penduduk lokal, tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan masih kurang nyaman dengan perbedaan budaya yang ada. Dalam hal terpaan dan upaya
mengatasinya dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, asal fakultas dan lama menetap. Perempuan lebih tinggi culture shocknya dan cenderung lebih lambat dalam
beradaptasi, sedangkan laki-laki lebih ringan terpaan culture shock dan lebih cepat dalam beradaptasi. Mahasiswa di Fakultas Kedokteran cenderung lebih berkelompok
dan tidak akrab dengan mahasiswa Indonesia, sedangkan di Fakultas Kedokteran Gigi, mahasiswa Malaysia lebih berbaur dengan mahasiswa Indonesia, meskipun ada yang
juga masih sering berkumpul dengan sesamanya, tetapi kedekatan dan intensitas interaksi dengan mahasiswa Indonesia baik untuk urusan kampus atau di luar kampus
lebih sering terjadi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Ini mempengaruhi proses adaptasi mereka. Selain itu, faktor lama menetap juga turut mempengaruhi.
Mahasiswa yang lebih lama menetap di Medan memiliki penyesuaian yang lebih menyeluruh.
2.3.2 Penelitian Fadhli Friandes
Penelitian yang berjudul Culture Shock Pelajar Minang di Universitas Sumatera Utara Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi AntarBudaya bertujuan
untuk mengetahui culture shock dalam interaksi komunikasi antarbudaya pada mahasiswa Minang di USU, dalam hal ini juga mengenai reaksi dan upaya mengatasi
culture shock tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang merupakan
pengukuran dengan menggunakan data nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa sub kelas nominal. Melalui
pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum. Subjek penelitian adalah mahasiswa
Minangkabau yang berada di Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang masih aktif kuliah dan sudah menetap di
Medan selama kurang lebih dua tahun melalui pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulannya yang bersifat khusus kepada yang
bersifat umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mahasiswa asal Minangkabau
memiliki kecenderungan culture shock tergolong sedang. Hal ini berarti mereka
Universitas Sumatera Utara
sudah bisa menyesuaikan diri, namun untuk beberapa informan masih mengalami beberapa masalah adaptasi seperti merasa bahwa nilai-nilai budaya yang diajarkan
ditempat asal dari Sumatera Barat cukup memiliki perbedaan baik dari norma sehari- hari dan tata cara bergaul dengan lingkungan baru. Penggunaan Bahasa Indonesia
juga menjadi masalah ketika pertama datang di kota Medan, karena mereka telah terbiasa dengan Bahasa Minang yang telah menjadi bahasa utama, ketika berada di
daerah asal dan penggunaan Bahasa Indonesia hanya di pergunakan dalam lingkungan formal seperti di sekolah dan instansi pemerintahan.Dalam hal terpaan
dan upaya mengatasinya dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, asal fakultas dan lama menetap. Perempuan lebih tinggi culture shocknya dan cenderung lebih lambat dalam
beradaptasi, sedangkan laki-laki lebih ringan terpaan culture shock dan lebih cepat dalam beradaptasi. Mahasiswa asal minang lebih cendrung bergaul dengan sesama
mereka yang terikat dalam sebuah organisasi kedaerahan, serta lebih tertarik dengan sesama agama. Akan tetapi seiring proses perjalanan waktu dan adaptasi penerimaan
terhadap culture masyarakat kota medan yang multikultural telah dapat dimengerti dan pengaplikasian tanpa meninggalkan culture minangkabau.
2.4 Model Teoritis