simplisia daun Afrika menunjukkan
kadar abu total sebesar 9,75 dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,71. Kadar abu total pada umumnya untuk masing-masing simplisia tidak
sama. Umumnya syarat kadar abu tidak larut dalam asam 1, dan memenuhi persyaratan.
Monografi simplisia daun Afrika tidak terdaftar di buku Materia Medika Indonesia MMI, sehingga perlu dilakukan pembakuan secara
nasional mengenai parameter karakterisasi simplisia daun Afrika. Hasil perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia daun Afrika dapat
terlihat pada Lampiran 5-9.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Afrika
Penentuan golongan senyawa kimia simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit
Universitas Sumatera Utara
sekunder yang terdapat di dalamnya. Adapun pemeriksaan yang dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika adalah pemeriksaan
golongan senyawa alkaloid, glikosida, steroidtriterpenoid, flavonoid, tannin dan saponin. Hasil skrining dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Afrika
No .
Pemeriksaan Hasil
Simplisia Ekstrak 1
Alkaloida - -
2 Glikosida +
+ 3 Steroida
Triterpenoida +
+ 4 Flavonoida
+ +
5 Tanin +
+ 6 Saponin
+ +
7 Antrakuinon -
- Keterangan :
+ = Mengandung senyawa yang diperiksa - = Tidak mengandung senyawa yang diperiksa
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika memiliki kandungan senyawa kimia yang sama yaitu glikosida,
flavonoid, tanin, saponin dan steroidtriterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut tertarik disebabkan oleh sifat etanol yang memiliki gugus hidroksil polar dan
gugus alkil yang bersifat nonpolar Wilbraham dan Matta, 1992. Menurut Robinson 1995, senyawa flavonoida, saponin dan steroidatriterpenoid
merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus.
Universitas Sumatera Utara
Senyawa fenol dan turunannya flavonoid merupakan salah satu antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma.
Pada konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim
bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel Volk dan Wheller, 1993.
Tanin adalah senyawa fenol yang tersebar luas pada tumbuhan berpembuluh yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan
tanin terhidrolisis. Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti yang penting bagi tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan
pemakan tumbuhan. Tanin dapat diidentifikasi dengan cara penambahan pereaksi ferri klorida, menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru
kehitaman Harborne, 1987. Saponin adalah glikosida triterpenoida dan sterol. Senyawa golongan
ini banyak terdapat pada tumbuhan tinggi. Saponin merupakan senyawa dengan rasa yang pahit dan mampu membentuk larutan koloidal dalam air serta
menghasilkan busa jika dikocok dalam air Harbone, 1987.
4.4 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Afrika