Uji Autokorelasi Uji Multikolinieritas

Dari tabel 4.4 diatas kita dapat melihat bahwa nilai signifikansi untuk variabel untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05. Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas karena variabel independennya memiliki signifikan lebih besar dari 0,05.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Mengacu kepada pendapat Sunyoto 2009:91, Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: a. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, b. angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, c. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .210 a .044 .035 12.779 1.262 a. Predictors: Constant, PENDAPAT _AUDITOR, TOTAL_ASSET, LN_ROA, LN_DAR, UKURAN_KAP b. Dependent Variable: LN_AUDIT_DELAY Sumber: Lampiran vii Tabel 4.5 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1.262 Angka ini terletak di antara -2 sampai +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

4. Uji Multikolinieritas

Pengujian bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel – variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variable Inflation Factor dan toleransi. Menurut Ghozali 2005:91 untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari: nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF=1tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.01 atau sama dengan VIF10. Tabel 4.6 Uji Multikolineritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 4.557 .192 23.730 .000 TOTAL_ASSET -.001 .012 -.012 -.089 .930 .849 1.177 LN_ROA .021 .020 .166 1.080 .285 .701 1.426 LN_DAR .011 .032 .052 .358 .722 .771 1.296 UKURAN_KAP -.051 .036 -.212 -1.419 .161 .741 1.349 PENDAPAT_AUDITO R .043 .067 .086 .638 .526 .914 1.094 a. Dependent Variable: LN_AUDIT_DELAY Sumber: Lampiran viii Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki tolerance value lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Dari hasil uji ini maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini lolos uji gejala multikolinearitas.

D. Pengujian Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi