Persangkaan Panggul sempit Persalinan percobaan

29 selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium os parietal malahan dapat terjadi fraktur impresi. www.ilmukeperawatan. com2009 .

5. Persangkaan Panggul sempit

Seorang ibu harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau : a. Primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36 b. Pada primipara ada perut menggantung c. pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit d. Kelainan letak pada hamil tua e. Kelainan bentuk badan Cebol, scoliose, pincang dan lain-lain f. Osborn positip www.tabloid-nakita.com2009 . Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor, yakni : a. Bentuk panggul b. Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan c. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul d. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala e. Presentasi dan posisi kepala f. His 30 Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan. Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV 8 ½ cm dilakukan SC primer panggul demikuan disebut panggul sempit absolut Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor : a. Riwayat persalinan yang lampau b. Besarnya presentasi dan posisi anak c. Pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa d. His e. Lancarnya pembukaan f. Infeksi intra partum g. Bentuk panggul dan derajat kesempitan Karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm sering disebut panggul sempit relatip maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan. www.stasiunbidan.com2009 .

6. Persalinan percobaan

31 Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam. Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi forcepe atau vacum dan anak serta ibu dalam keadaan baik. a. Kita menghentikan persalinan percobaan kalau : 1. Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya a. Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik b. Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis 2. Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat 3. Forcep gagal Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 dua maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi 32 b. Dalam istilah Inggris, ada 2 macam persalinan percobaan : 1. Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterangkan diatas 2. Test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya. Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil. c. Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena: 1. Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit 2. Kematian anak terlalu tinggi dengan percobaan tersebut www.ilmukeperawatan.com2009 . D. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN Proses manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas dapat dijelaskan dalam 7 langkah menurut Helen Varney 2002. Langkah I : Pengkajian pengumpulan data dasar Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu : 1. Biodata. 2. Riwayat kesehatan sekarang. 33 Pemeriksaan fisik : 1. Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi, pernapasan. 2. Keadaan muka, konjungtiva, tenggorokan jika perlu. 3. Buah dada dan puting susu. 4. Auskultasi paru – paru jika perlu. 5. Abdomen; kandung kemih, uterus, diastasis. 6. Lochea ; warna, jumlah, bau. 7. Perineum; odema. Inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi, jahitan, memar, hemoreoid. 8. Extremitas; varices, betis apakah lemah, dan panas, odema, tanda– tanda human, refleks. 9. Data Penunjang Langkah II : Interprestasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap maslah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa. 34 1. lbu nifas dengan infeksi luka sectio caesarea hari kedua. 2. Keadaan luka : basah, nanah atau PUS, nyeri ada. Langkah III : Mengidentifikasi Masalah Potensial Post SC Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post partum dan nifas tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu. Antisipasi Diagnosa Potensial : Menjaga kemungkinan yang akan timbul dan upaya pencegahannya. Komplikasi yang timbul dapat bersifat ringan atau berat. Langkah IV : Identifikasi Dan Menetapkan Tindakan Segera Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. 1. Kolaborasi dengan dokter : Terapi. 2. Kolaborasi dengan laboratorium Cek : Darah DDR dan LED Langkah V : Membuat Rencana Asuhan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah. Langkah VI : Implementasi Asuhan 35 Mengarahkan atau melaksanakan asuhan secara efisien dan aman terhadap ibu. Bila dilakukan sendiri oleh bidan atau sebagian oleh tenaga kesehatan lainnya atau secara Tim maka bidan bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Langkah VII : Evaluasi Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana dan menyusun rencana tindak lanjut. 36 BAB III TINJAUAN KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN POST SECTIO CAESAREA INIDKASI CHEPALOPELVIK DISPROPORSI DI RSUD ABEPURA A. ASUHAN HARI KE I No. Register : 170984 Tanggal pengkajian : 06 – 07 – 2009 Jam 14.00 Wit Tempat : Ruang Nifas RSUD Abepura Oleh : Mhs. Martina Simanjuntak

1. LANGKAH I : PENGKAJIAN a. Data Subyektif