Apabila memenuhi persyaratan evaluasi hasil uji
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
140
Sertifikat alat dan perangkat telekomunikasi wajib dimiliki bagi setiap pihak yang akan membuat, merakit, untuk dimasukkan, diperdagangkan, dan
dipergunakan di wilayah negara RI. Data harus sesuai dengan elemen data yang tertera pada sertifikat dan identitas tambahan lain yang telah menjadi kesepakatan
antara pihak Ditjen SDPPI-Kominfo dengan Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
Mengingat elemen data tersebut digunakan dalam melakukan Custom Clearance importasi alat dan perangkat telekomunikasi di Kantor Layanan Bea dan Cukai
dengan melalui sistem Portal Indonesia National Single Window INSW. Sistem informasi layanan sertifikasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan
Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika yang mempunyai tugas dalam pelaksanaan standardisasi, sertifikasi alat dan perangkat Telekomunikasi telah
terintegrasi kedalam layanan portal INSW. Tanpa sertifikasi pabrikan distributor importer tidak akan dapat melakukan importasi alat dan perangkat telekomunikasi ke
wilayah RI.
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
141 Gambar 3.29. Layanan Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi Melalui
Portal INSW
Masuk ke website http:www.Postel.
go.idsertifikasi Masuk ke Menu
Daftar Sertifikat, pilih
sertifikat berlaku Masukkan pilihan
Nomor sertifikat atau Nama
Sertifikat atau Nama Perangkat
atau MerkModel atau PLG ID
Klik cari untuk mengetahui data
dari alat dan perangkat yang di
cari
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
142 3.6
Kebijakan SDM TIK 3.6.1. Standar Kompetensi Kerja Nasional IndonesiaSKKNI
Era globalisasi dalam lingkup perdagangan bebas antar negara, membawa dampak ganda, di satu sisi era ini membuka kesempatan kerjasama yang seluas-
luasnya antar negara, namun disisi lain mendorong persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu, tantangan utama di masa mendatang adalah
meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia SDM,
teknologi dan manajemen.
Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri, perlu adanya hubungan timbal balik antara
pihak dunia usahaindustri dengan lembaga diklat baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola oleh industri itu sendiri. Salah satu bentuk hubungan timbal
balik tersebut adalah pihak dunia usahaindustri harus dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha
atau industri tersebut. Sedangkan pihak lembaga diklat akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program dan kurikulum sedangkan
pihak birokrat akan menggunakannya sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro.
Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke dalam Standar Kompetensi Bidang Keahlianyang merupakan refleksi atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut. Di Indonesia, disebut sebagai Standar Kompetensi Kerja Nasional
IndonesiaSKKNI. Di samping itu standar tersebut harus juga memiliki ekuivalen dan kesetaraan dengan standar-standar relevan yang berlaku pada sektor industri di
negara lain bahkan berlaku secara internasional.
SKKNI merupakan salah satu komponen terpenting dalam sistem standardisasi dan sertifikasi kompetensiprofesi, sebagai acuan dalam
penyelenggaraan sertifikasi kompetensi atau profesi. Sehingga sertifikasi kompetensi SKKNI harus memiliki keandalan dan akurasi untuk mengukur kompetensi
seseorang sesuai standar yang ditetapkan. Atas dasar pemikiran itulah standar kompetensi harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain memiliki kandungan
isi substansi yang benar, tersusun secara sistematis, komunikatif dan mampu menjadi alat ukur kompetensi serta kompatibel dengan standar sejenis dari negara lain atau
standar internasional. SKKNI disusun melalui konvensi yang melibatkan berbagai stakeholder, lembaga profesi, lembaga pendidikan, industriwakil masyarakat
pengguna, pemerintah dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi BNSP.
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
143
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
144
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
145
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
146
Sertifikasi Profesi BNSP
58
1. Pemenuhan persyaratan sarana dan perangkat : . SKKNI menjadi dasar Lembaga Sertifikasi Profesi LSP
untuk mengeluarkan sertifikat setelah melalui uji kompetensi di tempat uji kompetensi TUK. Pendirian LSP diakreditasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi
BNSP, dan TUK dibentuk oleh LSP.
Kriteria dasar dalam memberikan rekomendasi mengacu kepada :
a. Memiliki kantor tetap sekurang-kurangnya dalam waktu 2 tahun dan sarana kerja yang memadai
b. Memiliki rencana kegiatan yang mencerminkan pelayanan yang diberikan kepada industri dan sekaligus sebagai penghasilan untuk pendanaan
organisasi c. Memiliki perangkat kerja yang meliputi : standar kompetensi, skema sertifikasi
dan perangkat asesmen termasuk materi uji kompetensi, tempat uji kompetensi, personil yang kompeten termasuk asesor kompetensi dan asesor
lisensi dan sistem pengendaliaan pelaksanaan sertifikasi.
2. Pemenuhan persyaratan lainnya a. Kemampuan organisasi dan manajemen yang baik, dibuktikan dengan : bentuk
badan hukum yang didirikan oleh Warga Negara Indonesia, struktur organisasi dengan perngurus berkewarganegaraan Indonesia, Anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga, pengelola organisasi yang memiliki kepakaran sesuai dengan bidang sertifikasi yang dikelola
b. Asesor tidak sedang berurusan dengan kasus hukum pidana dengan ancaman hukuman paling singkat 5 tahun penjara
c. Bagi asesor berkewarganegaraan asing wajib memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik yang dibuktikan dengan sertifikat Uji Kompetensi Bahasa
Indoenesia bagi penutur asing.
Pemberian rekomendasi pendirian atau perpanjangan lisensi Lembaga Sertifikasi Profesi bidang Kominfo dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
1. Permohonan rekomendasi untuk pendirian atau perpanjangan lisensi LSP bidang Kominfo diajukan oleh Ketua LSP kepada Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan SDM Kominfo dengan mengirimkan surat permohonan 2. Permohonan diajukan dengan melampirkan bukti pemenuhan kriteria.
58
Sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi dan Pasal 14 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem
Pelatihan Kerja Nasional, Lembaga Sertifikasi Profesi
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2015
147
3. Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kominfo melakukan penelaahan terhadap dokumen permohonan dalam waktu 10 hari kerja setelah dokumen
permohonan diterima. 4. Setelah dilakukan penelahaan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
SDM Kominfo : a memberikan rekomendasi pendirian atau perpanjangan lisensi LSP bidang Komifo bagi pemohon yang memenuhi kriteria; b
memberikan surat penolakan pemberian rekomendasi pendirian atau perpanjangan lisensi LSP bidang Kominfo dengan dasar pertimbangan
penolakan bagi pemohon yang tidak memenuhi kriteria.
Sampai dengan tahun 2015, terdapat 7 LSP bidang Kominfo dan 1 panitia teknis uji kompetensi, yaitu :
1. LSP Telematika 2. LSP TIK Indonesia
3. LSP Telekomunikasi 4. LSP Public Relation Indonesia
5. LSP Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika 6. LSP Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia
7. LSP Komputer 8. Panitia Teknis Uji Kompetensi PTUK Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta
STMM belum menjadi LSP, namun sudah mendapatkan lisensi untuk menyelenggarakan sertifikasi.