PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN TARI KIPAS NYAMBAI BEBAI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI 1 WAY SINDI KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT
PEMBELAJARAN TARI KIPAS NYAMBAI BEBAI PADA
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI 1 WAY SINDI
KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT
Oleh
Inna Rahmadona
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……… 1
1.2Rumusan Masalah………... 8
1.3Tujuan Penelitian………. 9
1.4Manfaat Penelitian………... 9
1.5Ruang Lingkup Penelitian………... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ……….. ... 11
2.2 Model Pembelajaran ……….. 14
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17
2.5 Ekstrakurikuler ... 21
2.6 Seni Tari ... 22
(3)
3.3.1 Observasi ... 33
3.3.2 Wawancara ... 34
3.3.3 Dokumentasi ... 34
3.3.4 Tes Praktik ... 35
3.3.5 Teknik Non Tes ... 41
3.4 Intrumen Penelitian ... 47
3.5 Teknik Analisi Data ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 51
4.1.1 Profil Singkat SD Negeri 1 Way Sindi ... 51
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 52
4.1.3 Data Guru ... 53
4.1.4 Data Siswa ... 53
4.1.5 Organisasi Sekolah ... 54
4.1.6 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 54
4.2 Hasil Penelitian ... 55
4.2.1 Permohonan Izin ... 55
4.2.2 Pertemuan Pertama ... 56
4.2.3 Pertemuan Kedua ... 67
4.2.4 Pertemuan Ketiga ... 77
4.2.5 Pertemuan Keempat ... 85
4.2.6 Pertemuan Kelima ... 94
4.2.7 Pertemuan Keenam ... 102
4.3 Pembahasan ... 109
4.3.1 Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD... 109
4.4 Temuan ... 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 116
5.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA
(4)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan (Hamalik, 2014 : 3).
Mc.Donald dalam buku Hamalik mengemukakan bahwa “Educational, in the sense used here, is a process or an activity which is derected at producing desirable
changes in the behavior of human beings” yang artinya pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
(5)
Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Belajar ialah suatu suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interakti dengan lingkungannya Slameto (2013: 2)
Djamarah dan Zain (2010:38) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar .
Seni dalam pendidikan pada dasarnya adalah bagaimana seni itu ada dan dimasukkan dalam pendidikan untuk diterapkan atau diajarkan, agar siswa dapat mengembangkan
(6)
3
bakat seni yang dimilikinya. Di samping itu, bertujuan juga untuk mengembangkan kreativitas serta membentuk karakter siswa menjadi berbudaya yang luhur. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap anak (peserta didik) menemukan pemenuhan dirinya dalam hidup untuk mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan untuk pengetahuan. Dari kedua konsep ini sangat dibutuhkan oleh sekolah, agar terbentuk atau tercipta siswa yang mampu mengembangkan kreativitasnya sesuai dengan akal sehat atau jiwa seninya. Selain itu, juga tercipta perilaku yang baik dalam masyarakat (Mustika, 2013 : 26).
Proses pendidikan seni memiliki tujuan untuk mengembangkan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Soehardjo bahwa, pendidikan seni adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan agar menguasai kemampuan kesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan. Selanjutnya, dari pengertian diatas memiliki implikasi bahwa pendidikan seni diharapkan akan menghasilkan kemampuan peserta didik dalam dua hal. Pertama, kemampuan melakukan kegiatan seni seperti mampu meniru (imitasi) dan berekspresi. Kedua, agar siswa memiliki kemampuan untuk menghargai buah fikiran (dalam bentuk karya) serta menghargai karya orang lain dalam bentuk dan jenis karya seni tari (Mustika, 2013 : 30)
Muatan seni budaya dan prakarya sebagaimana diamanatkan dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
(7)
Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Pendidikan juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk melestarikan kebudayaan mengingat Indonesia merupakan bangsa dengan beraneka ragam suku dan kebudayaan. Seni tari sebagai salah satu bagian dari kebudayaan juga perlu dilestarikan, termasuk tari tradisional daerah yang merupakan symbol dari kebudayaan daerah. Peran pemerintah dalam upaya untuk terus melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia juga sangat penting, salah satunya dengan menjadikan budaya mata pelajaran di sekolah. Mustika (2013: 30)
Seni budaya memberikan sumbangan kepada siswa, agar berani dan bangga akan budaya bangsa sendiri. Pembelajaran seni budaya khususnya seni tari di sekolah mengarahkan siswa agar lebih mengenal kebudayaan mengenal kebudayaan mereka dalam bidang seni tari. Mustika (2013: 31)
Penggunaan metode dan model pembelajaran yang tepat dalam dunia pendidikan sangat penting. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan proses pembelajaran dan pengajaran yang baik. Model Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa : (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa
(8)
5
dalam berfikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. (Rusman, 2013 : 205)
Salah satu model yang tepat digunakan dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai
Bebai adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi. Untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai pada saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah situasi, karena satu satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh Karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang didasarkan pada kinerja kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan norma-norma pro-akademik diantaranya para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa (Slavin, 2005:34).
Dipilihnya model pembelajaran kooperatif STAD dalam pembelajaran tari Kipas
(9)
dan pelatih ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi sebelumnya hanya menggunakan metode demonstrasi saja sedangkan dalam proses pembelajaran siswi terlihat kurang aktif dan hal tersebut berpengaruh pada saat pengambilan nilai. Kemudian peneliti memberikan sebuah referensi sebuah model yang sangat mudah untuk digunakan yaitu model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas
Nyambai Bebai dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa termotivasi dan
terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Tari Kipas Nyambai Bebai adalah salah satu aset Budaya Lampung yang ditampilkan
saat acara nyambai di Pekon Way Sindi Kabupaten Pesisir Barat. Menurut wawancara langsung terhadap tokoh adat di Way Sindi Tari Kipas Nyambai Bebai
adalah tari tradisional dari daerah Lampung Pesisir yang beradat Sai Batin. Tari
tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah lama ada, secara turun temurun serta biasanya mengandung nilai filosofis, simbolis, dan religious. Semua aturan ragam gerak, formasi, busana dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah. Tari Kipas
Nyambai Bebai adalah tarian yang dilaksanakan bersamaan dengan kebiasaan
masyarakat untuk meresmikan gelar adat ataupun upacara perkawinan (nayuh). Tari
Kipas Nyambai Bebai ditarikan oleh 4 sampai 6 orang penari perempuan, dalam
pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun dibalai Adat. Ciri khas tarian ini yaitu penari memakai 2 buah kipas yang masing-masing diselipkan diantara jemari tangan penari hal ini dikutip dari wawancara langsung kepada keturunan kerajaan Sai Batin yaitu Pun Panji Wardhana.
(10)
7
SD Negeri 1 Way Sindi merupakan sekolah yang berada di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Dipilihnya SD Negeri 1 Way Sindi karena sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah di Kecamatan Karya Penggawa yang melestarikan kebudayaan lokal yaitu tari Kipas Nyambai Bebai melalui kegiatan
ekstrakurikulernya dengan adanya pelestarian di daerah tersebut diharapkan adanya sebuah kemajuan dibidang budaya khususnya di bidang seni tari. Selain itu sekolah ini memiliki ketersediaan data yang dapat membantu dan mempermudah jalannya penelitian. SD Negeri 1 Way Sindi telah menerapkan pembelajaran seni budaya dan prakarya yang terdiri dari seni musik, seni rupa, dan seni tari. Pembelajaran seni budaya dan prakarya di sekolah ini memiliki keterbatasan waktu sehingga pelajaran seni tari tidak dimasukkan ke dalam kegiatan intrakurikuler melainkan masuk pada jam pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan di laksanakan di sekolah diluar jam pelajaran. (Suryosubroto, 2009 : 28). Ekstrakurikuler seni tari di SD Negeri 1 Way Sindi dilaksanakan pada hari jumat dan minggu pukul 14.00-17.00 WIB dengan pelatih yaitu Santi yang dibimbing oleh ibu Liana Mila di lapangan SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari di sekolah ini terdiri dari 20 siswi yang mengikuti tari Kipas Nyambai Bebai.
(11)
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tari hanya menggunakan metode demonstrasi saja dan dari 20 siswi hanya 1 kelompok yang terdiri dari 4 siswi yang mampu menarikan tari Kipas Nyambai Bebai sehingga pencapaian pembelajaran
tidak berhasil selain itu siswi dengan menggunakan metode demonstrasi tidak aktif dan semangat pada pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai terlihat guru lebih aktif
dalam pembelajaran bukan siswi. Oleh karena itu, dengan penelitian ini
menggunakan model kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menjadi referensi metode dan model pembelajaran dalam pembelajaran seni tari sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswi dan hasil belajar tari Kipas Nyambai Bebai pada
sekolah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran
tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way
Sindi ?
2 Bagaimana hasil belajar siswi dalam Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di
(12)
9
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam proses
pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD
Negeri 1 Way Sindi.
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswi dalam Penggunaan model Kooperatif tipe
STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan
ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi.
1.4 Manfaat Penelitian
Jika tujuan yang sudah dipaparkan di atas dapat tercapai maka manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan penelitian ini dapat memperkuat dan mendukung teori terkait dengan
model dan metode pembelajaran. Penguatan dan dukungan terhadap teori tersebut dapat menjadi landasan untuk dikembangkan oleh peneliti dalam bidang lain. 2. Manfaat bagi peneliti, diharapkan peneliti ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman dalam mengembangkan proses pembelajaran seni tari di sekolah. Penelitian ini juga dapat membantu memberikan gambaran pemilihan materi, metode dan bahan ajar yang harus disesuaikan dengan karakteristik siswanya.
(13)
3. Manfaat bagi guru seni budaya, hasil dari penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi guru dalam mengelola proses pembelajaran seni tari di sekolah dengan metode baru, sehingga pembelajaran seni budaya dan prakarya di SD menjadi menyenangkan.
4. Manfaat bagi mahasiswa pendidikan seni tari diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang metode-metode dalam pembelajaran seni tari dan mengembangkannnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup :
1. Objek penelitian ini adalah Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD
Negeri 1 Way Sindi . 2. Subjek penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswi kelas IV berjumlah 20 siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi.
3. Waktu penelitian
Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tanggal 30 Januari sampai 21 Februari 2015 sebanyak 6 pertemuan tahun pelajaran 2014/2015.
(14)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Learning is defined as the modification or streng
thening of behavior through experiencing (Hamalik, 2014:36). Menurut pengertian
diatas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang.
(Suryosubroto, 2009:16). Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan
(15)
latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill). Para
siswa perlu juga memiliki keterampilan, dengan keterampilan yang dia miliki dia dapat bekerja, berproduksi dan menghasilkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan banyak orang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola PBM. Sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal PBM hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa, antara lain kemampuan mengamati, menginterprestasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
(Sudjana dalam Suryosubroto, 2009:30) pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut :
1. Tahap Pra Intruksional
Tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar :
a. Guru menannyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir
b. Bertanya kepada siswa tentang materi yang sebelumnya
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan tentang materi
yang mereka belum kuasai
d. Mengajukan pertanyaan kepada siswa barkaitan dengan bahan yang
(16)
13
e. Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup semua aspek bahan.
2. Tahap Intruksional
Tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai
b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas
c. Membahas pokok materi yang sudah dituliskan
d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberi contoh-contoh yang konkret, pertanyaan, tugas
e. Penggunaan alat bantu pengajaran yang memperjelas pembahasan pada setiap materi pembelajaran
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi
g. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional, kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain :
a. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap intruksional
b. Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab siswa (kurang dari 70%) maka guru harus mengulang pengajaran
(17)
c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mngenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR
d. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran selanjutnya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, terdapat beberapa aspek kemampuan yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam mengajar, agar kegiatan belajar mengajar dapat efektif (Norris dikutip dalam Suryosubroto, 2009:11), mengajar yang efektif tergantung pada :
a. Kepribadian guru
b. Metode yang dipilih c. Pola tingkah laku
d. Kompetensi yang relevan.
2.2 Model Pembelajaran
Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar seta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Model pembelajaran kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Guna menccapai hasil belajar siswa yang maksimal dan memadai, diperlukan kreativitas
(18)
15
guru dalam menjalankan proses pembelajaran. Kreativitas guru dapat menjadi entry
point dalam upaya meningkatkan proses pembelajarannya (Hosnan, 2014 : 337)
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pada buku yang dikarang oleh Miftahul Huda ia mengungkapkan pendapat dari Artz
dan Newman (2011) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai small group of
learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or
accomplish a common goal (kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim
untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama).
Huda pada tahun (2011) juga menjelaskan bahwa dengan demikian pembelajaran kooperatif berlangsung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Pada proses pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab memelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil selama beberapa minggu atau bulan kedepan kemudian diuji secara individual pada hari ujian yang telah ditentukan. Sebelumnya kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasan/pelatihan tentang : 1) bagaimana menjadi pendengar yang baik, 2)
(19)
bagaimana memberi penjelasan yang baik, 3) bagaimana mengajukan pertanyaan dengan baik, 4) bagaimana saling membantu dan menghargai satu dengan yang lain dengan cara yang baik pula.
A. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan atau manfaat yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan belajar. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerja sama dalam kelompok.
1. Kelebihan Pembelajaran Model Kooperatif
a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap individu yang lebih besar c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman yang mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama
g. Meningkatkan kebaikan budi pekerti, kepekaan dan toleransi
h. Mencegah keagresifan siswa dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
i. Meningkatkan kemajuan belajar
(20)
17
k. Meningkatkan motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya
m.Mudah diterapkan dan tidak mahal. Rusman (2013: 212)
2. Kelemahan Pembelajaran Model Kooperatif
a. Terjadi kekacauan di kelas
b. Ketidakseimbangan dalam pembagian kerja
c. Adanya was-was akan kehilangan keunikan dirinya
d. Menjadi tempat mengobrol
e. Terjadi perdebatan sepele dalam kelompok. Rusman (2013: 213)
2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan belajar yang dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar kegiatan berisi
(21)
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Hamdani, 2011:31).
Model pembelajaran STAD atau Student Teams Achievement Division
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan jumlah 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri atas perempuan dan laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dengan cara berdiskusi. Secara individual, setiap minggu atau setiap dua minggu, siswa diberi kuis. Kuis tersebut diberi skor atau setiap siswa diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna
(22)
19
pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang, seluruh tim mencapai kriteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar itu. (Hamdani, 2011:35)
Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
a) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
3. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
4. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran dan lebih aktif dalam berdiskusi
5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
6. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
7. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
8. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
(23)
9. Interaksi antar-siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
b) Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif STAD
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai.
c) Langkah-langkah penerapan pembelajaran STAD
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran
2. Belajar kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis
(24)
21
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4. Penghargaan kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan member sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya. (Cahyo, 2013:298)
2.5 Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok peserta didik, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dengan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukanoleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah (Sutisna dalam Suryosubroto, 2009:286). Kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di sekolah agar dapat melibatkan semua siswa di sekolah, harus menyelenggarakan jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memiliki kemanfaatan bagi dirinya sebagai sarana pendewasaan diri dan penyaluran bakat-bakat potensial yang dimiliki siswa, disamping kepala sekolah harus memerintahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
(25)
diselenggarakan oleh sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan program kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memeberikan banyak manfaat tidak hanya terhadap peserta didik tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Begitu banyak fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Biasanya mengatur peserta didik diluar jam-jam pelajaran lebih sulit dari mengatur mereka dalam kelas. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan peningkatan administrasi yang lebih tinggi. (Burep dalam Suryosubroto, 2009:30).
2.6 Seni Tari
Tari merupakan salah satu gerak dasar ekspresi, oleh sebab itu gerak ditemui sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional yang diekspresikan lewat medium yang tidak rasional (Hadi dalam Mustika, 2013:37). Tari adalah bentuk yang peka dari perasaan yang dialami oleh manusia sebagai suatu pencurahan kekuatan, meskipun ekspresi yang berbentuk gerak kadang-kadang secara empirik tidak nampak jelas, tetapi sebenarnya penari itu dalam dirinya terdapat pula gerakan lewat gerak-gerak ritmis yang indah yang telah mengalami stilisasi maupun distorsi. Pendidikan seni tari merupakan salah satu cara untuk mewujudkan salah satu tujuan pendidikan Nasional yaitu menjadikan manusia lebih kreatif.
(26)
23
Gerak dasar tari terdiri dari gerakan tangan, gerak kaki, gerak kepala, gerak badan. Tubuh yang menjadi alat utama dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi dalam menari. Aspek gerak secara wujud atau bentuknya disebut ruang, iramanya disebut waktu, dan tenaganya disebut energi (Mustika, 2013:37).
Proses pendidikan seni memiliki tujuan untuk mengembangkan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Soehardjo bahwa, pendidikan seni adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan agar menguasai kemampuan kesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan. Selanjutnya, dari pengertian di atas memiliki implikasi bahwa pendidikan seni diharapkan akan menghasilkan kemampuan peserta didik dalam dua hal. Pertama, kemampuan melakukan kegiatan seni seperti mampu meniru (imitasi) dan berekspresi. Kedua, agar siswa memiliki kemampuan untuk menghargai buah fikiran (dalam bentuk karya) serta menghargai karya orang lain dalam bentuk dan jenis karya seni tari (Mustika, 2013 : 30)
Gerak dalam tari merupakan bentuk reaksi spontan dan batin manusia yang dapat membentuk suatu rangkaian gerak, apabila ditata dengan memperhatikan unsur ruang, waktu, estetika, dan didukung dengan irama musik, maka dapat dibentuk suatu gerakan tari (Mustika, 2013:39). Tujuan dari mengajarkan kepada anak, baik disekolah maupun sanggar pada dasarnya adalah tidak untuk mempersiapkan semua menjadi penari. Rasa seni dan sikap kreatif ditanamkan untuk memotivasi anak agar
(27)
menghargai kesenian. Dengan demikian, maka pengalaman belajar menari akan mendorong siswa untuk menjadi apresiator atau penonton yang cinta atau menyukai seni tari. Pendidikan seni tari disekolah sangat membutuhkan kreatifitas yang sangat tinggi karena dalam menciptakan suatu gerakan tari haruslah dilakukan secara pengulangan atau latihan supaya mendapatkan hasil yang maksimal. (Masunah dalam Mustika, 2013:38)
Seni tari sebagai salah satu kebudayaan juga perlu dilestarikan, termasuk tari tradisional daerah yang merupakan symbol dari kebudayaan daerah. Peran pemerintah dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia juga sangat penting, salah satunya dengan menjadikan seni budaya sebagai mata pelajaran disekolah dan peserta didik pun bisa menunjukan kreatifitasnya melalui bakat-bakat yang mereka miliki dalam bidang seni misalnya seni tari. Manfaat pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran adalah :
a. Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Membina perkembangan estetik
c. Membantu menyempurnakan kehidupan (Mustika, 2013:30)
Kreatifitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya. (Beetlestone, 2012:3). Kreatifitas melibatkan pembuatan : menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai, mengarang, skill music, pertunjukan, perencanaan, mengonstruksikan, membangun
(28)
25
skill-skill teknologis dan keluaran skala besar maupun skala kecil. Kreatifitas dapat dipandang sebagai sebuah bentuk intelejensi. (Gardner dalam Beetlestone, 2012:28)
Memandang kreatifitas sebagai salah satu dari multiple intelejensi yang meliputi berbagai macam fungsi otak. Kreatifitias merupakan sebuah komponen penting yang memang perlu. Tanpa kreatifitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Kreatifitas dan seni berkaitan erat melalui rangkaian representasi. Gagasan sebagian besar orang tentang kreatifitas sering kali dituangkan dalam bentuk gambar, lukisan, tarian serta permainan musik. Sebagian besar
kreatifitas berada dalam kategori “seni” (Beetleestone, 2012:41)
Dalam mempertimbangkan tentang kreatifitas penting untuk membangun pemahaman bahwa semua anak memiliki hak yang sama untuk menjadi kreatif dan untuk memiliki akses penuh pada kesempatan dalam bidang-bidang kreatif dalam kurikulum. (Beetlestone, 2012:56). Mungkin kita tidak selalu memandang semua anak memiliki bakat yang setara terkait dengan kreatifitas dan mungkin menghubungkan semua ini dalam perbedaan dalam memandang pemikiran tentang kemampuan, kelas, ras, gender dan kekuatan fisik.
2.7 Tari Kipas Nyambai Bebai
1. Sejarah
Tari Kipas Nyambai Bebai merupakan salah satu bagian dari tari Nyambai. Tari
(29)
Nyambai Bebai dan tari Kipas Nyambai Bakas. Tari Kipas Nyambai Bebai
diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih
menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergantung penempatanya pendapat ini di ambil dari wawancara
langsung terhadap pun dari warga way sindi. Tari Kipas Nyambai Bebai dalam
penelitian ini merupakan tarian yang lahir dari adat Sai batin Marga Way Sindi Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat Krui. Hal ini dikutip dari wawancara langsung kepada keturunan kerajaan Sai Batin marga Way Sindi yaitu
Pun Panji Wardhana.
(Daryanti dalam mustika, 2013:11) Tari nyambai sudah dipertunjukkan sebelum
Indonesia merdeka namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara
perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan darah kebangsawanan adat Sai Batin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tari nyambai bagi adat Saibatin
menunjukkan adanya sebuah pertise dan legitimasi seorang ketua adat. Tari nyambai
adalah tari adalah tari adat yang erat kaitannya dengan pertemuan bujang dan gadis
(30)
27
perkembangannya, tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang
sudah menikah maupun yang belum menikah. Namun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun dibalai adat, tidak tergantung pada waktu dalam artian dapat dipentaskan siang ataupun malam hari. Perubahan itu, menjadikan tari Nyambai tetap eksis di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.
2. Jenis dan Fungsi
Menurut bapak peratin pekon Way Sindi yang juga merupakan tokoh adat marga Way Sindi Kipas Nyambai Bebai ditarikan oleh 4 sampai 6 orang penari perempuan,
tidak ada batasan dalam tarian ini perempuan yang belum menikah maupun yang sudah menikah boleh menarikan tarian ini. Fungsi tari Kipas Nyambai Bebai adalah
merupakan seni pertunjukkan pada saat acara-acara adat seperti perkawinan, pemberian gelar adok. Tari Kipas Nyambai Bebai tidak hanya berfungsi sebagai
sarana upacara saja akan tetapi juga cermin tantanan nilai budaya masyarakat, hal ini tercermin diantaranya pada tradisi upacara perkawinan sebagai sistem kepercayaan yang melibatkan seni pertunjukan selain itu juga pementasan tari Kipas Nyambai
Bebai merupakan sebuah sarana untuk tetap menjaga keberadaannya baik dalam
(31)
3. Ragam Gerak
Tabel 2.1 Ragam Gerak Tari Kipas Nyambai Bebai
1 Lapah mejong
1-2 3-4 5-6 7-8
1-2
3-4
5-6
7-8
Posisi badan duduk
jongkok, kaki kanan
melangkah kedepan
dengan posisi tangan
membuka kipas.
Posisi badan duduk jongkok, kaki kiri melangkah kedepan dengan posisi tangan membuka kipas. Posisi badan duduk jongkok, kaki kanan melangkah kedepan dengan posisi kedua tangan membuka kipas. Posisi badan duduk jongkok, kedua tangan membuka kipas
2 Nyumbah
1-2 3-4 5-6 7-8
1-2
3-4
5-6
7-8
Tangan kanan dan kiri saling bertemu ditaruh sekepak didepan dada Bergeser mengarah ke kanan
Bergeser mengarah ke kanan
Sikap sembah jama mekhanai batin secara sempurna menghadap ke kanan
(32)
29
Sesayak 1-2
3-4
5-6 7-8
Posisi badan duduk jongkok, tangan didepan badan ukel dengan memegang kipas
Bergeser ke arah kiri
Bergeser ke arah kiri Sikap sesayak dengan sempurna menghadap kea rah kiri
Ngelik 1-2
3-4
5-6 7-8
Posisi badan duduk
jongkok, kedua tangan disamping badan dengan proses ukel, posisi kaki kiri jinjit dibelakang kaki kanan
Proses ke arah kiri Proses ke arah kiri
Sikap Sesayak Sempurna dengan menghadap ke arah kiri
Ngelik cecok 1-2
3-4 5-6 7-8
Posisi badan berdiri, tangan disamping badan proses ukel sambil memegang kipas
Proses ke arah kiri Proses kea rah kiri
Sikap Ngelik cecok
Sempurna dengan
menghadap ke arah kiri
(33)
Sesayak Cecok 1-2
3-4 5-6 7-8
Posisi badan duduk jongkok, tangan didepan badan ukel dengan memegang kipas
Proses ke arah kiri Proses ke arah kiri
Sikap Sesayak cecok
Sempurna dengan
menghadap ke arah kiri
4. Busana
a. Kepala/aksesoris
1) Sanggul belatung tebak
2) Kembang melati
3) Anting
a. Badan
1) Kebaya/baju kurung beludru
2) Tapis Pucuk Rebung/Bitang Perak/Sinjang Betuppal/Tapis Cucuk
Pinggir/Tapis Cetak
3) Bebe Beludru
(34)
31
5) Kalung Papan Jajar
6) Gelang Burung
7) Gelang kano
5. Pendukung Tari
a.Penari
Jumlah penari pada tarian ini berjumlah 4-6 orang. b.Durasi
Tari Kipas Nyambai Bebai ini membutuhkan waktu 8-13 menit.
c.Peralatan Tari
Tarian ini menggunakan properti Kipas sebanyak 2 buah. d.Iringan tari
Musik pengiring tarian ini adalah Kulintang, Rebana, Bedug, dan Gong. Tarian ini juga dilengkapi dengan lagu Hahiwang lampung.
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis (Sugiyono, 2013:2)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Tari Kipas Nyambai Bebai Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi
Karya Penggawa.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru siswi sejumlah 20 orang terdiri dari kelas IV yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai.
(36)
33
Dipilihnya kelas IV karena antusias belajar peserta didik terhadap kegiatan ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai yang cukup baik.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer dan lebih banyak pada teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
3.3.1 Observasi
Dalam buku Sugiyono pada tahun 2013 mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi nonpartisipan, yaitu peneliti terlibat langsung sebagai pengamat dengan aktivitas peserta didik yang sedang mengikuti pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai.
3.3.2 Wawancara
Wawancara atau interviu (interview) adalah seuatu metode atau cara untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan (Arikunto, 2013 : 44).
(37)
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mengenai penerapan model kooperatif tipe STAD kepada guru seni budaya dan pelatih ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi. serta melakukan wawancara kepada Pun Panji Wardhana sebagai keturunan dari kerajaan Sai Batin Marga Way Sindi, tokoh adat, tokoh
masyarakat, dan masyarakat di sekitar Lamban Balak Pekon Way Sindi.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, di dalam melakukan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, foto, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010 : 200). Dalam penelitian dokumentasi yang digunakan berupa foto dan video pada saat proses dan hasil pembelajaran berlangsung.
3.3.4 Tes Praktik
Perolehan data tentang hasil belajar tari Kipas Nyambai Bebai pada siswi yang
mengikuti ekstrakurikuler digunakan tes praktik pembuatan atau produk gerak-gerak tari Kipas Nyambai Bebai yang dilakukan siswi sebagai hasil belajar individu sebagai
kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti di bawah ini.
(38)
35
Tabel 3.1 Lembar pengamatan aktivitas siswi pada setiap pertemuan menggunakan model kooperatif tipe STAD
No
Aspek Deskriptor Skor Kriteria
1 Gerak lapah
mejong
a. Siswi mampu memeragakan
gerak lapah mejong tanpa ada kesalahan
5 Baik Sekali
b. Siswi memeragakan ragam gerak
lapah mejong akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan
4 Baik
c. Siswi memeragakan ragam gerak
lapah mejong akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan
3 Cukup
d. Siswi memeragakan ragam gerak
lapah mejong akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan
2 Kurang
e. Siswi tidak hafal lapah mejong sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
2 Gerak
Nyumbah
a. Siswi mampu memeragakan
gerak nyumbah tanpa ada
kesalahan
5 Baik sekali
b. Siswi memeragakan ragam gerak
nyumbah akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan
4 Baik
c. Siswi memeragakan ragam gerak
nyumbah akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan
3 Cukup
d. Siswi memeragakan ragam gerak
nyumbah akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan
2 Kurang
e. Siswi tidak hafal nyumbah
sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
3 Gerak
Ngelik
a. Siswi mampu memeragakan
gerak ngelik tanpa ada kesalahan
5 Baik sekali
b. Siswi memeragakan ragam gerak
ngelik akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan
4 Baik
c. Siswi memeragakan ragam gerak
ngelik akan tetapi masih
(39)
mengalami 3-4 kali kesalahan
d. Siswi memeragakan ragam gerak
ngelik akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan
2 Kurang
e. Siswi tidak hafal ngelik sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
4 Gerak
Sesayak
a. Siswi mampu memeragakan
gerak sesayak tanpa ada
kesalahan
5 Baik sekali
b. Siswi memeragakan ragam gerak
sesayak akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan
4 Baik
c. Siswi memeragakan ragam gerak
sesayak akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan
3 Cukup
d. Siswi memeragakan ragam gerak
sesayak akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan
2 Kurang
e. Siswi tidak hafal sesayak
sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
5 Gerak
Ngelik cecok
a. Siswi mampu memeragakan
gerak ngelik cecok tanpa ada kesalahan
5 Baik sekali
b. Siswi memeragakan ragam gerak
ngelik cecok akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan
4 Baik
c. Siswi memeragakan ragam gerak
ngelik cecok akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan
3 Cukup
d. Siswi memeragakan ragam gerak
ngelik cecok akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan
2 Kurang
e. Siswi tidak hafal ngelik cecok sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
6 Gerak
Sesayak cecok
a. Siswi mampu memeragakan
gerak sesayak cecok tanpa ada kesalahan
5 Baik sekali
b. Siswi memeragakan ragam gerak
sesayak cecok akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan
(40)
37
c. Siswi memeragakan ragam gerak
sesayak cecok akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan
3 Cukup
d. Siswi memeragakan ragam gerak
sesayak cecok akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan
2 Kurang
e. Siswi tidak hafal sesayak cecok sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
Tabel 3.2 lembar pengamatan tes praktik tari Kipas Nyambai Bebai
No Aspek Deskriptor Skor Kriteria
1 3. Hafalan urutan gerak Ketepatan Gerak dengan Musik
a. Siswi mampu memeragakan
urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dari awal sampai akhir tanpa kesalahan
b. Siswi memeragakan urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai akan tetapi masih mengalami kesalahan 1-2 kali pada enam ragam gerak.
c. Siswi memeragakan urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai akan tetapi masih mengalami kesalahan 3-4 kali pada enam ragam gerak. d. Siswi memeragakan urutan gerak
tari Kipas Nyambai Bebai akan tetapi masih mengalami kesalahan 5-6 pada enam ragam gerak
e. Siswi tidak hafal urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai sehingga siswi terlihat tidak tertib.
a. Siswi mampu memeragakan
semua gerak tari kipas nyambai bebai dengan ketepatan hitungan gerak dan musik.
5 4 3 2 1 5 Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal Baik Sekali
(41)
b. Siswi memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai 1-2 kali terlambat atau mendahului music dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.
c. Siswi memeragakan gerak tari
Kipas Nyambai Bebai 3-4 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak
d. Siswi memeragakan gerak tari
Kipas Nyambai Bebai 5-6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak tidak senyum.
e. Siswi memeragakan gerak tari
Kipas Nyambai Bebai lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak. 4 3 2 1 Baik Cukup Kurang Gagal
3. Kekompakan
dalam kelompok
a. Seluruh siswi dalam kelompok
mampu menarikan tari Kipas
Nyambai Bebai dari awal sampai akhir tanpa kesalahan .
b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan music sesuai dengan apa yang telah dipelajari
5
4
Baik sekali
(42)
39
Hasil belajar gerak tari Kipas Nyambai Bebai siswi dapat diukur dengan lembar
pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 15 sehingga hasil belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan nilai untuk Skala lima, sebagai berikut
c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan musik sesuai dengan apa yang telah dipelajari
d. seluruh siswi dalam kelompok
tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan music sesuai dengan apa yang telah dipelajari
e. Dari 5 siswi terdapat 1 siswi yang tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan music sesuai dengan apa yang telah dipelajari
3
2
1
Cukup
Kurang
Gagal
(43)
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Tes Praktik Individu Berdasarkan Aspek Hafalan Urutan Gerak, Ketepatan Gerak dengan Hitungan dan Kekompakan dalam
Kelompok. Interval
Tingkat Penguasaan
Gerak lapah mejong dan nyumbah
Frekuensi Rata-rata nilai siswi Kriteria
HUG KGH KK HUG KGH KK HUG KGH KK
80-100 66-79 56-65 40-55 30-39
Keterangan : HUG : Hafalan Urutan Gerak
KGH : Ketepatan Gerak dengan Hitungan KK : Kekompakan dalam Kelompok
Tabel pengamatan 3.3 Untuk memperoleh hasil pada setiap pertemuan dengan ragam gerak menggunakan aspek Hafalan Urutan Gerak, Ketepatan Gerak dengan Hitungan dan Kekompakan dalam Kelompo
Tabel 3.4 Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima
Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan
80-100 66-79 56-65 40-55 30-39
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Gagal (Arikunto, 2008 : 246)
(44)
41
Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan ragam gerak, ketepatan gerak dengan musik dan kekompakan dalam kelompok pada saat siswi menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tek praktik yang memiliki skor maksimal 15.
Selanjutnya setelah skor siswi diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.
N =
×
skor ideal
3.3.5 Nontest
Teknik Nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswi dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai di dalam kelompoknya dan aktivitas
guru dalam mengajar di kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Untuk memperoleh data tentang penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai yang diamati pada lembar pengamatan
(45)
Tabel 3.5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswi dalam Kelompok
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria
1 Visual Activities
a. Seluruh siswi dalam kelompok,
memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan kemudian siswi mampu menggerakkan atau ikut mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru.
5 Baik
Sekali
b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswi tidak mampu menggerakkan
atau ikut mendemonstrasikan
bersama teman satu kelompoknya.
4 Baik
c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak memperhatikan guru pada saat
gurumendemonstrasikan sehingga
siswi tidak mampu
mendemonstrasikan dengan baik
bersama teman kelompok sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru.
3 Cukup
d.Dari 4 siswi terdapat 3 siswi yang tidak memperhatikan guru pada saat mendemonstrasikan sehingga siswi tidak mampu mendemonstrasikan
dengan baik bersama teman
kelompok sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru
2 Kurang
e. Seluruh siswi tidak memperhatikan
guru pada saat guru
mendemonstrasikan sehingga siswi tidak mampu mendemonstrasikan
dengan baik bersama teman
kelompok sesuai dengan apa yang telah dicontohkan guru
1 Gagal
2. Listening Activities
a. Seluruh siswi dalam kelompok
mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik
(46)
43
yang dijelaskan oleh guru dan
seluruh siswi mampu
mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.
sekali
b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan
seluruh siswi mampu
mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.
4 Baik
c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan
seluruh siswi mampu
mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.
3 Cukup
d. Dari 4 siswi terdapat 3 siswi yang tidak mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan
seluruh siswi mampu
mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.
2 Kurang
e. Seluruh siswi dalam kelompok tidak
mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan
seluruh siswi mampu
mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.
1 Gagal
3 Motor Activities
a. Seluruh siswi dalam kelompok
memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik dengan masing-masing kelompoknya sesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru.
5 Baik
sekali
b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik dalam masing-masing kelompoknya
(47)
c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik masing-masing kelompoknya
3 Cukup
d. Dari 4 siswi terdapat 3 siswi yang tidak memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik dalam masing-masing kelompoknya
2 Kurang
e. Seluruh siswi tidak memeragakan
gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan masing-masing
kelompoknya
1 Gagal
Total Skor Maksimum 15
Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas siswi yaitu visual activities, listening activities, dan motor
activities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang
telah ditentukan pada tabel yaitu lembar penelitian aktivitas siswi yang memiliki skor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswi diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.
N =
× skor ideal
Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam kegiatan ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai.
(48)
45
Tabel 3.6 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
No Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6
1. Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik perhatian siswa
b. Memberikan motivasi soal
c. Memberikan apersepsi (kaitan materi
yang sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan)
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan diberikan
e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan
2. Sikap guru dalam proses pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara
b. Variasi gerakan badan tidak
mengganggu perhatian siswa
c. Antusiasme dalam penampilan
d. Mobilitas posisi mengajar
3. Penguasaan bahan mengajar (materi
pelajaran)
a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RKH
b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan
belajar (materi).
c. Kejelasan dalam memberikan contoh.
d. Memiliki wawasan yang luas dalam
menyampaikan bahan belajar.
4. Kegiatan belajar mengajar (proses
pembelajaran)
a. Kesesuaian metode dengan bahan
belajar yang disampaikan
b. Penyajian bhan belajar sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan.
c. Memiliki keterampilan dalam
menanggapi dan merespon pertanyaan siswa.
d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi
(49)
5. Kemampuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a. Membagi kelompok yang tingkat
kemampuan berbeda-beda terdiri dari 4 siswi dalam 1 kelompok
b. Mendemonstrasikan materi pelajaran
tari kipas nyambai bebai yang dilakukan secara klasikal atau audiovisual
c. Membuat para siswi dalam setiap
kelompok untuk mengerjakan tiap materi ragam gerak tari kipas nyambai bebai yang telah diberikan secara
bersama-sama dalam setiap
kelompoknya.
d. Mengevaluasi hasil belajar melalui
pemberian kuis tentang materi tari kipas nyambai bebai yang telah dipelajari.
e. Melakukan penilaian terhadap
penampilan tari kipas nyambai bebai yang telah dipelajari sebagai hasil kerja masing-masing kelompok.
f. Memeriksa hasil kerja siswi dan
diberikan angka rentang 0-100
g. Memberikan penghargaan atas
keberhasilan kelompok
6 Kemampuan menutup kegiatan
pembelajaran
a. Meninjau kembali materi yang telah
disampaikan
b. Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan
c. Memberi kesimpulan kegiatan
pembelajaran (Rusman, 2012 : 99-100)
Keterangan :
P.1 = Pertemuan pertama P.4 = Pertemuan keempat
P.2 = Pertemuan kedua P.5 = Pertemuan kelima
(50)
47
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada penelitian pengambilan data, observasi dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan dokumentasi, catatan harian, tes praktik dan nontes.
1. Panduan observasi
Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan, tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung.
Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian Penerapan Model Kooperatif tipe STAD
Pertemuan Ke- Hal Yang Diamati
1 Observasi ke sekolah SD Negeri 1 Way Sindi Karya
Penggawa
2 Mewawancarai kepala sekolah dan guru seni budaya
serta guru ekstrakulikuler perihal penerapan model koopertif tipe STAD pada tari Kipas Nyambai Bebai di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa
3 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam
pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa
4 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam
pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa
5 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam
pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa
6 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam
pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya
(51)
Penggawa
7 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam
pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa
8 Penilaian hasil penerapan model koopertif tipe STAD
dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa
2. Panduan Pencatatan Lapangan
Panduan catatan lapangan berisi catatan harian yang akan memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana rencana penelitian dengan perolehan data yang dikumpulkan.
3. Panduan Dokumentasi
Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera foto.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa lampiran foto, yaitu : 1. Foto sekolah
2. Foto guru ekstrakurikuler tari
3. Foto siswi pada saat proses penerapan model kooperatif tipe STAD
4. Lembar Pengamatan Tes Praktik
Lembar pengamatan tes praktik, digunakan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar tari kipas Kipas Nyambai Bebai dengan menggunakan model
(52)
49
kooperatif tipe STAD. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.
5. Nontes
Teknik nontes digunakan untuk meperoleh data penelitian aktivitas siswi dalam kegiatan ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai melalui penggunaan
model kooperatif tipe STAD.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013 :244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan Penerapan Model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada
kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa.
Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari Kipas Nyambai
Bebai dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.
2. Menganalisis hasil tes tari Kipas Nyambai Bebai dengan menggunakan model
kooperatif tipe STAD yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar.
3. Memberi nilai hasil tes praktik siswi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(53)
N =
×
skor ideal
4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur
hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai
menggunakan tolak ukur sebagai berikut.
Tabel 3.8 Penentuan Patokan Nilai Untuk Skala Lima Interval Nilai Tingkat
Kemampuan
Keterangan
80-100 66-79 56-65 40-55 30-39
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Gagal (Arikunto, 2010 : 246)
5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal
yang pokok yang sesuai untuk dianalisis
6. Membuat kesimpulan data dengan cara mengelola dan menganalisis data-data
pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitas siswi dan guru.
(54)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD pada ekstrakurikuler tari di SD Negeri 1 Karya Penggawa Kab. Pesisir Barat sebagai berikut.
1. Proses penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas
Nyambai Bebai terlihat guru dan siswi sangat berperan aktif, guru membagi siswi
ke dalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswi yang mempunyai kemampuan gerak yang berbeda. Pada setiap pertemuan guru memberikan materi tari Kipas Nyambai Bebai dengan tahapan : Pengajaran berupa
ragam gerak lapah mejong, nyumbah, sesayak, ngelik, sesayak cecok dan ngelik
cecok. Setelah pengajaran selesai kemudian siswa diberi waktu selama 15 menit
untuk belajar kelompok, setelah belajar kelompok selesai siswa diberi kuis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa penilaian dilakukan dalam bentuk tes
(55)
praktik berupa hafalan urutan gerak, ketepatan gerak dengan hitungan dan kekompakan dalam kelompok dan aktivitas siswa berupa visual activities, listening
activities dan motor activities. Setelah dilakukan kuis guru memberikan
penghargaan kepada satu kelompok yang mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya serta mampu memeragakan gerak dengan baik. Model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai
di SD Negeri 1 Way Sindi dapat menambah minat belajar siswi dan memberikan kesempatan kepada siswi untuk lebih mempunyai kebebasan berpendapat dan menyelesaikan masalah serta ditemui kelemahan yaitu pada pembelajaran menggunakan model STAD ini guru kurang memiliki pendekatan kepada siswi sehingga pada saat proses pembelajaran siswi kurang memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi pelajaran.
2. Hasil belajar siswi berdasarkan penilaian tes praktik pada pembelajaran tari Kipas
Nyambai Bebai menggunakan model kooperatif tipe STAD di SD Negeri 1 Way
Sindi pada aspek hafalan urutan gerak, ketepatan gerak dengan hitungan dan kekompakan dalam kelompok seluruh siswi mendapatkan nilai rata-rata 78 dengan kategori baik. Hasil belajar siswi berdasarkan penilaian aktivitas siswi pada pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai menggunakan model kooperatif tipe
STAD di SD Negeri 1 Way Sindi pada aspek visual activities, listening activities,
dan motor activities seluruh siswi mendapatkan nilai rata-rata 89 dengan kategori
(56)
118
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan :
1. Bagi guru seni budaya agar dapat mengaplikasikan model kooperatif tipe STAD ini ke dalam pembelajaran gerak tari di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa Kab. Pesisir Barat Karena model ini tepat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran tari.
2. Kepada guru sebaiknya melakukan pendekatan kepada siswa untuk mengetahui karakteristik dan tingkat kecerdasannya, agar tidak ada siswa dengan kecerdasan rendah semakin tertinggal prestasinya dari siswa lain
3. Untuk selanjutnya hendaknya dibangun suatu aula atau sebuah tempat latihan agar siswa-siswi dalam mengembangkan bakat kemauan dan kemampuannya dibidang seni dapat tersalurkan dengan baik.
4. Bagi guru koordinator bidang ekstrakurikuler agar tidak hanya tari Kipas Nyambai
Bebai saja yang dapat dipelajari namun tari-tarian lainnya. sehingga tidak hanya
siswi perempuan saja yang dapat mengikuti ekstrakurikuler tari namun siswa laki-laki juga diberi kesempatan untuk mempelajari tarian daerah.
(57)
Arikunto, Suharsini. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
_______________ 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Strategi Pembelajaran Untuk Melesatkan Kreativitas Siswa. Bandung : Nusa Media.
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Pres
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hosnan. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam
Kurikulum 2013. Kata Pena: Surabaya
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung: AURA
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
_____________ 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
(1)
kooperatif tipe STAD. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.
5. Nontes
Teknik nontes digunakan untuk meperoleh data penelitian aktivitas siswi dalam kegiatan ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013 :244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan Penerapan Model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa.
Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari Kipas Nyambai
Bebai dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.
2. Menganalisis hasil tes tari Kipas Nyambai Bebai dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar.
3. Memberi nilai hasil tes praktik siswi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(2)
50
N =
×
skor ideal
4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai menggunakan tolak ukur sebagai berikut.
Tabel 3.8 Penentuan Patokan Nilai Untuk Skala Lima Interval Nilai Tingkat
Kemampuan
Keterangan
80-100 66-79 56-65 40-55 30-39
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Gagal (Arikunto, 2010 : 246)
5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis
6. Membuat kesimpulan data dengan cara mengelola dan menganalisis data-data pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitas siswi dan guru.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD pada ekstrakurikuler tari di SD Negeri 1 Karya Penggawa Kab. Pesisir Barat sebagai berikut.
1. Proses penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai terlihat guru dan siswi sangat berperan aktif, guru membagi siswi ke dalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswi yang mempunyai kemampuan gerak yang berbeda. Pada setiap pertemuan guru memberikan materi tari Kipas Nyambai Bebai dengan tahapan : Pengajaran berupa ragam gerak lapah mejong, nyumbah, sesayak, ngelik, sesayak cecok dan ngelik cecok. Setelah pengajaran selesai kemudian siswa diberi waktu selama 15 menit untuk belajar kelompok, setelah belajar kelompok selesai siswa diberi kuis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa penilaian dilakukan dalam bentuk tes
(4)
117
praktik berupa hafalan urutan gerak, ketepatan gerak dengan hitungan dan kekompakan dalam kelompok dan aktivitas siswa berupa visual activities, listening activities dan motor activities. Setelah dilakukan kuis guru memberikan penghargaan kepada satu kelompok yang mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya serta mampu memeragakan gerak dengan baik. Model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai di SD Negeri 1 Way Sindi dapat menambah minat belajar siswi dan memberikan kesempatan kepada siswi untuk lebih mempunyai kebebasan berpendapat dan menyelesaikan masalah serta ditemui kelemahan yaitu pada pembelajaran menggunakan model STAD ini guru kurang memiliki pendekatan kepada siswi sehingga pada saat proses pembelajaran siswi kurang memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi pelajaran.
2. Hasil belajar siswi berdasarkan penilaian tes praktik pada pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai menggunakan model kooperatif tipe STAD di SD Negeri 1 Way Sindi pada aspek hafalan urutan gerak, ketepatan gerak dengan hitungan dan kekompakan dalam kelompok seluruh siswi mendapatkan nilai rata-rata 78 dengan kategori baik. Hasil belajar siswi berdasarkan penilaian aktivitas siswi pada pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai menggunakan model kooperatif tipe STAD di SD Negeri 1 Way Sindi pada aspek visual activities, listening activities, dan motor activities seluruh siswi mendapatkan nilai rata-rata 89 dengan kategori baik sekali.
(5)
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan :
1. Bagi guru seni budaya agar dapat mengaplikasikan model kooperatif tipe STAD ini ke dalam pembelajaran gerak tari di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa Kab. Pesisir Barat Karena model ini tepat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran tari.
2. Kepada guru sebaiknya melakukan pendekatan kepada siswa untuk mengetahui karakteristik dan tingkat kecerdasannya, agar tidak ada siswa dengan kecerdasan rendah semakin tertinggal prestasinya dari siswa lain
3. Untuk selanjutnya hendaknya dibangun suatu aula atau sebuah tempat latihan agar siswa-siswi dalam mengembangkan bakat kemauan dan kemampuannya dibidang seni dapat tersalurkan dengan baik.
4. Bagi guru koordinator bidang ekstrakurikuler agar tidak hanya tari Kipas Nyambai Bebai saja yang dapat dipelajari namun tari-tarian lainnya. sehingga tidak hanya siswi perempuan saja yang dapat mengikuti ekstrakurikuler tari namun siswa laki-laki juga diberi kesempatan untuk mempelajari tarian daerah.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
_______________ 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Strategi Pembelajaran Untuk Melesatkan Kreativitas Siswa. Bandung : Nusa Media.
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Pres
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hosnan. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Kata Pena: Surabaya
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung:
AURA
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
_____________ 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.