70 dan pertumbuhan populasi. Namun demikian pada kondisi-kondisi tertentu terdapat
beberapa populasi yang ukurannya berbeda dan berukuran kecil. Bila menggunakan rumpon makan beberapa ikan yang berukuran kecil juga ikut tertangkap, sehingga
kategori ramah lingkungan alat tangkap pu n
kat cincin tergolong dalam kategoriadalah
sedang Atmaja dan Haluan, 2003
. Pemilihan alat tangkap unggulan di Provinsi Jawa Barat berdasarkan aspek
lingkungan juga menggunakan metode skoring. Kriteria aspek lingkungan yang digunakan adalah: posisi pengoperasian alat tangkap, ukuran hasil tangkapan, dan
dampak lingkungan . Berdasarkan hasil skoring dengan menggunakan fungsi nilai, maka ditentukan bahwa jenis alat tangkap pilihan berdasarka n aspek lingkungan
dengan urutan prioritas terbaik, adalah sebagai berikut : pancing ulur, gillnet, purse seine
, payang, bagan apung, dan rampus seperti pada Tabel 28.
Tabel 28 Matrik keragaan aspek lingkungan dari teknologi penangkapan eksisting di perairan
Selatan selatan Provinsi Jawa Barat
JENIS TEKNO
LOGI Posisi
Pengopera sian Alat
Tangkap Fungsi
Nilai Ukuran
Hasil Tangkap
Fungsi Nilai
Dampak Lingku-
ngan Fungsi
Nilai Nilai
Gabungan Rataan
Fungsi Nilai
RANG KING
Gillnet 3
0,670 3
1,000 4
0,750 2,420
0,807 2
Pancing 3
0,670 3
1,000 5
1,000 2,670
0,890 1
Purse seine 3
0,670 2
0,500 3
0,500 1,670
0,557 3
Bagan Apung 3
0,670 1
0,000 3
0,500 1,170
0,390 5
Payang 3
0,670 2
0,500 2
0,250 1,420
0,473 4
Trammel Net 2
0,333 2
0,500 2
0,250 1,083
0,361 6
Keterangan : Posisi Pengoperasian Alat Tangkap
Ukuran Hasil Tangkapan Untuk Dampak Lingkungan
1 = Dari dasar perairan sd permukaan 1 = Tidak selektif kecil sampai besar
1 = Sangat Tinggi 2 = Di dasar perairan
2 = Cukup Selektif sedang sd besar 2 = Tinggi
3 = Di permukaan dan dasar perairan 3 = Selektif sedang atau besar
3 = Sedang 4 = Di permukaan dan kolom perairan
4 = Rendah 5 = Di permukaan perairan
5 = Tidak ada
4.2.6 Aspek sosial
For m a t t e d: Line spacing: single
71 Berdasarkan hasil wawancara, pengalaman usaha dalam bidang penangkapan
masyarakat di lokasi studi rata-rata berkisar antara 19 – 25 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman mereka dalam bidang penangkapan dapat dikatakan
cukup tinggi karena pada umumnya setelah tamat sekolah mereka terjun menjadi nelayan untuk membantu perekonomian keluarga dan pekerjaan sebagai nelayan
merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun -temurun.
Ketersediaan infrastruktur perikanan seperti PPI, TPI, tempat docking kapalperahu dan pabrik es merupakan salah satu penunjang yang utama untuk
kelangsungan usaha penangkapan oleh nelayan. Berdasarkan hasil survei lapangan diketahui bahwa ketersediaan infrastruktur tersebut cukup memadai.
Hubungan sosial antar nelayan terbina cukup baik. Hal ini tercermin dari tidak adanya konflik yang terjadi antar nelayan. Dalam masyarakat nelayan di seluruh
lokasi kajian berkembang kelembagaan informal, yaitu berupa hubungan pinjam-meminjam antara pemodalbakul dengan nelayan. Hubungan tersebut lebih
merupakan hubungan saling berkepentingan dan saling membutuhkan antara pemodal dengan nelayan , sehingga ketika menjalin hubungan dengan nelayan, pemodal tidak
hanya sebagai pemilik, melainkan juga harus mampu mengatasi segala macam kesulitan yang dialami nelayan. Pemodal harus siap memberikan pinjaman pangan
ataupun uang. Oleh karena itu, melekat sejumlah norma pada peranan pemodal bahwa segala pengeluaran untuk menangkap ikan termasuk kebutuhan keuangan dari nelayan
beserta rumah tangganya ditanggung lebih dahulu oleh pemodal sebagai bantuan, namun biaya tersebut harus dikembalikan lagi pada pemodal dengan potongan dari
bagian hasil tangkapan, apabila hasil tangkapan dipandang lebih dari cukup. Bila suatu saat pada saat jarang melaut atau paceklik, ternyata hasil
tangkapan jauh dari yang diharapkan, maka sikap pemodal akan menunda pemotongan atas hasil tersebut. Pemberian bantuan tetap akan diberikan selama diperlukan oleh
nelayan yang kemudian diperhitungkan lagi sebagai pinjaman atau hutang. Walaupun segala bentuk pemberian yang telah diterima oleh nelayan sebenarnya adalah
pinjaman, namun pemodal harus memandang hal ini sebagai suatu pertolongan. Sebagai rasa terima kasih nelayan, ada sejumlah kewajiban yang harus dilakukan oleh
nelayan yang meliputi: kewajiban untuk selalu patuh kepada pemodal dan
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: Norm al, Left, Line
spacing: single, Tab stops: Not at 1,25 cm
For m a t t e d: Font : I talic
72 memperhatikan keperluannya. Bahkan kalau diperlukan ada semacam kewajiban
berkorban untuk kepentingannya dan dibalik rasa patuh dari nelayan kepada pemodal terkandung harapan agar pemodal selalu dapat memberikan pertolongan atas
kesusahan yang mungkin dialami nelayan atau rumah tangganya. Adanya rasa patuh dan ketergantungan tersebut memberikan suatu landasan yang kuat bagi timbulnya
rasa berkuasa pemodal terhadap kelangsungan hidup nelayan. Pola ini tampaknya berjalan terus dari waktu ke waktu dalam rangka mengikat para nelayan. Pola ini
terus berlangsung tidak lain sebagai akibat terbatasnya pemilikan modal dari nelayan, sehingga posisi mereka sangat lemah, tergantung dan terikat kepada pemilik modal.
Akibat yang lebih penting membuat taraf hidupnya menjadi rendah. Tingkat ketergantungan terhadap sumber daya perairan pada masyarakat
nelayan sangat tinggi. Profesi nelayan umumnya telah dijalani seumur hidup. Keadaan ini menunjukkan bahwa perikanan telah menjadi bagian dari kehidupan
nelayan, dan bahkan menjadi suatu cara hidup. Artinya, apabila terjadi gangguan pada kondisi ekologi sumber daya perairan, maka gangguan itu akan merambat juga pada
kehidupan nelayan umumnya. Sulit pula dihindarkan sifat sumber daya perikanan yang bersifat public property. Implikasinya adalah “milik setiap orang bukanlah milik
siapapun” Andrianto, 2006. Oleh karena itu, kompetisi eksploitasi dan tindakan-tindakan lain yang bersifat mencemari atau merusak menjadi gejala yang tak
terhindarkan. Setiap nelayan cenderung untuk mengikuti dan mencoba mengulangi prestasi
tangkapan besar yang dialami oleh nelayan lain. Pelacakan informasi terutama tentang lokasi penangkapan yang pernah memberikan hasil besar akan dilakukan oleh
anggota-anggota rumah tangga nelayan. Tahap berikutnya, apabila informasi telah diperoleh, setiap nelayan harus menuju lokasi penangkapan yang diinformasikan
untuk tujuan-tujuan eksploitasi. Dengan kata lain “tidak seorang nelayan pun membiarkan sumber daya hari ini dieksploitasi pada hari esok, karena hari ini sumber
daya akan dieksploitasi oleh nelayan lain”. Sebagian besar nelayan memilih sikap “diam” atau “tidak tahu harus berbuat apa” terhadap pihak-pihak yang melakukan
perusakan sumber daya perikan an. Sisanya memilih sikap “menasehati”, “menegur”, “melarang” atau “melaporkan pada petugas”.
73 Untuk mengetahui urutan prioritas berdasarkan aspek sosial dari teknologi
penangkapan ikan yang eksisting di perairan Selatanselatan
Jawa Barat, dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Penilaian rangking keragaan aspek ini
menggunakan kriteria jumlah tenaga kerja yang terserap untuk setiap jenis teknologi penangkapan ikan, tingkat penguasaan teknologi dan dampak sosialnya. Berdasarkan
hasil skoring diperoleh jenis teknologi penangkapan unggulan di perairan Selatanselatan
Jawa Barat berdasarkan aspek sosial, urutan prioritasnya adalah pancing, payang, rampus trammel net, purse seine, gillnet, dan bagan apung.
Keragaan aspek sosial dari teknologi penangkapan eksisting di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 29
Tabel 29 Matrik keragaan aspek sosial dari teknologi penangkapan eksisting di lokasi penelitian
JENIS TEKNOLOGI
Jumlah Tenaga
Kerja per Unit
Orang Fungsi
Nilai Tingkat
Penguasa- an
Teknologi Fungsi
Nilai Dampak
Sosial Fungsi
Nilai Nilai
Gabungan Rataan
Fungsi Nilai
RANG KING
Gillnet 3
0,125 3
0,670 4
0,750 1,545
0,515 5
Pancing 2
0,063 4
1,000 5
1,000 2,063
0,688 1
Purse seine 17
1,000 2
0,333 2
0,250 1,583
0,528 4
Bagan Apung 1
0,000 3
0,670 3
0,500 1,170
0,390 6
Payang 15
0,875 2
0,333 3
0,500 1,708
0,569 2
Trammel Net 5
0,250 3
0,670 4
0,750 1,670
0,557 3
Keterangan : Untuk Tingkat Penguasaan Teknologi
Untuk Dampak Sosial 1 = Sangat Sukar
1 = Sangat Tinggi 2 = Suka r
2 = Tinggi 3 = Mudah
3 = Sedang 4 = Sangat
Mudah 4 = Rendah
5 = Tidak ada
For m a t t e d: Line spacing: single
74
4.2.7 Teknologi penangkapan pilihan