ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS POST SECTIO C

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS POST SECTIO CAESARIA (SC) PADA NY.M UMUR 43 TAHUN DENGAN TUBEKTOMI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

CASE STUDY RESEACH

Disusun Oleh: WAHYANI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAHYOGYAKARTA 2013

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS POST SECTIO CAESARIA (SC) PADA NY.M UMUR 43 TAHUN DENGAN TUBEKTOMI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

CASE STUDY RESEARCH

Diajukan Untuk Menyusun Case Study Research Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh: WAHYANI 201210105244 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAHYOGYAKARTA

2013

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS POST SECTIO CAESARIA (SC) PADA NY.M UMUR 43 TAHUN DENGAN TUBEKTOMI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Wahyani 3 Fathiyatur Rohmah

INTISARI

Latar Belakang

: Angka kelahiran section sesaria (sc) di Yogyakarta pada tahun 2012 terdapat 1256 persalinan dari 3586 seluruh jenis persalinan (Dinkes DIY, 2012) dan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, jumlah ibu nifas post SC tahun 2012 sebanyak 177 orang (49,7%), dari 356 seluruh jumlah ibu nifas normal maupun post sc. Jumlah ibu nifas post SC dengan perdarahan terdapat 3 orang (1,6%), dan ibu nifas post SC dengan infeksi pada bekas luka insisi terdapat 5 orang (1,1%).

Tujuan Penelitian :

kemampuan, pengetahuan keterampilan, dan pengalaman melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio caesaria pada Ny. M umur 43 tahun melalui pendekatan asuhan 7 langkah varney dengan pendokumentasian SOAP, penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan.

Meningkatkan

Metode Peneltian : Penyusunan case study research ini menggunakan metode deskriptif. Dengan pengumpulan data menggunakan data primer meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi pendahuluan.

Hasil : Asuhan kebidanan ibu nifas post sectio caesaria (sc) pada Ny.M umur 43 tahun dengan keadaan normal dan mobilisasi yang meningkat pada setiap harinya.

Kesimpulan : Dalam kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena dalam pelaksanaan yang terjadi di lahan yaitu seperti keadaan umum yang stabil , asupan nutrisi yang cukup, pola istirahat ibu yang baik, dan mobilisasi yang meningkat secara bertahap sesuai sengan teori yang ada dan dari hasil pengkajian keadaan umum pasien dalam keadaan normal.

Kata kunci : Asuhan kebidanan nifas post SC Kepustakaan : 21 buku + 2 jurnal + 1 web Halaman

: 125 lembar + 15 lampiran

AN ORPHANAGE OBSTETRICS MOTHER PARTURITION POST SCTIO CAESARIA ON MRS. M THE AGE 43 YEARS WITH TUBECTOMY IN THE HOSPINTAL PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2 Wahyani 3 , Fathiyatur Rohmah

ABSTRAC

The background : Birth rate section sesaria in Yogjakarta in 2012 there are 1256 childbirth of 3586 all kinds of childbirth ( dept. diy, 2012 ) and PKU Muhammadiyah Yogjakarta, at the hospital. The number of mother parturition post schi 2012 a total of 177 people ( 49,7 % ), of 356 the whole number of mother parturition normal as well as post section caesaria. The number of mother parturition post schi with hemorrhage there are three guys ( 1.6 % ), and the mother of parturition post schi with infection of the scars incision is there are 5 persons ( 1.1 % ). Research purposes: Upgrading, the knowledge skill, and experience to carry out an orphanage obstetrics on the parturition post sectio caesaria on mrs. M the age of 43 years through the approach of an orphanage 7 step varney documentation, with soap writer able to analyze the gap between theory and real case in the field.

A method of the study: The drafting of the case study research is using the method of descriptive. With the collection of data used data of primary covering observation, interview physical examination and data secondary documentation covers the study and the study of preface. Yield : Obstetric mother parturition post sectio caesaria on ny.m the age of

43 years with a normal state and mobilization that rises in every day. Conclusion: In the case of parturition post section caesaria with tubectomy in the hospital PKU Muhammadiyah Yogjakarta there are gaps between sop hospital in tunjang with the theory of which there are about lent patient pre operation schi that is listed in sop and the theory of ( Kasdu, 2003 ) that contains lent pasian pre operation schi which is at least six hours while in the case in patients mrs. M in the hospital patient PKU Muhammadiyah Yogjakarta fasting more or less 4 hours. Keywords: Obstetric parturition post section caesaria Literature : 21 book + 2 journal + 1 of the web Page : ix + 125 page + 15 enclosure

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehinga penulis dapat menyelesaikan studi kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Sc Normal PadaNy. M Umur 43 Tahun di PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2013”.Studi Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Kebidanan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Studi Kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Warsiti,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta.

2. Anjarwati, S.SiT.,MPH, selaku Ketua Program Studi Kebidanan DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta.

3. Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH, selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta.

4. Mufdilah ,S.Pd., S.SiT.M.Sc, sebagai penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan hasil Karya Tulis Ilmiah.

5. Fathiyatur Rohmah S.ST, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiahini, serta sebagai penguji II.

6. Kedua orang tua ku dan keluarga besarku yang selalu memberikan do‟a dan dukungan.

7. Kepada teman-teman ku yang sangat ku sayangi terimakasih telah membuat hari-hari kuliah ku begitu indah.

Penyusun menyadari, sebagai bagian dari proses pembelajaran, penyusun case study research ini belum sempurna. Oleh karna itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga case study research ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai mana mestinya Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan case study research ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga penulisan case study research ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, profesi, instansi, dan adik-adik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta. Wassalamu‟alaikumWr.Wb

Yogyakarta, 22 Agustus 2013 Penulis

Wahyani

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule Penyusunan Case Study Research Lampiran 2 Pathway Lampiran 3 Format Asuhan Kebidanan Nifas Lampiran 4 Surat Studi Pendahuluan Lampiran 5 Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 6 Surat Penelitian Lampiran 7 Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 8 Surat Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent ) Lampiran 9 SOP Tindakan Kebidanan Pada Pasien Sebelum Operasi SC Lampiran 10 SOP Penatalaksanaan Sectio Caesaria Lampiran 11 SOP Perawatan Luka Operasi Lampiran 12 SOP Pelaksanaan Teknik Menyusui Lampiran 13 SOP Perawatan Operasi Caesar Lampiran 14 Lembar Bimbingan Penyusunan Case Study Research Lampiran 15 Lembar Mengikuti Seminar Case Study Research

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Proses persalinan merupakan suatu proses kompleks untuk menyelamatkan ibu maupun bayinya dengan menggunakan berbagai macam metode seperti persalinan pervaginam, persalinan dengan menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu melalui Sectio Caesarea (SC). Metode-metode tersebut dikakukan dengan indikasi-indikasi khusus dengan satu tujuan yaitu menyelamatkan ibu maupun bayinya.

Data World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa persalian dengan SC adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Data tahun 2000 didapatkan bahwa angka kelahiran SC Cina, Mexsico, Brazil lebih 35 %. Angka kejadian terus mengalami peningkatan di Cina bagian selatan bahkan mencapai 60% pada tahun 2003 dan 56% pada tahun 2000 menjadi 31% pada tahun 2006. Data di indonesia menunjukan bahwa angka persalinan SC mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data SDKI yang pertama yaitu tahun 1987 hingga yang kelima yaitu SDKI 2002-2003, terjadi peningkatan angka persalinan SC secara rasional berjumlah kurang dari 4% dari jumlah total persalinan.

Di Indonesia terjadi peningkatan Sectio Caesarea dimana tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar

47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,22%, tahun 2005 sebesar 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68% ( Setyowati, 2012).

Di Yogyakarta angka kelahiran section sesaria (sc) pada tahun 2012 terdapat 1256 persalinan dari 3586 seluruh jenis persalinan (Dinkes DIY, 2012).

Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact). Istilah dalam sectio caesarea adalah primer, sekunder, ulang, histerektomi. Penyebab dilakukan sectio caesarea diantaranya faktor janin, faktor ibu, riwayat persalinan sebelum dioperasi, faktor hambatan jalan lahir, kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini, rasa takut persalinan. Indikasi Sectio Caesarea antara lain adalah disproporsi kepala panggul (CPD), disfungsi uterus, distosia, janin besar, gawat janin, kelainan letak, eklampsia, hipertensi pernah Sectio Caesarea sebelumnya, persalinan lama, ruptura uteri iminens, perdarahan antepartum ( Setyowati, 2012).

Peran bidan pada pasien post operasi section caesaria (SC) diarahkan untuk mengembalikan fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal, dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta tidak terjadi infeksi pada luka post operasi. Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi dan mengembalikan fungsi fisiologis tubuh dapat diakukan dengan mobilisasi dini.

Uraian diatas didukung oleh firman Allah dalam QS Maryam: 23, yang berbunyi :

Artinya: Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersanda r) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan ”(QS Maryam: 23).

Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadidalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005)

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Juli yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, jumlah ibu nifas post SC tahun 2012 sebanyak 177 orang (49,7%), dari 356 seluruh jumlah ibu nifas normal maupun post sc. Jumlah ibu nifas post SC dengan perdarahan terdapat 3 orang (1,6%), dan ibu nifas post SC dengan infeksi pada bekas luka insisi terdapat 5 orang (1,1%).

Berdasarkan studi pendahuluan dan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Post Sectio Caesaria (SC) dengan Rendahnya Mobilisasi Dini di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta” dengan mengunakan pendekatan manajemen Berdasarkan studi pendahuluan dan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Post Sectio Caesaria (SC) dengan Rendahnya Mobilisasi Dini di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta” dengan mengunakan pendekatan manajemen

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Wiwit Budi Wijayanti pada tahun 2008 dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Mobilisasi Dini dengan Kemampuan Mobilisasi Dini Ibu Pasca

Seksio Sesarea di Bangsal Sakinah RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta” jenis penelitian diskriptive. Cara pengambilan data dengan wawancara dan

observasi. Persamaan dengan penelitian tersebut yaitu cara pengambilan data yaitu wawancara dan observasi. Perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu waktu dan subjek penelitian.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Post Sectio Caesaria (SC) pada Ny. M Umur 43 Tahun dengan Tubektomi ?”

III. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas post section sesaria (sc) menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

B. Tujuan Khusus

1. Dilaksanakannya pengkajian dengan menyimpulkan semua data yang diperlukan.

2. Dilakukannya interpretasi data dasar pada ibu nifas post sectio sesaria di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dirumuskannya diagnosa kebidanan atau masalah potensial pada ibu nifas post sectio sesaria di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Di identifikasikannya kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada ibu nifas post sectio caesaria di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Disusunnya perencanaan asuhan kebidanan yang menyeluruh.

