V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perladangan berpindah swidden cultivation merupakan cara pertanian yang tertua dan banyak dijumpai di daerah tropika. Sistem perladangan bergilir
gilir balik sering dikenal dengan metode 6 M, yakni menebas, menebang, membakar, menugal, merumput, menuai Nugraha, 2005. Coklin 1957 dalam
Nugraha 2005 menyatakan bahwa perladangan adalah sistem pertanian yang sifatnya tidak berkesinambungan. Lahan ladang yang yang sudah tidak subur
setelah ditanami 1-2 tahun akan diistirahatkan fallow. Sambil menunggu suksesi secara alami dengan terbentuknya hutan sekunder berupa padang
rumput dan pohon liar, maka peladang pindah ke lahan lain. Mereka akan kembali ke lahan awal, jika lahan yang ditinggalkan telah cukup mengalami masa
bera sekitar 5 tahun. Perladangan berpindah yang berada di lokasi penelitian berada di wilayah
hutan milik masyarakat. Lahan yang dijadikan sebagai ladang berasal dari hutan utuh dan hutan belukar. Jarak tempuh dari rumah petani ke ladang sekitar 3 km -
10 km mereka menempuhnya dengan jalan kaki dan menggunakan motor. Petani akan memilih jarak lahan ladang dengan tempat tinggal yang relatif dekat
dan mudah ditempuh. Jarak yang dekat dan akses yang mudah berarti peladang tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga, sehingga bisa dimanfaatkan
untuk pekerjaan lain di rumah. Setiap petani ladang berpindah memiliki luas ladang sekitar 0,8 ha-1,5 ha.
A. Karakteristik Responden
Jumlah responden yang terpilih dalam penelitian ini sebanyak 30 orang kepala keluarga. Dengan tingkat umur responden berkisar antara 20 sampai
60 tahun ke atas.
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur
Jumlah orang Persentase
1 2 3 20 – 30
5 16,67
31 - 40 11
36,66 41 - 50
8 26,67
51 - 60 5
16,67 60
1 3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Tingkat pendidikan responden tergolong sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden dari tingkat Sekolah Dasar SD sebanyak
23 orang sedangkan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP 4 orang. Dan terdapat pula yang tidak mengenyam dunia pendidikan sebanyak
3 orang. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah orang
Persentase 1 2 3
Tidak Sekolah 3
10,00 SD 23
76,67 SLTP 4
13,33 Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Dari seluruh jumlah responden mereka menganut agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan dengan persentase Katolik 63,33 dan Protestan
36,67. Untuk suku bangsanya hampir seluruhnya bersuku bangsa Dayak Kayung dengan persentase 96,67 dan 3,33 Dayak Kalimantan Tengah.
Pekerjaan utama responden adalah berladang dan pekerjaan sampingan yang mereka lakukan yaitu berburu hewan dan menyadap getah
karet serta ada pula yang membuat kerajinan dari rotan maupun bambu. Pekerjaan sampingan petani ladang berpindah dilakukan selama menunggu
hasil dari ladang para petani.
B. Pendapatan Petani Ladang Berpindah
Sumber pendapatan petani di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung di dapat dari hasil ladang berpindah dan hasil dari luar ladang
berburu dan menyadap karet. Setiap petani ladang memiliki luas ladang antara 0,8 – 1,5 ha. Di setiap lahan ladangnya mereka menanam tanaman
pokok seperti padi dan jagung serta ada pula sayuran. Hasil dari ladang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Petani peladang berpindah tidak hanya mengandalkan hidupnya dari hasil berladang karena pendapatan dari hasil ladang tidak bisa mencukupi
untuk kehidupan rumahtangga mereka per bulannya. Maka, untuk menutupi kebutuhan rumah tangga petani peladang berpindah melakukan penyadapan
karet sebagai hasil di luar ladang. Petani peladang berpindah ini melakukan kegiatan berladang ini karena
tradisi yang sudah menjadi adat istiadat masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung bagi setiap anggota keluarga. Hal ini dilakukan
karena sudah merupakan adat istiadat dimana dalam kegiatan berladang ini didukung oleh sistem sosial budaya masyarakat yang relatif kuat, sehingga
sampai sekarang sebagian kegiatan ladang berpindah sarat akan makna sosial, budaya dan religiusitas masih dipraktekkan oleh para peladang.
Masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung melaksanakan praktek perladangan berpindah disebabkan oleh 2 faktor, yaitu
1 faktor ekonomi dan 2 faktor budaya. Faktor ekonomi adalah semua kegiatan perladangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
keluarga petani, sedangkan faktor budaya merupakan kegiatan perladangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran budaya yang diperoleh dari
nenek moyang leluhurnya dan diyakini paling sesuai dengan kondisi ekosistem wilayah Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung.
Kegiatan pembukaan ladang ini dilakukan secara tolong menolong. Dalam kegiatan
pembukaan ladang ini terdapat 30-60 orang, mereka melaksanakan kegiatan ini dalam waktu satu hari. Setiap petani yang membuka ladang harus
menyediakan makanan dalam kegiatan ini sebesar Rp 300.000-Rp 600.000,-. Pendapatan petani perladangan berpindah per tahun Kecamatan
Nanga Tayap dapat dilihat pada Tabel 5. Setiap tahunnya petani peladang berpindah memiliki rata-rata dari pendapatan hasil ladang sebesar Rp
3.585.583tahun, rata-rata dari pendapatan di luar hasil ladang sebesar Rp 5.320.766tahun, rata-rata pengeluaran dari rumahtangga dan kegiatan
berladang yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 8.432.316tahun dan untuk rata-rata pendapatan bersih petani
setiap tahunnya sebesar Rp 474.033tahun.
Tabel 5. Pendapatan Petani Peladang Berpindah Per Tahun Kecamatan Nanga Tayap
No Responden
1 Pendapatan Hasil
Ladang Rpthn Pendapatan di Luar
Hasil Ladang Rpthn Pengeluaran
Rpthn Pendapatan Bersih
Petani Rpthn 2 2
3 4
1 4.115.000 8.616.000
12.255.000
476.000 2 2.791.000
4.580.000
6.955.000
416.000 3 3.600.000
5.300.000
8.162.500
737.500 4 2.986.000
4.090.000 6.830.000
246.000 5 2.677.500
5.876.000 7.872.000
681.500 6 2.327.500
7.056.000 8.695.000
688.500 7 8.462.500
5.016.000 12.660.000
818.500 8 4.420.000
5.910.000 10.040.000
290.000 9 5.805.000
3.919.000 8.940.000
784.000 10 4.160.000
7.330.000 9.800.000
1.690.000 11 4.020.000
5.210.000 9.055.000
175.000 12 3.530.000
5.985.000 9.260.000
255.000 13 3.890.000
6.980.000 10.270.000
600.000 14 3.000.000
4.393.000 7.285.000
108.000 15 2.040.000
3.760.000 5.560.000
240.000 16 3.141.000
5.056.000 8.040.000
157.000 17 2.325.000
4.616.000 6.830.000
111.000 18 3.935.000
4.699.000 8.395.000
239.000 19 4.465.000
7.076.000 10.460.000
1.081.000 20 3.105.000
4.335.000 6.950.000
490.000 21 4.720.000
5.116.000 9.065.000
771.000 22 2.425.000
4.710.000 7.015.000
120.000 23 3.285.000
4.571.000 7.280.000
576.000 24 3.210.000
6.284.000 9.360.000
134.000 25 3.190.000
5.770.000 8.765.000
195.000 26 4.139.000
5.930.000 9.475.000
594.000 27 3.319.000
3.990.000 6.655.000
654.000 28 3.504.000
4.914.000 8.060.000
358.000 29 2.190.000
4.393.000 6.150.000
433.000 30 2.790.000
4.142.000 6.830.000
102.000 Jumlah 107.567.500
159.623.000 252.969.500
14.221.000 Rata-rata 3.585.583
5.320.766 8.432.316
474.033 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Pengeluaran petani hanya dari kegiatan berladang setiap tahunnya sebesar Rp 535.000tahun dan pendapatan bersih rata-rata petani dari hasil
ladang berdasarkan luas ladang yang diolah sebesar Rp 2.542.048tahun dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pendapatan Petani Peladang Berpindah Berdasarkan Luas Ladang Kecamatan Nanga Tayap
No Responden
1 Pendapatan Hasil Ladang
Rpthn Luas
ha PengeluaranRpthn
Pendapatan Bersih Hasil Ladang Rphathn
2 3 4
5 1 4.115.000
1,5 800.000
2.210.000 2 2.791.000
0,8 300.000
3.113.750 3 3.600.000
1,2 750.000
2.375.000 4 2.986.000
1 300.000
2.686.000 5 2.677.500
1,3 600.000
1.598.077 6 2.327.500
1 600.000
1.727.500 7 8.462.500
1,5 1.500.000
4.641.667 8 4.420.000
1,3 500.000
3.015.385 9 5.805.000
1,5 500.000
3.536.667 10 4.160.000
1,5 1.000.000
2.106.667 11 4.020.000
1,5 600.000
2.280.000 12 3.530.000
1,2 800.000
2.275.000 13 3.890.000
1,2 1.000.000
2.408.333 14 3.000.000
1,3 500.000
1.923.077 15 2.040.000
1 300.000
1.740.000 16 3.141.000
1,2 300.000
2.367.500 17 2.325.000
1 300.000
2.025.000 18 3.935.000
1 300.000
3.635.000 19 4.465.000
1,3 600.000
2.973.077 20 3.105.000
1,3 300.000
2.157.692 21 4.720.000
1,5 600.000
2.746.667 22 2.425.000
0,8 300.000
2.656.250 23 3.285.000
1,2 500.000
2.320.833 24 3.210.000
1,2 300.000
2.425.000 25 3.190.000
1 300.000
2.890.000 26 4.139.000
1,3 600.000
2.722.308 27 3.319.000
1,2 600.000
2.265.833 28 3.504.000
1,2 400.000
2.586.667 29 2.190.000
0,8 300.000
2.362.500 30 2.790.000
1 300.000
2.490.000 Jumlah
107.567.500 16.050.000
76.261.450 Rata-rata
3.585.583 535.000
2.542.048 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
Sajogyo menyatakan bahwa untuk mengukur pendapatan per kapita dapat menggunakan ukuran ekivalen beras kurang dari 240 kg dikategorikan
miskin sekali dan 320 kg dikategorikan miskin. Seseorang yang berada di
bawah garis kemiskinan tersebut diklasifikasikan sebagai penduduk miskin atau rumah tangga miskin.
Pendapatan per kapita di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung dapat dilihat pada Tabel 7. Masyarakat miskin sekali berkisar
antara 213,84-232,50 kgkapitatahun dengan persentase 10, sedangkan untuk masyarakat miskin berkisar antara 245,50-317,86 kgkapitatahun
dengan persentase 20 dan 70 masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk rumahtangga sejahtera dengan konsumsi
beras berkisar antara 360,66-594,69 kgkapitatahun. Hal ini menunjukkan bahwa di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk
golongan masyarakat Sejahtera.
Tabel 7. Pendapatan Per Kapita Petani Peladang Berpindah Per Tahun
No Pendapatan
dari Hasil Ladang
Pendapatan di Luar Hasil
Ladang Pendapatan
Kotor Petani
Luas Jumlah
Anggoa Keluarga
Pendapatan perkapita
Konversi dengan harga beras
Responden 1
Rpthn 2
Rpthn 3
Rpthn 4
ha 5
org 6
Rp 7
Kgkapitatahun 8
1 4.115.000 8.616.000
12.731.000 1,5
8 1.591.375 397,84
2 2.791.000 4.580.000
7.371.000 0,8
5 1.474.200 368,55
3 3.600.000 5.300.000
8.900.000 1,2
7 1.271.428 317,86
4 2.986.000 4.090.000
7.076.000 1
3 2.358.666 589,67
5 2.677.500 5.876.000
8.553.500 1,3
10 855.350 213,84
6 2.327.500 7.056.000
9.383.500 1
5 1.876.700 469,18
7 8.462.500 5.016.000
13.478.500 1,5
6 2.246.416 561,60
8 4.420.000 5.910.000
10.330.000 1,3
6 1.721.666 430,42
9 5.805.000 3.919.000
9.724.000 1,5
6 1.620.666 405,17
10 4.160.000 7.330.000
11.490.000 1,5
7 1.641.428 410,36
11 4.020.000 5.210.000
9.230.000 1,5
6 1.538.333 384,58
12 3.530.000 5.985.000
9.515.000 1,2
4 2.378.750 594,69
13 3.890.000 6.980.000
10.870.000 1,2
6 1.811.666 452,92
14 3.000.000 4.393.000
7.393.000 1,3
4 1.848.250 462,06
15 2.040.000 3.760.000
5.800.000 1 3 1.933.333
483,33 16 3.141.000
5.056.000 8.197.000
1,2 4 2.049.250
512,31 17 2.325.000
4.616.000 6.941.000
1 3 2.313.666 578,42
18 3.935.000 4.699.000
8.634.000 1 4 2.158.500
539,63 19 4.465.000
7.076.000 11.541.000
1,3 8 1.442.625
360,66 20 3.105.000
4.335.000 7.440.000
1,3 8
930.000 232,50
21 4.720.000 5.116.000
9.836.000 1,5
5 1.967.200 491,80
22 2.425.000 4.710.000
7.135.000 0,8
7 1.019.285 254,82
23 3.285.000 4.571.000
7.856.000 1,2
8 982.000
245,50 24 3.210.000
6.284.000 9.494.000
1,2 5 1.898.800
474,70 25 3.190.000
5.770.000 8.960.000
1 9 995.555
248,89 26 4.139.000
5.930.000 10.069.000
1,3 5 2.013.800
503,45 27 3.319.000
3.990.000 7.309.000
1,2 8
913.625 228,41
28 3.504.000 4.914.000
8.418.000 1,2
7 1.202.571 300,64
29 2.190.000 4.393.000
6.583.000 0,8
4 1.645.750 411,44
30 2.790.000 4.142.000
6.932.000 1 6 1.155.333
288,83
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian
C. Kontribusi Pendapatan Perladangan Berpindah