Keaslian Penelitian Pengembangan Prototipe Spatial Data Mining Untuk Karakterisasi Desa Miskin di Jawa Barat

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Definisi Kemiskinan

Konsep kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada metode BPS, yaitu menggunakan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar basic need yang meliputi kebutuhan makanan dan kebutuhan bukan makanan. Selanjutnya dengan penetapan batas garis kemiskinan proverty line , suatu rumah tangga dapat dikelompokkan ke dalam rumah tangga miskin atau tidak miskin. Garis kemiskinan didefinisikan sebagai besarnya nilai rupiah yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. Kebutuhan hidup minimum terdiri dari kelompok makanan maupun kelompok bukan makanan. Batas miskin untuk kebutuhan makanan dikonsepkan setara 2.100 kalori per hari. Batasan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Pemenuhan energi setara 2.100 kalori diperoleh dari konsumsi berbagai jenis kelompok makanan, yaitu : beras, umbi-umbian, ikan, daging dan sebagainya. Sedangkan batas miskin untuk kebutuhan bukan makanan tercermin dari besarnya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan minimum bukan makanan. Kebutuhan bukan makanan terdiri dari perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta aneka barang dan jasa lainnya Sugiyono 2003.

2.2. Susenas dan Podes

Pengumpulan data Potensi Desa Podes adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap sensus, baik sensus penduduk, sensus pertanian , maupun sensus ekonomi. Sejak tahun 1994 Podes tidak hanya dilaksanakan pada tahun- tahun kegiatan sensus saja tetapi dilaksanakan setiap tahun. Tujuan pengumpulan data Podes antara lain untuk mendapatkan data tentang karakteristik desa secara lebih rinci, yang meliputi data mengenai sarana dan prasarana desa, potensi pertanian, pendidikan, kesehatan, dan potensi sosial-ekonomi lainnya. Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas merupakan survei rumah tangga yang diselenggarakan setiap tahun. Susenas berfungsi sebagai wahana dalam menghimpun data sosial ekonomi penduduk. Keterangan yang dihimpun antara lain menyangkut aspek demografi, pendidikan, kesehatangizi, perumahanlingkungan, kriminalitas, kegiatan sosial budaya, konsumsipengeluaran rumah tangga, perjalanan wisata dan kesejahteraan rumah tangga. Peubah Susenas yang dikumpulkan dibagi menjadi dua kategori, yaitu peubah pokok kor dan peubah sasaran modul. Peubah kor dikumpulkan setiap tahun, sedangkan peubah modul dikumpulkan setiap tiga tahun. Setiap tahun salah satu dari kelompok peubah modul ditetapkan, yaitu 1 konsumsipengeluaran rumah tangga, 2 pendidikan, kesehatan, dan perumahan serta lingkungan, 3 sosial budaya, kriminalitas, dan wisata nusantara dikumpulkan dari rumah tangga. Pemilihan contoh Susenas umumnya dilakukan dalam 3 atau 4 tahap, yaitu 1 pemilihan sejumlah kecamatan, 2 pemilihan sejumlah desa pada setiap kecamatan terpilih, 3 pemilihan sejumlah wilayah pencacahan wilcah pada setiap desa terpilih, dan 4 pemilihan sejumlah rumah tangga pada setiap wilcah terpilih. Sejak tahun 1993 jumlah contoh Susenas sebanyak 202.000 rumah tangga. Sebanyak 65.000 rumah tangga diberikan daftar pertanyaan modul, sedangkan 137.000 rumah tangga diberikan pertanyaan modul saja. Santoso 2000 menggunakan data Susenas 1996 untuk menghasilkan daftar desa miskin di Jawa Barat.

2.3. Prototyping

Dalam pengembangan sebuah perangkat lunak, sering pengguna telah mendefinisikan tujuan umum dari perangkat lunak yang diinginkan, tetapi tidak melakukan identifikasi rinci dari kebutuhan masukan, pengolahan dan keluaran. Dalam kasus lain, pengembang mungkin tidak yakin tentang efisiensi algoritma yang digunakan, kemampuan adaptasi dari sistem operasi, atau bentuk interaksi antara manusia dengan komputer yang digunakan. Dalam kasus-kasus seperti di atas maka pendekatan pengembangan perangkat lunak yang paling sesuai adalah prototyping Pressman 1992.