Perilaku Seksual pada Remaja

perkembangan prilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor proses belajar dan sosio kultural. Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks anal, masturbasi, dan hubungan heteroseksual. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu waktu mengalami pubertas, kontrol sosial yang kurang tepat seperti kontrol terlalu ketat maupun longgar, frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin romantik, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan mendidik anak-anak memasuki masa remaja dengan baik.

2.2.6 Perilaku Seksual pada Remaja

Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam kehidupannya melalui pengamatan terhadap perilaku orangtuanya. Untuk itu orangtua memiliki pengaruh secara signifikan terhadap seksualitas anak-anaknya. Perilaku seks adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. Ada banyak begitu keterangan tentang seks. Tema tentang seks telah banyak terdapat di buku, seks juga merasuki kebanyakan film zaman sekarang segalanya dihubungkan dengan hal-hal yang berbau seks, karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya teknologi canggih menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya dari media massa, khususnya karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya Sarlinto dalam Panut dan Ida, 1999:113. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Berpacaran adalah perencanaan khusus antara dua orang yang berlawanan jenis yang saling tertarik satu sama lain Knight.F.J, 2004: 69. Santrock, 1998 dalam Dariyo 2004: 105 pacaran terjadi semenjak remaja mengalami perubahan fisiologis, kondisi emosi sosial psikososial. Masa pacaran dianggap sebagai masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yaitu ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan dari masing-masing individu. Bila berlanjut, masa pacaran dianggap masa pranikah. Berpacaran merupakan pendahuluan dari akhir pilihan teman hidup. Fase ini adalah fase yang harus dijalani seorang remaja dan merupakan fase yang sangat vital. Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin yang berbeda, kiranya dapat dengan mudah disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketidaktahuan dan kurangnya wawasan orantua yang menganggap bahwa pendidikan seks masih sangat tabu dan tidak bersifat terbuka mengenai masalah seksual yang sebenarnya maka anak lebih cenderung terkena imbas seks dari pergaulan bebas, baik dengan teman sebaya juga lingkungan masyarakat Panut dan Ida, 1999:114.

2.3 Permisivisme