blender , alat maserasi, alat penetapan kadar air, lemari pengering, jarum ose,
bunsen, mikro pipet Eppendorf, pipet tetes, alumunium foil, kertas perkamen, tissu, pencadang kertas, cawan petri, kapas steril, jangka sorong,
mortir, stamfer, spatula dan peralatan gelas di laboratorium.
3.4 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun Afrika, etanol 80, akuades, asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, gliserin,
nipagin, natrium metabisulfit, metil biru, larutan dapar pH asam 4,0, larutan dapar pH netral 7,0, nutrient agar, nutrient broth, Propionibacterium acne
ATCC 6919, Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisa, kecuali dinyatakan lain: alfa naftol, asam
klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi III klorida, bismut III nitrat, etanol, n-heksan, iodium,
isopropanol, kalium iodida, kloroform, metanol, natrium hidroksida, raksa II klorida, serbuk magnesium, timbal II asetat, amil alkohol, besi klorida dan
toluena.
3.5 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengambilan bahan, identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia daun Afrika.
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Pengambilan bahan
Bahan yang digunakan adalah daun Afrika yang masih segar dan tua. Pengambilan bahan dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan
tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan diperoleh dari daerah Pasar I Padang Bulan, Medan, Provinsi Sumatera Utara.
3.5.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI,
Bogor. 3.5.3
Pembuatan simplisia
Bahan baku daun Afrika tua yang masih segar dikumpulkan, dicuci bersih di bawah air mengalir, ditiriskan, dan ditimbang berat basahnya. Daun
Afrika selanjutnya dikeringkan di lemari pengering hingga kering, kemudian diblender sampai diperoleh serbuk simplisia, ditimbang berat keringnya dan
disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat.
3.6 Pembuatan Pereaksi
3.6.1 Pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml Depkes RI, 1979.
3.6.2 Pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak 5,4 ml asam sulfat pekat kemudian diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1979.
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Pereaksi besi III klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.6.4 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling
hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.6.5 Pereaksi Dragendorff
Campur 20 ml larutan bismuth nitrat P 40 dalam asam nitrat P dengan 50 ml larutan kalium iodida P 54,4, diamkan sampai memisah sempurna.
Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml Depkes RI, 1995.
3.6.6 Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 ml asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 ml etanol 96. Kemudian tambahkan 5 ml asetat anhidrida, dinginkan Depkes RI,
1995.
3.6.7 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,35 g raksa II klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling. Kemudian pada wadah lain sebanyak 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10
ml air lalu campurkan keduanya dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.6.8 Pereaksi Molish
Sebanyak 3 g alfa-naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam
Universitas Sumatera Utara
nitrat 0,5 N hingga volume 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.6.9 Pereaksi natrium hidroksida 2 N
Sebanyak 8,002 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1979.
3.6.10 Pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat dilarutkan dalam air bebas karbondioksida hingga 100 ml Depkes RI, 1995.
3.7 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia