Persoalan Perencanaan dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia

12 ASEAN memiliki arti penting bagi Thailand. Negara ini merupakan salah satu pendiri ASEAN pada tahun 1967, bahkan deklarasi pendirian ASEAN pun dicanangkan di ibukota negara tersebut. Indonesia dapat melakukan refleksi dari pengalaman Thailand sebagai negara sahabat di ASEAN agar secara bersama dapat mensukseskan Masyarakat ASEAN per 31 Desember 2015. Susunan kelembagaan Thailand terkait Masyarakat ASEAN pada dasarnya hampir sama dengan Indonesia, namun Thailand lebih unggul dalam implementasi program-programnya sehingga gaung Masyarakat ASEAN dapat dirasakan hingga ke pelosok daerah. Model kelembagaan Thailand untuk Masyarakat ASEAN adalah top-down, yaitu dari sentral ke lokal, dari pusat ke daerah. Kementerian Luar Negeri merupakan focal point dari kelembagaan Masyarakat ASEAN Thailand. Kementerian Luar Negeri mempersiapkan segala sesuatu mengenai ASEAN, seperti menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi serta mengoordinasi berbagai KementerianLembaga terkait. Kementerian Luar Negeri juga bertindak sebagai focal point untuk Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN bersama dengan Kementerian Pertahanan sebagai wakilnya. Sementara itu, Kementerian Perdagangan bertindak sebagai focal point Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kementerian Kemanan Manusia dan Pembangunan Sosial menjadi focal point Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Ketiga focal points memiliki badan-badan sektoral di bawahnya yang menangani isu yang lebih teknis. 38 Thailand juga memiliki Komite Nasional ASEAN yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri di bawah pengawasan Perdana Menteri, dengan anggota dari kalangan swasta, seperti serikat dagang, industri, dan investasi serta lembaga think-tank dan organisasi masyarakat sipil. Terdapat pertemuan- pertemuan rutin dalam Komite Nasional ASEAN. Setiap KementerianLembaga harus melapor pada sub- komite yang nantinya akan melapor ke Komite Nasional. 39 Thailand memiliki sebuah grand strategy nasional mengenai bagaimana Thailand dapat membantu ASEAN untuk mempersempit kesenjangan serta meningkatkan konektivitas di antara negara anggotanya. Setiap KementerianLembaga di Thailand harus memiliki rencana kerja work plan dan dapat mengajukan proyek mengenai ASEAN yang harus mengacu pada grand strategy tersebut. Perdana Menteri adalah pihak yang melakukan koordinasi dan mengumpulkan semua work plan tersebut, kemudian dipilih sesuai prioritasnya. Formulasi kebijakan juga dikoordinasikan dengan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Mengenai anggaran, Thailand memiliki anggaran yang cukup besar untuk Masyarakat ASEAN. Setiap KementerianLembaga dapat mengajukan anggaran, yang kemudian dikelompokkan dalam klaster- klaster berdasarkan prioritasnya, baru kemudian anggaran dialokasikan. Kementerian Keuangan adalah yang mengatur urusan anggaran tersebut. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi adalah yang akan memonitor anggaran tersebut agar sejalan dengan strategi nasional mengenai ASEAN. 40 Pemerintah Thailand memiliki program sosialisasi Masyarakat ASEAN hingga ke daerah-daerah. Pemerintah Thailand juga telah melakukan promosi di media-media sejak tahun 2013 yang ditangani oleh Departemen Informasi Publik yang berada langsung di bawah Perdana Menteri. Pemerintah Pusat Thailand melibatkan Pemerintah Daerah, pengusaha, media massa, dan akademisi sebagai pemangku kepentingan Masyarakat ASEAN, melalui Komite Nasional ASEAN yang bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, melalui Kementerian Perdagangan sebagai koordinator kunci dari pelibatan pengusaha, terutama UMKM, dan melalui Departemen Informasi Publik untuk turut melibatkan media-media swasta dalam meningkatkan kesadaran mengenai Masyarakat ASEAN, serta menggunakan Pusat Studi ASEAN yang berada baik di dalam maupun luar kampus sebagai lembaga think-tank. Para akademisi juga dilibatkan dalam proyek untuk meningkatkan daya saing UMKM lokal dengan meningkatkan value added produk mereka. 41

1.2. Analisis Permasalahan

Reviu ini menemukan bahwa kelembagaan yang telah dibangun Pemerintah Indonesia saat ini belum berperan optimal dalam mensukseskan persiapan Indonesia menuju Masyarakat ASEAN. Masih terdapat berbagai persolaan dalam kelembagaan tersebut, antara lain pada tahap perencanaan, proses koordinasi, hingga kelembagaan Setnas ASEAN-Indonesia itu sendiri.

1.2.1. Persoalan Perencanaan dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia

38 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, pada tanggal 30 Oktober 2015. 39 Ibid 40 Ibid 41 Op. Cit., wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, 30 Oktober 2015. 13 RPJMN 2015-2019 sebagai dokumen resmi perencanaan pembangunan nasional telah menyebutkan tentang ASEAN. RPJMN 2015-2019 dalam bab Politik Luar Negeri menyebutkan bahwa salah satu arah kebijakan bidang politik luar negeri adalah “meningkatkan kesiapan publik domestik dan meningkatnya peran kontribusi dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN”. 42 Cara untuk mencapainya antara lain dengan “intervensi kebijakan pemerintah terkait Masyarakat ASEAN; penguatan kapasitas domestik dalam pembentukan Masyarakat ASEAN; penguatan kelembagaan untuk mendukung pemantapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN; penguatan kemitraan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya ”. 43 Sementara itu, dalam bab Kerja Sama Ekonomi Internasional disebutkan bahwa arah kebijakan ekonomi ekonomi internasional adalah “mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya melalui peningkatan ekspor, pariwisata, dan investasi, bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat ”. 44 Salah satu strategi untuk mencapainya adalah dengan meningkatkan daya saing nasional untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Meskipun kelembagaan ASEAN telah disebutkan dalam RPJMN 2015-2019 sebagai dokumen perencanaan nasional, hal tersebut belum secara optimal mendukung persiapan pembentukan Masyarakat ASEAN, karena beberapa alasan. Pertama, belum ada grand strategy nasional mengenai Masyarakat ASEAN yang berperspektif helicopter view dengan mencakup ketiga pilar. Indonesia seharusnya memiliki grand strategy yang melihat keseluruhan pilar dan mengkonsolidasikan ketiganya, yang idealnya dirumuskan oleh Setnas ASEAN-Indonesia sebagai lembaga yang menaungi seluruh pilar. Saat ini setiap pilar bekerja sendiri- sendiri, tidak ada suatu strategi yang menjadi pegangan bersama, terlebih untuk isu cross-cutting yang melibatkan ketiga pilar, misalnya mengenai isu perdagangan manusia. Kedua, Indonesia belum memiliki guideline yang jelas mengenai kelembagaan dan pelaksanaan komitmen tiap pilar. MEA merupakan pilar yang lebih terdepan dalam hal ini, yaitu dengan adanya Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA Tahun 2011 yang memuat matriks berisi program, tindakan, keluaran, target penyelesaian, sasaran, dan penanggung jawab dari masing-masing komitmen yang berada dalam Cetak Biru. 45 Meskipun demikian, matriks tersebut belum menjamin semuanya berjalan optimal karena kurangnya pengawasan dalam menjaga kelangsungan komitmen. Perkembangan kelembagaan dan strategi MEA yang lebih kompleks dibandingkan dengan pilar yang lain dinilai sebagai hal yang wajar. Hal ini tidak hanya ditemui di Indonesia, di Thailand pun MEA merupakan pilar yang paling mendapatkan perhatian dibandingkan pilar lainnya karena dampaknya dianggap lebih terlihat dan dirasakan langsung tangible results. 46

1.2.2. Persoalan Koordinasi dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia