BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan menggambarkan profil pasien asma. Jenis pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan desain cross-sectional.
4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada Poli Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai September 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh data pasien yang diambil dari rekam medis dengan penyakit asma yang berobat jalan pada Poli Asma di Bagian Paru
RSUP Haji Adam Malik sejak bulan Maret 2010 sampai September 2010. 4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian dengan teknik total sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan mengambil data sekunder berupa rekam medis penderita asma yang berobat jalan pada Poli Asma di Bagian paru
RSUP Haji Adam Malik Medan. Dimana, hal yang diperlukan dalam menggambarkan profil pasien akan dicatat dan diuraikan berdasarkan kebutuhan
peneliti.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Semua data yang telah dicatat dari rekam medis akan diolah, disusun, dipresentasikan dalam bentuk tabel dengan bantuan program Statisticale
Products Social Science SPSS, dan kemudian akan dituangkan dalam bentuk grafik sesuai dengan tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Kecamatan Medan Tuntungan
Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A, sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990.
Dan sesuai dengan SK Menkes No. 502Menkes SKIX1991, RSUP Haji Adam Malik juga merupakan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi
Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Penelitian ini dilakukan pada poliklinik asma di bagian paru RSUP Haji Adam
Malik dan juga pada sub bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik.
5.2. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat dan telah didiagnosa oleh dokter menderita asma yaitu
sebanyak 50 orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai
karakteristiknya meliputi: jenis kelamin, kelompok umur, faktor pencetus asma, derajat asma, faal paru, metode pembayaran, dan jenis pengobatan yang
diberikan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Sosiodemografi Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan Sosiodemografi
Sosiodemografi n
Usia 15–24
8 16,7
25–34 6
12 35–44
8 16,7
45–54 12
24 55–64
8 16,7
≥ 65 8
16,7
Total 50
100
Jenis Kelamin Laki-laki
8 16
Perempuan 42
84
Total 50
100
5.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pencetus Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan faktor pencetus
Faktor Pencetus n
Rokok 15
30
Kimia 1
2 Riwayat infeksi pernapasan
3 6
Debu 23
46 Tepung saripolen
2 4
Binatang 2
4 Aktivitas fisik
16 32
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Asma Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan derajat asma
Derajat Asma n
Intermiten 18
39,1 Persisten ringan
8 17,4
Persisten sedang 12
26,1 Persisten berat
8 17,4
Total 46
100
5.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Faal Paru Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan faal paru
Faal Paru n
APEVEP1 80 17
47,2 APEVEP1 60-80
12 33,3
APEVEP1 60 7
19,4 Total
36 100
5.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pembayaran Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan Metode Pembayaran
Metode Pembayaran n
Biaya sendiri 13
26 AsKes
22 44
JamKesMas 15
30 Total
50 100
Universitas Sumatera Utara
5.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pengobatan Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan Jenis Pengobatan
Metode Pembayaran n
Glukokortikosteroid inhalasi 6
12 Glukokortikosteroid sistemik
30 60
Agonis β-2 Kerja Lama Inhalasi 1
2 Agonis β-2 Kerja Lama Oral
2 4
Teofilin 4
8 Agonis β-2 Kerja Singkat
37 74
Kombinasi 5
10
5.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dengan Jenis Kelamin
Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan jenis kelamin
Jenis Kelamin Total
Laki-Laki Perempuan
n n
N
Kelompok Umur
15-24 1
2 7
14 8
16 25-34
2 4
4 8
6 12
35-44 3
6 5
10 8
16 45-54
12 24
12 24
55-64 8
16 8
16 ≥ 65
2 4
6 12
