penggunaan jendela kaca dan ventilasi yang baik sehingga sirkulasi udara maupun sinar matahari pagi dapat masuk kedalam ruangan rumah tanpa menimbulkan rasa
was-was ketika pergi bekerja. Tindakan yang kurang disebabkan oleh pengetahuan dan sikap yang rendah,
karena tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk
melakukannya Kuspriyanto,2002.
5.2. Hubungan Sanitasi Faktor Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru .
Berdasarkan observasi diperoleh ada 55 rumah 59,1 mempunyai dinding
papan. Sebanyak 40 rumah 43,0 sinar matahari yang masuk dalam ruang keluarga hanya 5 sampai 10 menit, sedang 36 rumah 38,7 sinar matahari yang masuk ruang
tidur kurang dari 5 menit. Sebanyak 79 rumah 84,9 sinar matahari masuk ruangan melalui jendela. Ini menunjukkan masyarakat jarang membuka jendela pagi dengan
alasan keamanan karena rumah sering ditinggal pemiliknya untuk bekerja yang mengakibatkan ruangan menjadi lembab sehingga dapat beresiko menjadi tempat
berkembang biak kuman Tuberkulosis akibat sirkulasi udara yang tidak lancar dan sinar matahari pagi tidak dapat masuk ke dalam rumah.
Hasil observasi dan pengukuran kondisi fisik rumah berdasarkan Kepmenkes RI no 829MenkesSKVII1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah dan Pedoman
Teknis Penilaian Rumah Sehat oleh Ditjen PPM dan PL diketahui bahwa hanya 31 33,3 keluarga yang mempunyai kamar tersendiri bila ada anggota keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
menderita sakit, hanya 38 40,9 keluarga yang mempunyai ventilasi permanen 10 dari luas lantai, 90 96,8 keluarga mempunyai lantai rumah yang diplester, 91
97,8 keluarga mempunyai jendela dan kamar mandi, 90 96,8 keluarga membuka jendela rumah tiap hari, 42 45,2 keluarga dengan rumah dikelilingi
oleh pohon-pohon tinggi dan 81 87,1 rumah yang cahaya masuk dalam ruang tidur dan tidak silau dapat membaca dengan normal yakni 50-100 lux.
Dari hasil seluruh observasi dan pengukuran faktor lingkungan fisik rumah sebanyak 22 rumah yang diteliti tidak memenuhi syarat kesehatan, 55 rumah
penderita Tuberkulosis Paru tidak memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square,
variabel sanitasi kondisi fisik rumah responden memililki hubungan bermakna atau signifikan dengan kejadian Tuberkulosis Paru dengan nilai p=0,001 p0,05.
Dalam penyediaan luas ruang tidur 8m² untuk tiap orang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 60,2 karena luas ruang tidur tidak begitu penting bagi
mereka karena mereka hanya butuh tempat istirahat tanpa perlu mengetahui ukuran ruang tidur yang memenuhi syarat. Sebanyak 66,7 tidak menyediakan kamar
tersendiri bila ada anggota keluarga yang sakit, hal ini terkait dengan kondisi perekonomian masyarakat yang masih rendah. Sebanyak 55 rumah 59,1 tidak
mempunyai luas ventilasi rumah 10 dari lantai disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan karena bagi mereka
yang penting ada di setiap ruangan. Dari hasil penelitian tersebut faktor fisik lingkungan rumah didapat ruangan
yang lembab dan suhu yang tinggi jika ditempat tersebut ada kuman Tuberkulosis
Universitas Sumatera Utara
akan menjadi cepat berkembang hal ini dapat diakibatkan oleh banyaknya pohon- pohon yang tinggi dan kebiasaan tidak membuka jendela rumah sehingga cahaya
matahari tidak dapat masuk kedalam ruangan. Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang
mikroorganisme. Menurut Notoatmodjo 2003, kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen.
Penerangan alami yang diperoleh dengan masuknya cahaya matahari yang terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca normal atau
sekitar 50-100 lux yang masuk kedalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah, selain berguna untuk penerangan juga mengurangi
kelembaban, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyakit tertentu, misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya dengan panjang
gelombang di bawah 4000 A yakni sinar ultra violet Azwar,1990. Proses ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila
suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan Gunawan et.al. 1982.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN