Permasalahan Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia

15 pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional, mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN, memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional, dan berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN. Anggaran yang tersedia selama ini tidak cukup untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut. Anggaran Setnas ASEAN- Indonesia pada akhirnya lebih banyak terserap untuk kegiatan menghadiri sidang-sidang ASEAN. 53

1.2.4. Permasalahan Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia

Regulasi nasional yang selama ini dibuat oleh Pemerintah Indonesia masih mengalami tumpang tindih dan ketidaksinkronan, sehingga menyebabkan Indonesia belum dapat mempersiapkan dirinya dengan baik dalam Masyarakat ASEAN. Contohnya, jika dilihat dari sudut pandang tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia, maka sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki kedudukan dan kewenangan dalam mengatur dan mengkoordinasikan fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Seperti halnya yang tertuang dalam Keppres No. 23 tahun 2012, maka yang menjalankan tugas sebagai ketua dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah Dirjen Kerjasama ASEAN. Padahal, Dirjen Kerjasama ASEAN secara struktural adalah pejabat eselon I, sedangkan anggota dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah juga pejabat eselon I dari masing-masing kementerian atau lembaga, maka kedudukan Ketua Setnas ASEAN-Indonesia tidak lebih tinggi daripada anggotanya. Hal inilah yang menyebabkan Setnas ASEAN-Indonesia belum bisa menjalankan tugas dan fungsi komunikasinya dengan optimal Selain itu, masih banyak juga pemangku kepentingan terutama dari Kementerian atau Lembaga yang belum mengetahui bahwa berdasarkan Permenlu No.2 tahun 2014, masing-masing dari 48 Kementerian atau Lembaga wajib untuk mendelegasikan satu atau dua orang pejabat eselon I nya untuk menjadi anggota Setnas dan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014. Karena anggota Setnas ASEAN-Indonesia masih sebatas pejabat dari Kementerian Lembaga, maka fungsi check and balances nya hampir tidak ada karena pada dasarnya pejabat eselon I dari masing-masing Kementerian Lembaga tersebut telah memiliki tugas pokok dan fungsi utama di kementerian masing-masing, sehingga tugas dan fungsi sebagai anggota Setnas ASEAN-Indonesia menjadi terbengkalai. 54 Berdasarkan Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014, Komite Nasional merupakan panitia nasional persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA. Hal ini berarti Komite Nasional hanya khusus untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pilar ekonomi. Presiden Indonesia sejauh ini belum membuat Komite Nasional untuk pilar-pilar lainnya, padahal dalam Piagam ASEAN, Indonesia berkomitmen tidak hanya kepada pilar ekonomi namun juga pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya. Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Sosial dan Budaya perlu dibuat agar implementasi dari program masing-masing pilar dapat diturunkan hingga ke level Pemda. Hal ini dikarenakan Setnas ASEAN-Indonesia tidak memiliki unit kerja Tim Kerja Daerah hingga ke level daerah. Satu-satunya yang telah memiliki Tim Kerja Daerah adalah Komite Nasional persiapan MEA. Pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan untuk membentuk Komite Nasional untuk dua pilar lainnya dan kemudian masing-masing koordinator dari Komite Nasional berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia sehingga pola koordinasinya dapat lebih rapi dan terstruktur. Selain itu, di dalam Keppres No. 37 tahun 2014, terdapat tumpang tindih tugas dan fungsi antara Komite Nasional dan Setnas ASEAN-Indonesia. Di Keppres No, 37 tahun 2014 disebutkan bahwa Menteri Luar Negeri adalah Wakil Ketua I dari Koordinator Komite Nasional. Hal ini tumpang tindih dengan tugas dan fungsi Menteri Luar Negeri yang merupakan pimpinan dari koordinator Setnas ASEAN-Indonesia. Jika dilihat dari garis komando hirarki, maka dengan skema seperti ini, Setnas ASEAN-Indonesia yang dijalankan oleh Dirjen Kerjasama ASEAN dan berada di bawah Menteri Luar Negeri, berada di bawah garis komando hirarki Komite Nasional. Padahal di dalam Keppres No, 37 tahun 2014, disebutkan dalam salah satu pasal, Komite Nasional harus berkoordinasi dengan Setnas ASEAN karena sesuai dengan Keppres No. 23 tahun 2012 dan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia adalah koordinator utama dari persiapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN di Indonesia. 53 Ibid 54 Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Dupito D. Simamora, Asdep 2II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, pada tanggal 25 September 2015. 16 Terlepas dari tumpang tindih tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia dengan Komite Nasional, Setnas ASEAN-Indonesia juga belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya Prosedur Standar Operasi SOP yang khusus membahas persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, seperti diamanahkan Keppres No. 23 tahun 2012 mengenai tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia. Temuan penting lainnya adalah perlunya regulasi khusus untuk pilar lain selain pilar ekonomi, mengingat selama ini fokus regulasi kebanyakan berkaitan dengan MEA. Bahkan menurut Direktur Politik- Keamanan, Direktorat Jenderal kerja Sama ASEAN, M. Chandra W. Yudha, pembangunan pilar politik dan keamanan ASEAN mungkin bagi banyak orang tidak sepenting pembangunan pilar ekonomi ASEAN. 55 Untuk pilar ekonomi, telah dibuat regulasi yang khusus mengatur pilar ekonomi yaitu Inpres No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009, Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Inpres No. 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.Untuk kedua pilar lainnya, belum dibuat regulasi khusus. Pemerintah Indonesia juga harus mempertegas dan membuat detail dari regulasi-regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Selama ini, penjabaran tugas dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan masih sangat umum, sehingga membuka celah untuk koordinasi yang kurang maksimal dan tumpang tindih tugas dan fungsi. Indonesia seharusnya juga mempersiapkan blueprint nasional dalam menghadapi Masyarakat ASEAN 2025 dengan baik. Blueprint tersebut harus dibedah dari ketiga pilar dengan ditunjang oleh roadmap yang jelas dan koordinasi antar pemangku kepentingan. 56

1.2.5. Perencanaan Program dan Anggaran Indonesia Terkait Masyarakat ASEAN