8 16
Total 8
16 42
84 50
100
Universitas Sumatera Utara
5.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dengan Derajat Asma
Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan derajat asma
Kelompok Umur Total
15-24 25-34
35-44 45-54
55-64 ≥ 65
n n
n n
n n
N Derajat
Asma
Intermiten 2
4 2
4 5
10 3
6 3
6 3
6 18
33 P. Ringan
3 6
2 4
1 2
1 2
1 2
8 16
P. Sedang 1
2 1
2 6
12 2
4 2
4 12
22 P. Berat
2 4
1 2
1 2
1 2
1 2
2 4
8 14
Total 7
14 6
12 8
16 11
22 7
14 7
14 46
85
5.2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pencetus dengan Derajat Asma
Tabel 5.9. Distribusi responden berdasarkan faktor pencetus dengan derajat asma
Derajat Asma Total
Intermiten P. Ringan
P. Sedang P. Berat
n n
n n
N
Faktor Pencetus
Rokok 4
8 1
2 6
12 3
6 14
28 Kimia
1 2
1 2
Riwayat Infeksi
Pernapasan 1
2 2
4 3
6 Debu
6 12
6 12
6 12
5 10
23 46
Tepung SariPolen
1 2
1 2
2 4
Binatang 1
2 1
2 2
4 Aktivitas
Fisik 10
20 2
4 2
4 2
4 16
32
Universitas Sumatera Utara
5.2.10. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Asma dengan Jenis Pengobatan
Tabel 5.10. Distribusi responden berdasarkan derajat asma dengan jenis pengobatan
Derajat Asma Total
Intermiten P. Ringan
P. Sedang P. Berat
n n
n n
N
Jenis Pengobatan
G inhalasi 5
10 1
2 6
12 G sistemik
10 20
4 8
8 16
5 10
27 54
Aβ-2 K lama
inhalasi 1
2 1
2 Aβ-2 K
lama oral 1
2 1
2 2
4 Teofilin
1 2
1 2
2 4
4 8
Aβ-2 K singkat
12 24
5 10
1 2
24 6
12 35
70 Kombinasi
2 4
1 2
1 2
4 8
5.2.11. Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pembayaran dengan Jenis Pengobatan
Tabel 5.11. Distribusi responden berdasarkan metode pembayaran dengan jenis pengobatan
Metode Pembayaran Total
Sendiri AsKes
JamKesMas n
n n
N
Jenis Pengobatan
G inhalasi 1
2 3
6 2
4 6
12 G sistemik
8 16
13 26
9 18
30 60
Aβ-2 K lama inhalasi
1 2
1 2
Aβ-2 K lama oral 1
2 1
2 2
4 Teofilin
1 2
3 6
4 8
Aβ-2 K singkat 7
14 16
32 14
28 37
74 Kombinasi
5 10
5 10
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1, diperoleh sebanyak 50 orang penderita asma mayoritas perempuan berjumlah 42 orang 84. Sedangkan penderita asma laki-
laki berjumlah 8 orang 16. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. 2009 pada pasien rawat jalan Poli Asma
RSUP Persahabatan dengan subjek yang berjumlah 604 orang, sebanyak 389 64 orang adalah perempuan. Kemudian ditemukan juga penderita asma
mayoritas berada dalam kelompok umur 45-54 tahun, yang berjumlah 12 orang 24. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Swidarmoko dalam Pratama dkk. 2009 bahwa proporsi terbanyak terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun.
Berdasarkan tabel 5.2, diperoleh bahwa faktor pencetus terjadinya asma terbanyak adalah debu, dengan jumlah responden 26 orang 52, lalu dikuti
oleh aktivitas fisik dengan jumlah responden 16 orang 32. Hasil ini sesuai dengan teori yang selama ini diketahui bahwa penderita asma dapat mengalami
eksaserbasi yang dipicu oleh kontak dengan alergen lingkungan yang berlebihan berupa debu 80 penderita.
Berdasarkan tabel 5.3, hanya diperoleh 46 data mengenai derajat asma pada 50 orang responden. Dimana, mayoritas derajat asma adalah intermiten, dengan
jumlah responden 18 orang 39,1. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. 2009 pada pasien rawat jalan Poli
Asma RSUP Persahabatan dengan subjek yang berjumlah 604 orang, mayoritas penderita asma yang diperoleh derajat asma-nya adalah persisten sedang yang
berjumlah 272 orang 45; sedangkan asma intermiten berjumlah 143 orang 23,7.
Berdasarkan tabel 5.4, hanya diperoleh 36 data mengenai derajat asma pada 50 orang responden. Dimana, mayoritas penderita asma mempunyai faal paru
APEVEP180, dengan jumlah responden 17 orang 47,2. Menurut PDPI
2006, derajat asma penderita dengan faal paru APEVEP180 adalah intermiten atau persisten ringan. Hasil tersebut konsisten dengan jumlah
Universitas Sumatera Utara
penderita dengan derajat asma intermiten yang ditemukan yaitu berjumlah 18 orang.
Berdasarkan tabel 5.5, diperoleh bahwa metode pembayaran mayoritas penderita asma adalah dengan AsKes, dengan jumlah responden 22 orang 44.
