Variabel Penelitian Definisi Operasinal

Data sekunder diperoleh dari register Tuberkulosis Paru Puskesmas Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu di wilayah penelitian.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang faktor lingkungan fisik rumah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Tuberkulosis Paru. Pengukuran kondisi fisik rumah dan observasi terhadap sanitasi perumahan merupakan variabel pendukung penyebab kejadian Tuberkulosis Paru.

3.5.2. Definisi Operasinal

Definisi operasional yang dibuat tentang batasan-batasan dari istilah yang dipakai dalam penulisan, yaitu : 1. Penderita Tuberkulosis Paru adalah orang yang menderita penyakit Tuberkulosis Paru yang terdaftar dalam register TB Paru di Puskesmas Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu tahun 2010. 2. Responden adalah orang yang tinggal di sekitar rumah atau tetangga penderita Tuberkulosis Paru dan orang yang tinggal di rumah tersebut ada penderita Tuberkulosis Paru ataupun penderita itu sendiri di wilayah kerja Puskesmas Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu tahun 2010. 3. Umur adalah usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahun terakhir. 4. Jenis kelamin adalah responden yang dinyatakan dengan jenis kelamin pria dan wanita Universitas Sumatera Utara 5. Pendidikan adalah tingkatjenjang pendidikan formal yang terakhir ditamatkan oleh responden mulai dari SRSD sampai dengan Perguruan Tinggi. 6. Pekerjaan adalah sumber mata pencarian yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup responden. 7. Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan utama maupun tambahan dalam rupiah yang dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Regional UMR Kabupaten Labuhan Batu = Rp. 1.050.000,- yang dikategorikan : 1. Rendah Rp. 1.050.000,- 2. Sedang Rp. 1.050.000,- – Rp.2.000.000 3. Tinggi Rp.2.000.000,- 8. Lingkungan fisik rumah adalah keadaan bagian-bagian dari rumah responden yang diperkirakan ikut berperan dalam penularan penyakit Tuberkulosis Paru, yaitu luas ruangan, ventilasi, lantai, kelembaban dan pencahayaan. 9. Kepadatan hunian ruangan tidur adalah luas ruangan minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. 10. Ventilasi rumah yang saniter adalah rumah yang memiliki luas jendelalubang udara pada rumah paling sedikit 10 dari luas lantai ruangan Universitas Sumatera Utara dan 50 dari luas jendela atau lubang udara harus dapat dibuka, sehingga ada aliran udara yang segar terus berlangsung. 11. Lantai rumah yang saniter adalah kondisi kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, kuat, rata dan mudah dibersihkan. 12. Kelembaban adalah keadaan lembab dalam ruangan yang berkisar 40- 70 diukur dengan alat Hygrometer. Pengukuran dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu ruangan kamar sekitar 22-30º C. Cara menggunakan alat yaitu dengan meletakkan alat pada ruang tidur dan ruang kumpul keluarga. 13. Pencahayaan yang memenuhi syarat adalah masuknya sinar matahari kedalam ruangan dan menyebar secara merata, terang dan tidak silau sehingga dapat membaca secara normal. 14. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh responden tentang penyakit Tuberkulosis Paru dan lingkungan fisik rumah. 15. Sikap adalah cara responden memandang sesuatu hal yang telah diketahuinya tentang penyakit Tuberkulosis Paru dan lingkungan fisik rumah. 16. Tindakan adalah perlakuan atau kegiatan yang dilakukan responden sebagai respon dari apa yang diketahuinya tentang penyakit Tuberkulosis Paru dan lingkungan fisik rumah.

3.6. Metode Pengukuran

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

3 44 122

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

Faktor Lingkungan Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang Tahun 2011,.

0 0 1

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYU URIP KABUPATEN PURWOREJO

0 0 11

II. DATA KHUSUS A. Perilaku Pengetahuan. - Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasa Tahun 2013

0 0 46

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAGUBOTI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBASA TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 14