234
SALINAN
10. Pemeriksaan
Lanjutan seharusnya telah selesai dilakukan, dan
Laporan Pemeriksaan Lanjutan “LPL”seharusnya telah
dikeluarkan pada tanggal 27 September 2007. Pada tanggal 27 September 2007, kuasa hukum dari STT menyampaikan surat
kepada KPPU untuk meminta agar mereka dapat memeriksa berkas KPPU.
11. Baru kemudian pada tanggal 3 Oktober 2007, KPPU
menyampaikan LPL. LPL memutuskan bahwa Para Terlapor merupakan bagian dari “Kelompok Usaha Temasek” “Temasek
Business Group” yang berkolusi untuk mengurangi persaingan
dalam pasar bersangkutan melalui PT Indosat Tbk “Indosat” and
Telkomsel, dengan cara mempertahankan tarif yang tinggi. LPL sama sekali tidak mempertimbangkan pernyataan, tanggapan dan
bukti-bukti yang disampaikan oleh STT selama Tahap Pemeriksaan Lanjutan.
12. Pada tanggal 5 Oktober 2007 , kuasa hukum dari STT memeriksa
berkas perkara KPPU.
III. PENYAMPAIAN TANGGAPANBUKTI-BUKTI OLEH STT
SELAMA TAHAP PEMERIKSAAN LANJUTAN
A. Ringkasan Tuduhan KPPU Setelah Tahap Pemeriksaan Pendahuluan
13. KPPU
melakukan tuduhan-tuduhan berikut ini setelah tahap
Pemeriksaan Pendahuluan selesai: 1. “Temasek Holding Private Limited, melalui Singapore
Telecomunication Ltd, Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd., STT Communication Ltd., Singapore Telecom Mobile Pte.
Ltd., dan Indonesian Communication Limited memiliki saham sebesar 35 pada Telkomsel dan sebesar 40,77 pada PT.
Indosat, Tbk.
2. Telkomsel dan PT. Indosat, Tbk secara bersama-sama menguasai 89 pangsa pasar atau setidak-tidaknya lebih dari
50 pangsa pasar pada pasar jasa layanan telekomunikasi
235
SALINAN
selular di seluruh wilayah Indonesia. 3. Berdasarkan data-data ekonomi terlihat bahwa kinerja PT.
Indosat, Tbk. tidak sebaik kinerja operator lainnya. 4. Kepemilikan silang yang dimiliki Kelompok Usaha Temasek
terhadap Telkomsel dan PT. Indosat, Tbk. telah menyebabkan berkurangnya persaingan di antara Telkomsel, yang memiliki
pangsa pasar terbesar dan PT. Indosat, Tbk., yang memiliki pangsa pasar kedua terbesar pada pasar jasa layanan
telekomunikasi selular di seluruh wilayah Indonesia.”
B. Ringkasan TanggapanBukti-Bukti dari STT pada Tahap Pemeriksaan Pendahuluan
14. Tuduhan 1 adalah keliru karena STT hanya memiliki 75 dari
AMH, dimana AMH kemudian memiliki 40,77 kepemilikan di Indosat. Hal ini berarti bahwa kepemilikan STT secara tidak
langsung dalam Indosat hanyalah sekitar 31. Sebagaimana ditegaskan oleh KPPU, 35 kepemilikan di Telkomsel dimiliki
oleh SingTel. Kepemilikan STT di operator-operator telekomunikasi di Indonesia hanyalah kepemilikan secara tidak
langsung melalui AMH, ICL dan ICPL di Indosat. STT tidak memiliki kepentingan atau hak apapun dalam PT Telkom atau
Telkomsel. Oleh karenanya, kepemilikan Temasek danatau SingTel di Telkomsel tidak dapat dikaitkan dengan STT. Hal yang
lebih mendasar adalah, STT bukanlah bagian dari apa yang disebutkan sebagai “Kelompok Usaha Temasek”, karena STT tidak
berada di bawah manajemen yang sama dari Temasek, dan juga kegiatan ekonomi yang pokok tidak dikendalikan oleh Temasek.
Pernyataan STT Ke-1
15. Tuduhan 2 tidak berdasarkan penjelasan yang mendukung karena
satu-satunya investasi STT di operator-operator telekomunikasi Indonesia adalah melalui kepemilikan tidak langsungnya melalui
AMH, ICL and ICPL di Indosat. STT tidak memiliki kepemilikan atau hak apapun di PT Telkom ataupun Telkomsel. Selanjutnya,
Indosat tidak mengendalikan dalam segala cara lebih dari 50 dari pasar telekomunikasi seluler di Indonesia, dan dalam setiap
hal, KPPU telah gagal dalam menjelaskan bagaimana KPPU
Pernyataan STT Ke-1
236
SALINAN
menentukan pasar atau menghitung pangsa pasar Indosat, dan juga perhitungan tersebut tidak konsisten dengan definisi pasar yang
sudah ada.
16. Tuduhan 3 adalah keliru, karena semua indikator obyektif
menunjukkan bahwa kinerja Indosat sesungguhnya meningkat sejak tahun 2002.
17. Tuduhan 4 tidak berdasarkan fakta, karena semua indikator
menunjukkan adanya persaingan yang tinggi antara Telkomsel and Indosat dalam segala aspek, sebagaimana dibuktikan dengan
adanya, antara lain, persaingan harga, “churn rate” yang tinggi dan inovasi produk. Selanjutnya, terdapat banyak bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa pasar telekomunikasi di Indonesia secara keseluruhan adalah sangat kompetitif.
18. Laporan ahli independen yang dibuat oleh Spectrum tidak
menemukan dasar dari tuduhan-tuduhan KPPU dan menyimpulkan bahwa Indosat dan Telkomsel berkompetisi secara
langsung dalam beberapa cara dan penentuan tarif pada saat ini adalah kompetitif.
19. Dalam laporan ahlinya, Profesor Hikmahanto menyimpulkan
sebagai berikut:
a STT tidak memiliki saham mayoritas di Indosat.
b STT tidak dapat dianggap sebagai Pelaku Usaha berdasarkan UU Anti Monopoli.
c KPPU harus membuktikan adanya penyalahgunaan posisi
dominan untuk membuktikan bahwa Pasal 27 dari UU Anti Monopoli telah dilanggar. Selanjutnya, KPPU harus juga
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara kepemilikan saham mayoritas dan penguasaan pangsa
237
SALINAN
pasar.
d Analisis KPPU mengenai “pasar yang bersangkutan” dalam Laporan Pemeriksaan Pendahuluan adalah salah.
20. KPPU tidak bisa membuktikan bahwa unsur-unsur dalam Pasal 27
huruf a UU Anti Monopoli telah dipenuhi dalam tuduhannya terhadap STT:
a. KPPU tidak dapat membuktikan bahwa STT memiliki
“saham mayoritas” di Indosat – STT tidak memiliki lebih dari 50 saham di Indosat.
b. KPPU juga keliru dalam menyimpulkan bahwa STT
“mengendalikan 50 atau lebih dari pangsa pasar”. Satu- satunya kepemilikan STT pada operator-operator
telekomunikasi Indonesia adalah melalui kepemilikannya secara tidak langsung melalui AMH, ICL and ICPL di
Indosat. STT tidak memegang kepemilikan atau hak di PT Telkomsel. Indosat, dengan cara apapun, tidak menguasai
lebih dari 50 atau lebih dari pasar telemunikasi selular Indonesia.
c. Pasal 27 dari UU Anti Monopoli hanya berlaku untuk
“pelaku usaha” dan STT bukanlah pelaku usaha sebagaimana didefinisikan dalam UU Anti Monopoli. Suatu
pelaku usaha haruslah didirikan atau berdomisili di Republik Indonesia, dan STT tidak didirikan atau
berdomisili di Republik Indonesia. STT juga tidak melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
21. KPPU tidak mematuhi aturan yang berlaku dalam melakukan
pemeriksaannya. KPPU telah lalai dalam memberitahukan atau melibatkan STT dalam proses pemeriksaan pendahuluan, dan
dengan berlaku demikian, KPPU merugikan kesempatan STT untuk membuat tanggapan dan untuk mengajukan pembelaan
selama tahap pemeriksaan pendahuluan. Selanjutnya, KPPU
238
SALINAN
seharusnya memulai pemeriksaannya dalam jangka waktu 30 hari sejak menerima laporan, dan menghentikan pemeriksaannya pada
saat laporan ditarik kembali. Dalam hal ini, KPPU memulai pemeriksaannya beberapa bulan setelah laporan pertama dan
melanjutkan pemeriksaannya bahkan setelah laporan ditarik kembali.
22. Selanjutnya, investasi STT di Indosat dilakukan dengan sangat
transparan dan telah disetujui dan dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. ST Telemedia bahkan telah diundang oleh Pemerintah
Indonesia untuk berpartisipasi dalam proses tender terbuka atas saham Indosat. Penjualan tersebut diawasi oleh pejabat
Pemerintah Indonesia dan pejabat dari IMF, dan secara menyeluruh telah memenuhi prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah
Indonesia, yang dalam hal ini bertindak melalui Kementrian Badan
Usaha Milik Negara Indonesia “Menteri BUMN”, sebagaimana
dibuktikan dalam Dokumen Divestasi Menteri BUMN sendiri tentang proses divestasi Indosat tertanggal 4 Februari 2003
”Dokumen Divestasi”. Berdasarkan evaluasi independennya atas
dokumen tender yang telah disampaikan, Pemerintah Indonesia sendirilah yang telah memilih ST Telemedia sebagai investor baru
di Indosat.
23. Pada saat-saat tersebut, SingTel telah memegang kepemilikan
dalam Telkomsel. Pemerintah Indonesia telah mempertimbangkan hal ini dan menyimpulkan bahwa divestasi tersebut tidak akan
berakibat terhadap pelanggaran Pasal 27.
IV. TUDUHAN-TUDUHAN DALAM LAPORAN