Berdasarkan tabel 5.6, diperoleh bahwa jenis pengobatan yang paling banyak diberikan adalah obat golongan
agonis β-2 kerja singkat yang diberikan kepada 37 orang 74 dan glukokortikosteroid sistemik yang diberikan kepada 30 orang
60. Menurut PDPI 2006, pengobatan utama asma bertujuan untuk mengatasi
dan mencegah obstruksi jalan napas, yang terdiri dari pengontrol dan pelega .
Menurut Barnes JP 2005, jenis pengontrol yang paling efektif untuk mengontrol asma adalah kombinasi antara g
lukokortikosteroid inhalasi dan agonis β-2 kerja lama inhalasi, sedangkan untuk mengatasi eksaserbasi dapat diberikan agonis β-2
kerja singkat. Berdasarkan tabel 5.7, diperoleh bahwa pada responden penderita asma
dengan kelompok umur 45-54 tahun paling banyak berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk.
2009 pada pasien rawat jalan Poli Asma RSUP Persahabatan, dimana dikatakan bahwa mayoritas penderita asma adalah perempuan pada kelompok umur 41-50
tahun. Berdasarkan tabel 5.8, diperoleh bahwa responden penderita asma dengan
kelompok umur 45-54 tahun paling banyak ditemukan derajat persisten sedang 12, diikuti oleh intermiten 6, kemudian persisten ringan dan berat 2.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. 2009, dimana dikatakan bahwa mayoritas penderita asma berada pada
kelompok umur 41-50 tahun dengan derajat asma yang paling banyak terdapat pada derajat asma persisten sedang dan berat.
Berdasarkan tabel 5.9, diperoleh bahwa pada responden dengan debu sebagai faktor pencetus asma, paling banyak ditemukan derajat intermiten,
persisten ringan dan persisten sedang 12. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. 2009 pada pasien rawat jalan Poli
Universitas Sumatera Utara
Asma RSUP Persahabatan, dimana dikatakan debu terutama debu rumah sebagai faktor pencetus asma yang terbanyak dan terpenting pada populasi yang
rentan. Selain itu juga dikatakan bahwa debu merupakan pencetus terpenting asma persisten sedang dan berat.
Berdasarkan tabel 5.10, diperoleh bahwa pada responden dengan derajat intermiten, pengobatan yang paling banyak diberikan adalah
agonis β-2 kerja singkat 24, diikuti oleh glukokortikosteroid sistemik 20, dan pengobatan
kombinasi antara agonis β-2 kerja lama inhalasi dengan glukokortikosteroid
inhalasi diberikan sebanyak 4. Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan pedoman PDPI 2009, dimana dikatakan terapi utama pada derajat asma
intermiten sebaiknya diberikan obat pelega berupa agonis β-2 kerja singkat saja
bila perlu. Berdasarkan tabel 5.11, diperoleh bahwa pada responden yang menggunakan
AsKes, pengobatan yang paling banyak diberikan adalah agonis β-2 kerja singkat
32 dan glukokortikosteroid sistemik 26. Hasil yang sama juga ditemukan pada responden yang menggunakan JamKesMas, secara berurutan yaitu 28
dan 18.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai profil tentang pasien-pasien penyakit Asma yang datang berobat ke Poliklinik Asma di Bagian
Paru RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar berjenis kelamin perempuan 84
2. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar
berumur antara 45-54 tahun 24 3.
Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar mempunyai faktor pencetus debu 52
4. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar
memiliki derajat asma intermiten 35 5.
Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar memiliki faal paru APEVEP180 47,2
6. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar
menggunakan AsKes 44 7.
Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar diberikan pengobatan golongan
agonis β-2 kerja singkat 74, diikuti oleh glukokortikosteroid sistemik 60, kemudian glukokortikosteroid
inhalasi 12, lalu pengobatan kombinasi antara agonis β-2 kerja lama
inhalasi dengan glukokortikosteroid inhalasi 10, teofilin 8, dan terakhir
agonis β-2 kerja lama oral dan inhalasi 4 2 8.
Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma pada kelompok umur 45-54 tahun, semuanya berjenis kelamin perempuan 24
9. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma pada kelompok
umur 45-54 tahun, sebagian besar memiliki derajat persisten sedang 12
Universitas Sumatera Utara