6. Dilaksanakannya tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan.

7. Dilaksanakannya evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada ibu nifas post sectio caesaria di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

8. Dilakukannya analisa kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus yang ada.

IV. Manfaat Penelitian

A. Bagi profesi Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas post sectio caesaria diharapkan dapat meningkatkan kompetensi profesi bidan terutama dalam penanganan ibu nifas post sectio sesaria dengan rendahnya mobilisasi dini dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

B. Bagi Institusi

1. Rumah sakit RS PKU Muhammaiyah Yogyakarta Khususnya bagi bangsal kebidanan diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran nyata tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio sesaria.

2. STIKES „Aisyiyah Yogyakarta Diharapkan bisa dijadikan bahan masukan dan sumber informasi sekaligus bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa STIKES „Aisyiyah Yogyakarta.

V. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam pembuatan Case Studi Research (CSR) ini, meliputi :

A. Lingkup Materi Materi dari penelitian studi kasus ini adalah lingkup asuhan kebidanan ibu nifas yaitu asuhan kebidanan ibu nifas post sectio sesaria di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Lingkup Responden Responden dalam penelitian studi kasus ini yaitu Ny. X nifas post section caesaria.

C. Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal penyusunan studi kasus dimulai sejak studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli 2013, penyusunan proposal, pengumpulan data, sampai dengan pelaporan C. Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal penyusunan studi kasus dimulai sejak studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli 2013, penyusunan proposal, pengumpulan data, sampai dengan pelaporan

D. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di bangsal Sakinah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta karena di tempat tersebut terdapat banyak ibu nifas post sectio sesaria (SC).

E. Relevansi Al-Quran dan Hadist

1. QS. AN-NAHL/16:72

Artinya: “ Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri

dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari

nikmat allah:”

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengrtian Medis

A. Masa nifas

Masa nifas ( puerperium ) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Ari Sulistyawati, 2009).

Nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium .

1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdisi dan berjalan-jalan.

2. Puerperium inermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia utama lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-mingu, bulanan atau tahunan.

B. Sectio Caesaria

1. Pengertian sectio sesaria Seksio sesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir 1. Pengertian sectio sesaria Seksio sesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio sesaria juga dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2013).

2. Indikasi sectio sesaria

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

Plasenta previa adalah kondisi plasenta menutupi jalan lahir.Pada kondisi normal, plasenta atau ari-ari terletak dibagian atas rahim.Akan tetapai, adakalanya plasenta berada di segmen bawah sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembuaan jalan lahir.Umumnya dialami pada masa-masa hamil tua yaitu 28 minggu ke atas.sampai saat ini penyebabnya belum diketahui. Tenda-tanda perdarahan karena plasenta previa biasanya perdarahan pertama tidak banyak. Baru selanjutnya teradi perdarahan hebat sampai perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan kematian ibu maupun janin (Wardoyo, 2007) Plasenta previa adalah kondisi plasenta menutupi jalan lahir.Pada kondisi normal, plasenta atau ari-ari terletak dibagian atas rahim.Akan tetapai, adakalanya plasenta berada di segmen bawah sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembuaan jalan lahir.Umumnya dialami pada masa-masa hamil tua yaitu 28 minggu ke atas.sampai saat ini penyebabnya belum diketahui. Tenda-tanda perdarahan karena plasenta previa biasanya perdarahan pertama tidak banyak. Baru selanjutnya teradi perdarahan hebat sampai perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan kematian ibu maupun janin (Wardoyo, 2007)

Panggul sempit lebih sering terjadi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. setiap wanita memiliki bentuk panggul yang berlainan.Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu panggul ginekoid, android, platpeloid, dan anthropoid. Sebenarnya bentuk apapun yang dimiliki tidak mempengaruhi besar kecilnya ukuran panggul sehingga apabila masih dalam kisaran normal janin dapat melaluinya. Namun, umunya bentuk panggul ginekoid yang akan membantu memudahkan kelahiran bayi (Bramantyo, 2003).

Holmer mengambil batas rendah untuk melahirkan janin vias naituralis adalah CV=8 cm. Panggul dengan CV (conjugata vera) < 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan secara normal, harus dilakukan sectio sesaria. Conjugata vera antara 8 – 10 cm boleh dilakukan partus Holmer mengambil batas rendah untuk melahirkan janin vias naituralis adalah CV=8 cm. Panggul dengan CV (conjugata vera) < 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan secara normal, harus dilakukan sectio sesaria. Conjugata vera antara 8 – 10 cm boleh dilakukan partus

c. Disproporsi sevalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran panggul.

d. Ruptur uteri Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.

e. Partus lama ( prolonged labor) Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari

24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multigravida.

f. Partus tak maju (obsctructed labor ) Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua,perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada partus tak majusalah satunya dengan melakukan sectio caesaria.

g. Distosia serviks Distosia servik Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri.Walaupun his normal dan baik,kadang pembukaan serviks macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.

h. Pre-eklamsia Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009).

i. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah ( diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ( sphygmomanometer ) ataupun alat digital lainnya.

j. Malpresentasi janin Malpresentasi merupakan bagian terendah janin yang berada di bagian segmen bawah rahim, bukan bagian belakang kepala sedangkan malposisi merupakan penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior.

Terdapat empat malpresentasi yaitu:

1) Letak lintang

Grenhill dan estman sependapat bahwa

a) jika pnggul terlalu sempit, seksio sesaria adalah cara terbaik dalam semua kasus letak lintang dengan janin hidup dan ukuran normal.

b) Semua promigravida dengan janin letak lintang harus ditolong dengan seksio sesaria, walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.

c) Multipara dengan janin letak lintang dapat lebih dlu

dicoba ditolong dengan cara lain.

2) Letak bokong Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong pada kasus ;

d) Panggul sempit

e) Primigravida

f) Janin besar dan berharga

3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) jika reposisi dan

cara-cara lain berhasil.

4) Sayang dapat diperpanjang ke proksimal atau distal.

Kekurangan :

g) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperito nealisasi yang baik.

h) Pada persalinan berikutnya, lebih mudah terjadi

rupturuteri spontan.

C. Tubektomi

1. Pengertian tubektomi Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk memberhentikan fertilisasi (kesuburan seorang perempuan).

2. Mekanisme kerja Dengan mengokulasi tuba falopii (mengikat dan memotong ata memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu ovum.

3. Manfaat

a. Kontasepsi

1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama

tahunpertama pengguanaan)

2) Tidak mempengaruhi proses menyusui

3) Tidak tergantung pada factor senggama

4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko

kesehatan yang serius

5) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi

local

6) Tidak ada efeksamping dalam jangka panjang

7) Tidak ada perbahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek

pada produksi hormone ovarium) pada produksi hormone ovarium)

4. Ketebatasan

a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini

b. Klien dapat menyesal dikemudian hari

c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum)

d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan

e. Diakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesilis bedah untuk laparoskopi)

f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

5. Yang dapat menjalani tubektomi

a. Yakin telah mempunyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya

b. Pada kehamilan yang menimbulkan resiko kesehatan serius

c. Pasca persalinan

d. Pasca keguguran

e. Paham dan secara sukarela setuju denga prosedur ini.

6. Yang sebaiknya tidak menjalanmi tubektomi

a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievakuasi) b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievakuasi)

d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan

e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan

f. Belum memberikan persetujuan tertulis

7. Kapan dilakukan

a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil

b. Pasca persalinan

c. Pasca keguguran

8. Informasi umum

a. Nyeri bahu selam 12 – 24 jam setelah laparoskopi relative dialami karena gas CO2 atau udara dibawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitoneum.

b. Tubektomi efektif setelah operasi

c. Periode mentruasi akan berlanjut seperti biasa

Tubektomi tidak memberikan perindungan atas IMS, termasuk virus AIDS (BKKBN, 2010).

D. Standar Prosedur Operasional tindakan Kebidanan Sebelum Operasi Sectio Caesaria Pelaksanaan tindakan asuhan sebelum dan sesudah operasi section caesaria adalah tindakan menyiapkan pasien yang akan dilaksanakan operasi.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah tindakan sebelum operasi Sc, agar ibu dan bayi tertolongselama tndakan operasi.

Mempersiapkan ibu dengan sebaik-baiknya agar ibu dan bayinya tertolong selamat.

1. Persiapan

a. Periksa Lab lengkap (HB, AL, APTT, GOL,AT, HMT, HBsAG, GDS)

b. K/P USG

c. Siapkan resusitasi janin (prosedur tetap penanganan bayi baru lahir )

d. Siapkan obat-obatan sesuai prosedur tetap: al. Antikoagulasi, Antibiotika, analgetika, corticosteroid, dll.

e. K/P siapkan tranfusi darah

2. Pelaksanaan Pre Oerasi

1. Siapkan mental pasien

2. Istri dan suami atau keluarga yang bertanggung jawab menandatangani atau cap jempol surat peryataan persetujuan operasi/tindakan.

3. Beri konseling, pasang infuse

4. Beri informasi atau perosedur operasi secara sederhana jalannya operasi dan kenalkan dokter yang akan operasi

5. Beri informasi petugas KBY/IBS/menulis dipapan infoemasi IBS (penyerahan pkb)

6. Cukur bulu kemaluan, cukur daerah perut sampai bersih (K/P)

7. Pasien puasa/tahan makan dan minum minimal 6 jam

8. Tidak memakai perhiasan gigi palsu dan lain-lain

9. Siapkan obat-obatan dan status lengkap

10. Kosongkan kandung kencing/pasang DC

11. Kenakan topi/mitela baju operasi

12. Bimbing doa sebelum operasi

13. Observasi: DJJ, his, dan pengeluaran pervaginam

14. Bawa/antar pasien kekamar operasi dengan brangkar bersama status obat-obatan dll

15. Beritahu dokter bahwa pasien masuk OK

E. Standar Prosedur Operasional Penatalaksanaan Sectio Caesaria Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi perabdominan dengan membuat sayatan pada dinding perut dan rahim atas indikasi tertentu.

SPO digunakan sebagai acuan dilakukan tindakan sectio caesaria sehingga mendapat hasil tindakan yang optimal dengan mordibitas dan mortalitas ibu dan bayi serendah mungkin.

Dilakukan pada pasien yang tidak bisa melalui persalinan pervaginam dengan indikasi tertentu

1. Tindakan section caesaria dilakukan atas indikasi tertentu dimana bila persalinan dilakukan pervaginam akan meningkatkan risiko komplikasi pada ibu atau bayinya.

2. Tindakan section caesaria dilakukan oleh seorang dokter spesialis obstetric dan ginekologi.

3. Indikasi section caesaria adalah:

a. Disproporsi kepala panggul

b. Letak lintang yang tidak berhasi dikoreksi

c. Letak sungsang dengan taksiran berat badan janin

>3500gram.

d. Letak sungsang dengan ibu panggul sempit relative.

e. Presentasi kaki

f. Tumor yang menghalangi jalan lahir

g. Hidrosefalus dengan jaringan otak yang masih baik

h. Presentasi dahi

i. Presentasi muka dengan dagu di belakang j. Panggul sempit absolute k. Tali pusat menumbung l. Plasenta previa totalis m. Plasenta previa dengan perdarahan banyak n. Plasenta previa lateralis yang menutupi lebih dari setenganh

pembukaan servik o. Riwayat section caesaria dua kali p. Riwayat operasi pada daerah corpus uteri q. Tindakan ekstrasi vakum/ekstrasi forceps gagal pembukaan servik o. Riwayat section caesaria dua kali p. Riwayat operasi pada daerah corpus uteri q. Tindakan ekstrasi vakum/ekstrasi forceps gagal

bagian belakang

4. Mempersiapkan tim dan peralatan

a. Setelah ditetapkan adanya indikasi sectio caesaria, bidan ruang bersalin menghubungi dokter spesialis anak dan perawat ruang bayi serta dokter spesialis anastesi dan perawat kamar operasi.

b. Dokter spesialis obstetric dan gineologi, anastesi dan anal: mendiskusikan keadaan pasien serta penyulit yang mungkin timbul selam dan setelah operasi serta pilihan cara anastesi.

c. Perawat kamar operasi mempersiapkan peralatan operasi

d. Perawat kamar bayi mempersiapkan peralatan resusitasi.

5. Persiapan pasien

a. Periksa dan yakinkan kembali indikasi sectio caesaria

sudah tepat

b. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan serta penyulit yang timbul

c. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin

persetujuan tindakan

d. Pasang infuse dan siapkan darah untuk kemungkinan transfuse

e. Pasang kateter

f. Ganti pakaian khusus kamar operasi.

F. Standar Prosedur Operasional Lama perawatan operasi Caesar

Wakttu untuk melakukan perawatan setelah ibu operasi Caesar. Mengobservasi ibu pasca operasi sehingga mencegah kompliksasi yang mungkin terjadi Setiap bidan mampu merawat optimal dalam waktu 4 hari

1. Pasien dating di bangsal sakinah

2. Melakukan anamnesis, mengkaji keluhan dan keadaan umum

3. Melakukan penyuluhan tentang rawat gabung, mobilisasi, asi ekslusif

4. Sampaikan pada pasien dan keluarga mengenai keadaan ibu dan diminta untuk aktif membantu

5. Mengobservasi luka operasi, perdarahan, dan keberhasilan menyususi.

6. Melakukan pengelolaan obat

7. Pastikanm pasien dan keluarga mengerti hal-hal yang disampaikan dan bersedia mematuhi semua aturan.

8. Melakukan evaluasi dalam 4 hari dan menganjurkan untuk control ulang

G. Tindakan Pre Operasi dan Post Operasi Sectio Caesaria

1. Tindakan Pre Operasi section caesaria Prosedur operasi Caesar sudah mulai dilakukan sebelum operasi yaitu:

a. Pemeriksaan fisik untuk merencanakan secara cermat jenis anastesi, lama dan teknik pembedahan, dan antisipasi kesulitan a. Pemeriksaan fisik untuk merencanakan secara cermat jenis anastesi, lama dan teknik pembedahan, dan antisipasi kesulitan

b. Pemeriksaan obstetric untuk memastikan keadaan, letak dan presentasi janin, seperti sungsang atau tidak, berapa perkiraan berat janin, janin tunggal atau kembar.

c. Pemeriksaan darah dan labolatorium rutin, seperti hemoglobin (zat pewarna dalam sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (keeping darah), dan golongan darah. Pada operasi yang sudah terencana, darah akan diambil dan dites untuk mengetahui kadar gulanya.

d. Pemeriksaan alergi dan riwayat medis lain.

e. Riwayat kesehatan, peyakit sebelumnya, seperti apakah pernah menderita penyakit paru (asma, tuberculosis), jantung ( iskemi ), hati (hepatitis), kelainan pembekuan darah, diabetes mellitus , dan riwayat operasi sebelumnya, serta kesulitan atau komplikasi yang pernah terjadi. Hal ini untuk meramalkan perlekatan dan kelainan organ, misalnya kanker.

f. Pemeriksaan khusus, terutama pada ibu ang melahirkan pada usia lebih dari 40 tahun. Misalnya, rotgen untuk melihat kelainan paru, pemeriksaan darah untuk mengetahui kondisi ginjal, kadar gula, hepatitis,kelainan darah, USG

(ultrasonografi) untuk mengetahui posisi dan besar tumor (jika ada).

g. Pasien diharuskan puasa 6 jam sebelum operasi. Pasien darurat yang tidak dapat berpuasa harus dipasang pipa lambung dan dihisap sampai benar-benar kosong.

