260
SALINAN
73. Sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Tahunan Indosat untuk
tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2006, pendapatan Indosat selama sembilan bulan berturut-turut sejak April 2006
mencatat angka pertumbuhan dua-digit mendekati 30. “Selama sembilan bulan berturut-turut sejak April 2006,
pendapatan Indosat mencatat angka pertumbuhan dua-digit mendekati 30 setelah mengalami pertumbuhan lamban
selama lima kuartal. Pendapatan usaha Indosat selama tahun 2006 berjumlah sekitar Rp 12,2 triliun, atau naik 5,6
dibanding tahun sebelumnya. Marjin EBITDA Indosat selama satu tahun penuh tetap sehat dan dalam kerangka
pedoman pasar sebelumnya antara 57-59. Pada akhir Desember 2006, Indosat mencatat sekitar 16,7 juta
pelanggan seluler, naik sebesar 21, walaupun menghadapi churn rate yang tinggi, serta penghapusan wajib sebagai
akibat dari pemberlakuan kewajiban registrasi prabayar di awal tahun.”
74. Berdasarkan hal-hal diatas, pernyataan KPPU dalam butir 145
LPL bahwa kinerja Indosat menurun sebagai hasil dari dugaan adanya penundaan pembangunan BTS selama 9 bulan pada
tahun 2006 adalah tidak benar.
H. Kesimpulan Laporan Pemeriksaan Lanjutan Adalah
Tidak Masuk Akal Karena Keputusan Tersebut Menyimpulkan Bahwa Pemerintah Indonesia Tidak
Kompeten
75. STT selalu menghargai peran serta aktif dari Pemerintah
Indonesia baik pada Direksi maupun Dewan Komisaris dari Indosat. Direktur Utama biasanya adalah selalu perwakilan
Direksi. Saudara Roes Aryawijaya, yang telah menjabat Komisaris Indosat sejak tahun 2003, saat ini adalah Deputi
Menteri BUMN. Dalam hal ini, jika LPL berpendapat bahwa STT mengendalikan Indosat untuk kepentingan Temasek, maka
LPL juga mengindikasikan bahwa Pemerintah Indonesia dan perwakilan-perwakilannya tidak memilki pengaruh apapun
terhadap STT. Hal ini merupakan suatu pencemaran terhadap Pemerintah Indonesia
261
SALINAN
76. KPPU
menyadari sepenuhnya
bahwa Pemerintah Indonesia merupakan pemegang saham dengan kepemilikan saham yang
signifikan baik dalam Indosat maupun Telkomsel. Namun hal ini sama sekali diabaikan dalam LPL. Wawancara lain yang telah
dilakukan KPPU yang seharusnya dikutip adalah wawancara dengan Deputi Menteri BUMN, Saudara Roes Aryawijaya:
“2. Berapa komposisi Direksi dan komisaris di
masing-masing perusahaan, Indosat dan Telkomsel? Indosat : 4 Direksi dari STT, 5 Direksi dari Telkom, 4
Komisaris dari Telkom, 6 Komisaris dari STT. Sedangkan di Telkomsel : 3 Direksi dari Singtel dan 2
Direksi dari Telkom.
3. Apakah dalam hal pengambilan keputusan ada
dominasi dari pihak STT? Dalam pengambilan keputusan selalu memperhatikan
good corporate governance dan menghindari mekanisme voting ini terjadi di dalam rapat Direksi
dan Komisaris Indosat.
Berita Acara Pemeriksaan
Lanjutan atas Saudara Roes
Aryawijaya tertanggal 19
Juli 2007 dalam berkas
KPPU
77. Dalam bagian dimana KPPU membahas mengenai tuduhan
mengenai ‘”kewenangan” Temasek, KPPU telah menghilangkan fakta bahwa Deputi Menteri sendiri telah menjelaskan bahwa
Pemerintah Indonesia juga telah menunjuk sejumlah besar Direktur dan Komisaris di Telkomsel dan Indosat, mengendalikan
sebagian besar inisiatif dan menghadiri sebagian besar rapat-rapat.
78. Apabila kemampuan untuk menunjuk direkturkomisaris serta
orang-orang yang jabatannya ganda merupakan bukti atas “pengendalian oleh perusahaan induk yang tertinggi”, maka fakta
bahwa i Pemerintah Indonesia bertindak melalui Menteri BUMN merupakan pemegang saham baik dalam Indosat dan
Telkom yang memiliki lebih dari 50 dari dan menguasai Telkomsel, ii pejabat-pejabat dari kementrian tersebut yang
menduduki jabatan pada Dewan Komisaris Indosat dan Telkom, iii orang-orang yang ditunjuk oleh kementrian tersebut yang
menduduki jabatan pada Direksi, berarti bahwa Pemerintah
262
SALINAN
Indonesia mengendalikan baik Indosat maupun Telkomsel dan Pemerintah Indonesia berarti melanggar Pasal 27 dari UU Anti
Monopoli
79. STT selalu menghargai peran aktif yang dilakukan oleh perwakilan
Pemerintah Indonesia dalam manajemen Indosat. Kesimpulan LPL bahwa Temasek yang hanya memiliki kepemilikan minoritas yang
tidak langsung baik dalam indosat maupun Telkomsel “mengendalikan” baik Indosat maupun Telkomsel adalah tidak
masuk akal karena secara logis hal tersebut menyimpulkan bahwa para direktur dan komisaris yang ditunjuk oleh Pemerintah
Indonesia hanyalah tunduk kepada Temasek yang tidak kompeten. Sangat mengejutkan bahwa KPPU telah mengambil kesimpulan
yang tidak masuk akal ini tanpa adanya bukti sedikitpun
80. Dan ternyata, bukti dalam berkas perkara KPPU menunjukkan hal
yang sebaliknya. Penjelasan Pemerintah dalam Rapat Komisi
Gabungan DPR “Penjelasan Pemerintah”, yang tercakup dalam
berkas perkara KPPU, menyebutkan pada halaman 14 bahwa
“mayoritas” saham Telkomsel “dimiliki dan dikendalikan” oleh
PT Telkom Tbk dan selanjutnya, bahwa STT dan SingTel adalah independen antara satu dengan yang lainnya.
SingTel memiliki 35 saham Telkomsel dan representasi manajemen yang terbatas, dimana
mayoritas saham Telkomsel dimiliki dan dikontrol oleh PT Telkom Tbk.
SingTel juga merupakan perusahaan publik yang tidak saja membawa
kepentingan Temasek selaku pemegang saham tapi juga membawakan kepentingan publik baik SingTel
maupun STT dikelola oleh tim manajemen yang terpisah dan berkompetisi bebas di area seluler
fixed
access, dan internet services di Singapura. Dalam kaitan STT dan Indosat, perlu diingat bahwa Indosat
juga perusahaan publik yang tidak hanya membawakan kepentingan STT tetapi juga
membawakan kepentingan pemegang saham lainnya pemerintah yang masih 15, pemegang saham
publik luar negeri NYSE sebesar 30, serta pemegang saham publik dalam negeri kurang lebih
13.
STT maupun SingTel yang dimiliki oleh Temasek
263
SALINAN
dengan independensi mereka masing-masing dan kompetisi diantara mereka juga harus tunduk kepada
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia baik dalam bidang
telekomunikasi, persaingan usaha, atau maupun pasar modal.
81. Dari Penjelasan Pemerintah, jelas bahwa divestasi dalam Indosat
telah dipertimbangkan secara hati-hati oleh DPR di Indonesia. Yang lebih penting, DPR Indonesia telah menyadari bahwa jelas
tidak terdapat masalah dalam kepemilikan silang karena saham mayoritas dalam Telkomsel dimiliki dan dikendalikan oleh
Pemerintah Indonesia.
82. Hal diatas menggambarkan bahwa LPL ini jelas berat sebelah. LPL
tidak mengambil pendekatan yang seimbang, dimana seharusnya LPL juga mempertimbangkan dan melakukan evaluasi terhadap
bukti yang menjelaskan dan membela posisi STT. Sebaliknya, LPL bahkan mengabaikan bukti dari DPR Indonesia. KPPU jelas
tidak mempertimbangkan perkara ini dengan cara yang adil dan tepat.
VI. TUDUHAN PELANGGARAN ATAS PASAL 27 UNDANG-
UNDANG ANTI MONOPOLI
83. Pasal 27 UU Anti Monopoli menyebutkan:
“Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiaatan usaha
dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan
usaha yanag sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50 lima puluh persen pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu.” 84.
KPPU tidak dapat membuktikan keberadaan semua elemen dari Pasal 27: