Puzzle TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

menjelaskan bahwa guru dapat mengatasi hal tersebut dengan tiga metode, yaitu pertama menjelaskan secara detail mengenai sebuah obyek atau peristiwa, kedua membawa siswa langsung untuk melihat obyek atau peristiwa tersebut, dan yang ketiga adalah menggunakan media untuk memvisualisasikan obyek atau peristiwa. Metode pertama kurang efektif karena subjektifitas guru sangat dominan dan pemahaman murid berbeda sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan mungkin akan menimbulkan kesalahan persepsi. Metode kedua sangat bagus untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa tetapi terhambat oleh biaya, waktu, dan jarak. Metode yang paling bijak dilakukan oleh guru adalah metode ketiga yaitu menggunakan media pembelajaran. Media selain dapat menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru pun akan lebih mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan kesalahanpemahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi konsisten.

2.3 Puzzle

Summers dalam Amalia 2006:8 mendefinisikan puzzle sebagai ...1 a game or toy that has a lot of pieces that you have to fit together, 2 a game in which you have to think harder to solve a difficult question or problem. usually singular something that is difficult to understand or explain. 3piece of the puzzle a piece of information that helps you to understand part of a difficult question, mystery etc. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa puzzle merupakan sesuatu yang memuat informasi dan harus disusun untuk mendapatkan informasi tersebut. Puzzle dapat berupa gambar, kata, kalimat, dan sebagainya. Ismail 2009:200 menjelaskan bahwa puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah dipecah dalam beberapa bagian. puzzle yang sederhana terdiri atas sekitar 5–10 potong, sehingga anak–anak dapat menyusun dengan mudah. Puzzle memiliki manfaat yang besar dalam melatih kecerdasan intelegensi anak, sebab dengan permainan ini anak benar–benar terpacu kemampuan berpikirnya untuk dapat menyatukan kembali posisi gambar pada tempatnya yang sesuai. Hasil penelitian lain yang mendukung pernyataan Ismail adalah hasil penelitian Amalia 2006 yang menunjukkan bahwa media puzzle dapat meningkatkan kemampuan dalam menguasai English vocabulary. Permainan puzzle melibatkan koordinasi mata dan tangan, sehingga cocok bagi anak–anak kecil. Bahan puzzle yang paling baik bagi kegiatan belajar mengajar adalah dari kayu. Puzzle ini dapat berupa bentuk binatang seperti gajah, angsa, jerapah, dan lainnya yang terdiri dari beberapa potong. Guru dapat menggunakan puzzle ini untuk mengarahkan anak pada pelajaran yang akan diajarkan pada saat itu. Ismail menggambarkan pula bahwa puzzle pada hakikatnya merupakan bentuk permainan teka-teki yang umumnya digunakan anak. Puzzle membuat anak–anak dapat bereksplorasi menurut kemampuan dan minatnya. Namun, secara khusus, puzzle biasanya terbentuk dari sebuah gambar yang terpotong– potong menurut bagian tertentu. Misalnya body puzzle, terdiri dari kepingan bagian kepala, tangan, badan, kaki, dan seterusnya. Puzzle dapat terbuat dari plastik, spon, kertas ataupun kayu tebal. Contoh lain adalah puzzle telapak tangan.

2.4 Model Pembelajaran Picture to Picture