h. Pesetujuan tindakan operasi dari istri dan suami.

i. Baju pasien diganti dengan baju khusus yang di pakai selama dikamar operasi. j. Rambut sekitar kemaluan dan perut bagian bawah dicukur, meskipun kini tidak semua rumah sakit melakukannya. k. Apabila terdapat infeksi intrapartum(dalam persalinan) dan ketuban pecah lama pada masa sebelum operasi maka vagina dibersihkan dengan cairan betadin.

l. Infuse diberikan sebelum, selama, dan setelah pembedahan. m. Memasukan kateter kedalam lubang saluran kemih, ini untuk

menampung urin yang keluar selama dan setelah persalinan, apabila jika menggunakan bius total.

n. Diruang operasi pasien akan dibaringkan dalam posisi yang tepat untuk prosedur tindakan di meja operasi sehingga mudah dan aman bagi dokter anastesi dan dokter obstetrik, dan para medis lainya untuk melakukan tugasnya. Pasien dibaringkan dengan wajah menghadap keatas dan kepala tengadah untuk memudahkan pernafasan.

o. Pemasangan tensi, infuse, dan kateter urin. p. Kulit perut dibersihkan dengan bilasan air dan sabun untuk

membersihkan lemak dan kotoran. Untuk mencegah kontaminasi kulit perut dioleskan cairan antiseptic. Selanjutnya, dipasang dipasang kain steril dengan lubang yang telah dioleskan cairan antiseptic. Jika prsalinan dilakukan dengan bius regional, akan dibentang sehelai kain diatas perut pasien untuk menutupi jalanya operasi dari pandangan pasien. Setelah itu mulai dilakukan pembedahan.

2. Tindakan Post Operasi Sectio Caesaria Setelah dari ruang operasi pasien akan dibawa keruang pemulihan.

Di ruang ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi, pemeriksaan tingkat kesadaran, sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubh, jumlah uurin ang tertampug dikantong urin, jumlah darah dala tubuh, serta jumlah darah dan bentuk cairan lokhea. Ini untuk tidak menemukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi rahim (uterus) juga akan diperiksa untuk memastikan bahwa keduannya dalam kondisi yang normal. Selain itu, dokter juga akan memantau keadaan emosional secara umum.

Semua pemantauan ini untuk mengetahui kondisi ibu dan bayinya. Ketidak normalan atau gangguan kesehatan tubuh dapat diketahui melalui tanda-tanda tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termasuk apakah ibu dapat menyusui bayinya atau tidak. Oleh Semua pemantauan ini untuk mengetahui kondisi ibu dan bayinya. Ketidak normalan atau gangguan kesehatan tubuh dapat diketahui melalui tanda-tanda tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termasuk apakah ibu dapat menyusui bayinya atau tidak. Oleh

Setelah operasi, ibu juga tidak boeh langsung minum atau makan, kedua hal itu baru boleh dilakukan, jika fungsi organ pencernaan sudah kembali normal. Umumnya, fungsi gastrointestinal (organ pencernaan) akan kembali normal dalam 12 jam setelah operasi. Awalnya pasien akan diberikan diet cairan sedikit demi sedikit, baru kemudian makanan padat beberapa saat kemudian.

Setelah melewati tahap kritis diruang pemulihan, Biasanya pasien dipindahkan keruang rawat inap.Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lama dirumah sakit. Hal ini tergantung cepat lambatnya penyembuhan ibu akibat proses pembedahan. Hal ini membutuhkan waktu 3-5 hari setelah operasi. Pada hark ke-5, apabila tidak ada komplikasi, ibu diperbolehkan pulang kerumah.

Berikut ini tindakan pemeriksaan selam ibu dirumah sakit:

a. Pengukuran denyut jantung dan tekanan darah. Pengukuran ini biasanya dilakukan beberapa kali dalam sehari.

b. Jika pasien mendapat bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan apabila menggunakan anastesi spinal, tungkai bawah

akan terasa kebas/baal, tidak dapat digerakan selama beberapa jam. Namun, apabila operasi mengunakan anastesi umum, biasanya pasien akan mengantuk , serta nyeri kerongkongan (akibat selang yang biasnya dimasukan kedalam mulut dan kerongkongan untuk membantu pernafasan). Selain itu, mulutpun terasa kering beberapa jam setelah operasi. Perasaan letih dan bingung mungin akan dialami sebagian besar ibu setelah melahirkan. Setelah itu, mungkin akan timbul perasaan tidak nyaman karena nyeri didaerah luka, terutama setelah pengaruh obat biusnya menghilang.

c. Meskipun persalinan dengan operasi, pasien juga dapat mengalami perdarahan vagina karena cairan lokhea akan mengalir dari rahim ibu. Jumlah dan penampilan lokhea yang bercampur darah akan dipantau secara teratur oleh bidan rumah sakit dengan menanyakan kepada pasien atau jika diperlukan akan pemeriksaan langsung dari pembalutnya.

d. Bidan juga akan mencatat dan memeriksa air seni yang keluar dan tertampung dikantong urin selama ibu masih menggunakan kateter. Kateter masih deikanakan, sampai ibu masih merasa kuat bangun dari tempat tidur. Selainitu ditanyakan pula berapa kali sudah buang air besar. Kateter untuk membuang air kecil akan terus digunakan sampai 12-24 jam pascabedah. Namun apabila warna urin jernih maka pemasanga kateter akan berangsung lebih

lama. Kateter akan dipasang sampai 48 jam atau lebih jika pembedahannya akibat rupture uteri, partus lama atau macet, oedema perineum yang luas dan sepsis puerperalis atau pelvio peritonitis serta hematuria . Apabila sampai terjadi perlukaan pada akndung kemih,kateter dipasang sampai 7 hari. Pada umunya buang air besar pada ibu post SC terjadi pada hari ketiga. Biasanya, banyak wanita menjadi sembelit setelah peralinan karena sejumlah cairan hilng dari tubuh, sedangkan dubur menyerap air sebanyak mungindari tinja agar caira tubuh seimbang. Kejadian ini biasanya terjadi pada hari persama sampai hari kelima pasca peralinan Sectio Caesar . Biasanya diberikan obat pencahar dari rumah sakit dan menu makanan yang berserat tinggi seperti sereal dan buah-buahan.

e. Tes darah kadang dilakukan sedikitnya sekali setelah persalinan untuk memastika bahwa hemoglobin ibu sudah kembali normal.

f. Pada beberapa pasien, infus masih tetap dipasang, sampai kondisi tubuh pasien dikatakan normal biasanya setelah 24 jam pasca persalinan. Misalnya ibu sudah dapat makan atau minum dengan baik dan bangun dari tempat tidurnya. Pada enam jam setelah operasi ibu dapat diberi minuman hangat sedikit demi sedikit, kemudian secara bertahap lebih banyak biasanya terjadi pada pasien dengan anastesi regional (jika tidak muntah). Pada anastesi total biasanya leih lama. Pada anastesi regional ibu diperbolehkan f. Pada beberapa pasien, infus masih tetap dipasang, sampai kondisi tubuh pasien dikatakan normal biasanya setelah 24 jam pasca persalinan. Misalnya ibu sudah dapat makan atau minum dengan baik dan bangun dari tempat tidurnya. Pada enam jam setelah operasi ibu dapat diberi minuman hangat sedikit demi sedikit, kemudian secara bertahap lebih banyak biasanya terjadi pada pasien dengan anastesi regional (jika tidak muntah). Pada anastesi total biasanya leih lama. Pada anastesi regional ibu diperbolehkan

g. Bekas sayatan juga akan diperiksa, kalau diperlukan perban akan diganti.umunya, kasa pada perut akan diganti pada hari ketiga atau keempat atau sebelum pulang selanjutnya pasien dapat menggantinya setiap hari.

h. Mengukur suhu tubuh. Apabila suhu tubuh mencpai 38 °C atau lebih maka harus dicari penyebanya. Kemungkinan terjadi infeksi dalam tubuh.

i. Gerakan tubuh membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dengan cepat dan mempermudah kerja usus besar serta kandung kemih, paling tidak ibu bisa buang gas. Pada enam jam pertama ibu dibant untuk menggerakan lengan, tangan, kaki, dan jari-jari agar organ pencernaan segera kembali normal. Namun apabila gerakan ini masih terasa berat, setidaknya 12 jam setelah operasi sudah mampu mengerakan kakai dan tungkai bawah. Berawal dari sini ibu mulai duduk pada jam ke delapan sampai jam ke duabelas setelah operasi. Ibu dapat berjalan apabila mamp pada 24 jam stelah operasi. Namun, pada hari pertama setelah operasi ibu akan berjalan sempoyongan. Pada hari kedua ibu masih akan terasa lelah dan terganggu dengan adanya sayatan diperut bagian bawah. Ibu i. Gerakan tubuh membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dengan cepat dan mempermudah kerja usus besar serta kandung kemih, paling tidak ibu bisa buang gas. Pada enam jam pertama ibu dibant untuk menggerakan lengan, tangan, kaki, dan jari-jari agar organ pencernaan segera kembali normal. Namun apabila gerakan ini masih terasa berat, setidaknya 12 jam setelah operasi sudah mampu mengerakan kakai dan tungkai bawah. Berawal dari sini ibu mulai duduk pada jam ke delapan sampai jam ke duabelas setelah operasi. Ibu dapat berjalan apabila mamp pada 24 jam stelah operasi. Namun, pada hari pertama setelah operasi ibu akan berjalan sempoyongan. Pada hari kedua ibu masih akan terasa lelah dan terganggu dengan adanya sayatan diperut bagian bawah. Ibu

j. Dokter juga akan menannyakan mengenai kontrasepsi yang mungkin akan dikenakan. k. Dokter juga akan menganjurkan ibu untuk istirahat cukup setelah diberikan suntikan untuk mengurangi rasa sakit. l. Pada hari kedua dan ketiga jika ibu sudah dapat berjalan ibu diminta ntuk segera membersihkan diri untuk menjaga kebersihan ibu.

m. Bidan juga akan menunjukan kepada pasien cara membersihkan tali pusat bayi yang belum putus. Pada beberapa rumah sakit malah tersedia penyuluhan mengenai hal ini bagi ibu-ibu yang baru melahirkan.

n. Ibu akan diberi tanggal untuk pemeriksaan pasca persalinan dengan membawa bayi untuk melakukan pemeriksaan pertama setelah melahirkan.

