Orientasi Sosial Budaya Remaja

2.6 Orientasi Sosial Budaya Remaja

Menurut Santrock 2007:276 budaya sebgagai perilaku, pola, kepercayaan, dan semua hasil lainnya dari suatu kelompok orang tertentu yang diteruskan dar generasi ke generasi. Kebudayaan merupakan unsur pengorganisasian antara individu dan membentuknya menjadi satu kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi manusia di dalam lingkungan hidupnya. Kebudayaan memiliki ciri, yaitu penyesuaian manusia kepada lingkungannya dalam rangka mempertahankan hidupnya sesuai dengan kondisi yang menurut pengalaman atau tradisi merupakan yang terbaik. Kebudayaan berarti terkait dengan komunitas dan identitas sosial seperti Sunda, Batak, Bali, dan Jawa. Secara sosiologis kebudayaan akan berdialog dengan individu dan kelompok sosial, dimana individu akan memberi kontribusi terhadap perkembangan kebudayaan sebagaimana oranglain secara individual maupun kelompok selalu memberikan saham untuk pengembangan dan perubahan terhadap kebudayaannya. Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya dari luar. Dalam hubungannya dengan dunia asing, remaja pula yang lebih banyak terpengaruh dibandingkan dengan orang dewasa dan anak-anak. Pengaruh kebudayaan asing terjadi apabila ada hubungan antara suatu bangsa dengan bangsa lain, melalui rakyatnya secara langsung maupun secara tidak langsung melalui film dan majalah, surat kabar atau bacaan-bacaan lain Panut dan Ida, 1999:48. Pengaruh-pengaruh yang datang dari itu mungkin bisa positif dan mungkin bisa negatif yang mengarah pada kemerosotan moral remaja. Pengaruh kebudayaan asing terhadap remaja tidaklah sama, sesuai dengan lingkungan masyarakat mereka hidup Panut dan Ida,1999:49. Pleck, 1995 dalam Santrock 2007:239 berpendapat bahwa pengertian mengenai remaja tradisional di berbagai budaya barat melibatkan berbagai perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dalam budaya remaja laki- laki, mereka akan dianggap lebih maskulin apabila mereka pernah melakukan hubungan seks pranikah, mengonsumsi alkohol, dan memperlihatkan perilaku membandel. Nilai-nilai dominan dalam budaya anak muda ini menyangkut banyak hal. Nilai-nilai yang dominan itu adalah keunggulan dalam olahraga, pandai berdansa, memiliki mobil, disenangi banyak teman, senang hura-hura, senang pesta-pesta, jadi teman yang baik, untuk laki-laki tidak dianggap pengecut. Dalam keluarga-keluarga jawa khususnya dan masyarakat jawa umumnya, masalah seks tidak pernah dibicarakan secara terbuka. Hubungan seksual dalam pandangan orang jawa merupakan sesuatu yang luhur, sakral, dan memiliki fungsi untuk menjaga keharmonisan dan kelangsungan hidup manusia. Di daerah pedesaan di Jawa, jika remaja laki-laki mulai merasa tertarik kepada seorang teman wanita, maka ia akan datang ke rumahnya. Dalam masyarakat dulu, seorang pria tidak lazim berkencan dengan seorang gadis dan mengadakan perjanjian untuk pergi bersama-sama, karena adat seperti itu biasanya hanya dilakukan oleh pria yang mempunyai maksud-maksud tertentu dengan seorang wanita. Apabila seorang pria mengunjungi seorang gadis dirumahnya, mereka diawasi dengan baik oleh ibu gadis. Apabila seorang gadis maupun orangtuanya tidak keberatan dengan kunjungan-kunjungan dari seorang pria, ia kadang- kadang diperbolehkan untuk mengajak gadis pergi bersamanya, tetapi selalu ditemani dengan saudara pria. Lain halnya dengan pola pacaran remaja zaman sekarang yang biasanya remaja pria mengajak untuk menonton film di bioskop. Selama berpergian biasanya mereka tidak ditemani saudara pria sang gadis. Akan tetapi dalam berpacaran, remaja masih diawasi oleh ibu sang gadis.

2.7 Kajian Pustaka