2.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. GINA 2009 dan PDPI 2006
menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan berdasarakan kontrol. Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol
terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu: 1.
Medikasi 2.
Pengobatan berdasarkan derajat
2.1.6.1. Medikasi
Menurut PDPI 2006, medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara seperti inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim digunakan
adalah melalui inhalasi agar langsung sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang minimal ataupun tidak ada. Macam–macam pemberian obat inhalasi dapat
melalui inhalasi dosis terukur IDT, IDT dengan alat bantu spacer, Dry powder inhaler DPI, breath–actuated IDT, dan nebulizer. Medikasi asma terdiri atas
pengontrol controllers dan pelega reliever. Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma
persisten, yang digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol PDPI, 2006.
Menurut PDPI 2006, pengontrol, yang sering disebut sebagai pencegah terdiri dari:
1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik
2. Leukotriene modifiers
3. Agonis β-2 kerja lama inhalasi dan oral
4. Metilsantin teofilin
5. Kromolin Sodium Kromoglikat dan Nedokromil Sodium
Universitas Sumatera Utara
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan untuk cepat mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma. Prinsip kerja
obat ini adalah dengan mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan
gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hipersensitivitas jalan napas. Pelega terdiri dari:
1. A
gonis β-2 kerja singkat 2.
Kortikosteroid sistemik 3.
Antikolinergik Ipratropium bromide 4.
Metilsantin
2.1.6.2. Pengobatan Berdasarkan Derajat
Menurut GINA 2009, pengobatan berdasarkan derajat asma dibagi menjadi:
1. Asma Intermiten Lihat Gambar 2.5
a. Umumnya tidak diperlukan pengontrol
b. Bila diperlukan pelega, agonis β-2 kerja singkat inhalasi dapat diberikan.
Alternatif dengan agonis β-2 kerja singkat oral, kombinasi teofilin kerja singkat dan agonis β-2 kerja singkat oral atau antikolinergik inhalasi
c. Bila dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama tiga
bulan, maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma persisten ringan
2. Asma Persisten Ringan Lihat Gambar 2.5
a. Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan mencegah
progresivitas asma, dengan pilihan: •
Glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah diberikan sekaligus atau terbagi dua kali sehari
dan agonis β-2 kerja lama inhalasi
Budenoside : 200– 400 μghari
Fluticasone propionate : 100–
250 μghari
Universitas Sumatera Utara
• Teofilin lepas lambat
• Kromolin
• Leukotriene modifiers
b. Pelega bronkodilator Agonis β-2 kerja singkat inhalasi dapat diberikan
bila perlu 3.
Asma Persisten Sedang Lihat Gambar 2.5
a. Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan mencegah
progresivitas asma, dengan pilihan: •
Glukokortikosteroid inhalasi terbagi dalam dua dosis dan agonis β-2 kerja lama inhalasi
• Budenoside: 400–80
0 μghari •
Fluticasone propionate : 250– 500 μghari
• Glukokortikosteroid inhalasi 400–
800 μghari ditambah teofilin lepas lambat
• Glukokortikosteroid inhalasi 400–
800 μghari ditambah agonis β-2 kerja lama oral
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi
800 μghari •
Glukokortikosteroid inhalasi 400– 800 μghari ditambah
leukotriene modifiers b.
Pelega bronkodilator dapat diberikan bila perlu •
Agonis β-2 kerja singkat inhalasi: tidak lebih dari 3–4 kali sehari, atau
• Agonis β-2 kerja singkat oral, atau
• Kombina
si teofilin oral kerja singkat dan agonis β-2 kerja singkat •
Teofilin kerja singkat sebaiknya tidak digunakan bila penderita telah menggunakan teofilin lepas lambat sebagai pengontrol
c. Bila penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi dosis
renda h dan belum terkontrol; maka harus ditambahkan agonis β-2 kerja
lama inhalasi
Universitas Sumatera Utara
d. Dianjurkan menggunakan alat bantu spacer pada inhalasi bentuk IDT
atau kombinasi dalam satu kemasan agar lebih mudah 4.
Asma Persisten Berat Lihat Gambar 2.5
• Tujuan terapi ini adalah untuk mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala
seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru APE mencapai nilai terbaik, variabiliti APE seminimal mungkin dan
efek samping obat seminimal mungkin •
Pengontrol kombinasi wajib diberikan setiap hari agar dapat mengontrol asma, dengan pilihan:
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi terbagi dalam dua dosis
dan agonis β-2 kerja lama inhalasi
• Beclomethasone dipropionate: 800 μghari
• Selain itu teofilin lepas lambat, agonis β-2 kerja lama oral, dan
leukotriene modifiers dapat digunakan sebagai alternative agonis β-2 kerja lama inhalai ataupun sebagai tambahan terapi
• Pemberian budenoside sebaiknya menggunakan spacer, karena
dapat mencegar efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia, dan batuk karena iritasi saluran napas atas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Penatalaksanaan Berdasarkan Derajat Asma. Sumber: GINA, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Profil Penderita Asma
2.2. Definisi Operasional
1. Umur adalah usia pasien yang dihitung dari tanggal lahir yang tertulis dalam
rekam medis sampai waktu pengambilan data dalam ukuran tahun. 2.
Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tercantum dalam rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Faktor pencetus adalah segala sesuatu yang bersifat sebagai pencetus
terjadinya serangan asma. 4.
Derajat asma adalah derajat asma yang ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan faal paru.
5. Faal paru adalah pemeriksaan dengan alat bantu spirometri untuk mengetahui
kemampuan fungsi paru-paru. 6.
Metode pembayaran adalah cara pasien asma membayar pengobatannya. 7.
Pengobatan asma adalah jenis–jenis pengobatan yang digunakan saat berobat rawat jalan.
8. Penyakit asma adalah pasien asma yang sudah didiagnosis oleh dokter dan
tidak sedang dalam keadaan eksaserbasi Profil Penderita Asma:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Faktor pencetus
4. Derajat asma
5. Faal paru
6. Metode pembayaran
7. Pengobatan asma
Penyakit Asma
Universitas Sumatera Utara