H. Perubahan-perubahan masa nifas post SC

1. Perubahan fisiologis

a. Tanda vital Perubahan fisiologis pada tanda-tanda vital adalah :

1) Suhu badan

Suhu rektal pada suhu 24 jam pertama setelah melahirkan 37,5- 38 ºC, pada hari kedua atau ketiga dapat terjadi kenaikan suhu, namun tidak lebih dari 24 jam. Pemeriksaan suhu badan post SC dilakukan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit sekali pada jam selanjutnya.

2) Denyut nadi Nadi berkisar antara 60-80 kali permenit. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan. Frekuensi denyut nadi pada pasien post SC dicatat setiap setegah jam untuk 2 jam pertama, lalu setiap jam untuk 2 jam berikutnya dan kemudian setiap 4 jam ( Medforth, 2012). Denyut nadi yang cepat dapat disebabkan oleh infeksi.

3) Tekanan darah Tekanan darah pada post SC harus diperhatikan,

tekanan darah normal antara 110-120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah post SC pada pasien post SC dicatat setiap setegah jam untuk 2 jam pertama, lalu setiap jam untuk 2 jam berikutnya dan kemudian setiap 4 jam ( Medforth, 2012).

4) Suhu tubuh Suhu tubuh normalnya 35 ,5 C - 37 C pada pasien post SC dicatat setiap setegah jam untuk 2 jam pertama, lalu setiap jam untuk 2 jam berikutnya dan kemudian setiap 4 jam ( Medforth, 2012).

5) Respirasi Pemeriksaan respirasi yang pertama adalah pastikan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi. Respirasi pada wanita post SC, selam tidak memiliki penyakit pernafasan akan kembali normal dengan cepat berkisar 18-20x//menit (Mochtar,2012). Observasi setiap setegah am pada dua jam pertama. Bila tanda vital stabil observasi dilanjutkan stiap satu jam (Rasjidi, 2009).

b. Alat reproduksi Perubahan-perubahan fisiologis pada alat-alat reproduksi yaitu :

1) Uterus Selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur, ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipn frekuensinya dan intensitasnya diurangi fator-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipa, overdstersi uterus ( Jotowiyono, 2010). Pengeluaran lokea antara lain : 1) Uterus Selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur, ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipn frekuensinya dan intensitasnya diurangi fator-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipa, overdstersi uterus ( Jotowiyono, 2010). Pengeluaran lokea antara lain :

b) Lochea sanguelenta : berwarna merah kuning berisi darah

dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochea serosa : berwaran kuning, cairan tidak berdarah lagi

pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Loche alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah barbau busuk.

f) Locheostasis : lochea tidak keluar lancar.

c. Ligamen-ligamen Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, setelah berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelalang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan (mobilisasi) post SC.

2. Perubahan psikologi Farrer (2001 : 216), mengungkapkan bahwa perubahan- perubahan psikologi pada ibu mas nifas : Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu berada dalam masa nifas menjadi 2. Perubahan psikologi Farrer (2001 : 216), mengungkapkan bahwa perubahan- perubahan psikologi pada ibu mas nifas : Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu berada dalam masa nifas menjadi

a. Perubahan emosional ,hormonal, psikologis, sosial dan budaya ibu nifas

1) Setelah persalinan bedah sc, beberapa wanita mungkin akan mengalami perasaan emosi yang campur aduk seperti bingung dan sedih, terutama jika operasi tersebut dilakukan karena keadaan darurat (tidak direncanakan sebelumnya). Menurut penelitian hamper 50% ibu setelah melahirkan (baik melahirkan alami maupun operasi) mengalami depresi setelah melewati persalinan. Penelitian lain mengungkapkan, hamper 80% ibu baru, mengalami perasaan sedih setelah melahirkan misalnya perasaan ibu yang merasa tidak mampu atau kawatir akan bertanggung jawab barunya sebagai ibu, yakni merawat anak. Hal ini semakin menekan apabila lingkungan keuarga kurang membei perhatian padanya, melainkan, pada si kecil, ibu 1) Setelah persalinan bedah sc, beberapa wanita mungkin akan mengalami perasaan emosi yang campur aduk seperti bingung dan sedih, terutama jika operasi tersebut dilakukan karena keadaan darurat (tidak direncanakan sebelumnya). Menurut penelitian hamper 50% ibu setelah melahirkan (baik melahirkan alami maupun operasi) mengalami depresi setelah melewati persalinan. Penelitian lain mengungkapkan, hamper 80% ibu baru, mengalami perasaan sedih setelah melahirkan misalnya perasaan ibu yang merasa tidak mampu atau kawatir akan bertanggung jawab barunya sebagai ibu, yakni merawat anak. Hal ini semakin menekan apabila lingkungan keuarga kurang membei perhatian padanya, melainkan, pada si kecil, ibu

2) Perubah hormonal Setelah melahirkan, terjadi berbagai perubahan tubuh dalam proses mengembalikan fungsi organ reproduksi seperti semula karena setelah melahirkan, hormon progesteron dan ekstrogen mengalami proses perubahan kembali ke keadaan sebelum hamil. Berdasarkan penelitian 34% ibu baru, menderita post partum depression pada tahun pertamanya. Sampai saat ini, para dokter menilai post partum depression sebagai akibat dari perubahan hormon secara mendadak setelah melahirkan.