Analisa Kualitatif Gula Pereduksi Pereaksi Fehling Pereaksi Benedict Pereaksi Barfoed

CHO CH 2 OH CH 2 OH H-C-OH H H H H H OH HO-C-H H-C-OH HO OH H OH HO OH H H H-C-OH H OH H OH CH 2 OH D-glukosa α-D-glukosa β-D-glukosa Gambar 2.3.2 Struktur Glukosa

2.3.3. Hidrolisis

Disakarida mengalami proses hidrolisis menghasilkan monosakarida. Hidrolisis adalah pemecahan kimiawi suatu molekul karena pengikatan air, menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Proses ini dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut : AB + H 2 O AOH + BH molekul air molekul molekul besar kecil kecil Sebagai contoh : C 12 H 22 O 12 + H 2 O 2C 2 H 12 O 6 1 molekul air 2 molekul monosakarida disakarida Nampak bahwa proses-proses diatas adalah kebalikan dari reaksi-reaksi kondensasi untuk pembentukan disakarida. Gaman.P.M, 1992

2.4. Analisa Kualitatif Gula Pereduksi

a. Pereaksi Fehling

Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua Universitas Sumatera Utara larutan yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuSO 4 dalam air, sedangkan larutan Fehling adalah larutan garam K-Tartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion CU ++ direduksi menjadi ion Cu + yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2 O. 2 Cu + + 2 OH - Cu 2 O + H 2 O endapan merah bata Dengan larutan glukosa 1 , pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.

b. Pereaksi Benedict

Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu ++ dari kupri sulfat menjadi ion Cu + yang kemudian mengendap sebagai Cu 2 O. Adanya natriumkarbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini terbentuk pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine dari pada pereaksi Fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Disamping itu pereaksi Benedict lebih peka dari pada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua macam larutan.

c. Pereaksi Barfoed

Pereaksi ini terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat dari pada disakarida. Jadi Cu 2 O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida dari pada oleh disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi Universitas Sumatera Utara monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu + yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfoed digunakan suasana asam. Apabila karbohidrat nmereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. Gugus aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh, galaktosa akan teroksidasi menjadi asam galaktonat, sedangkan glukosa akan menjadi asam glukonat. Poedjiadi.A, 2007

2.5. Fermentasi

Dokumen yang terkait

Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.)

10 104 84

Pengaruh Penambahan Ragi Roti Dan Lama Waktu Fermentasi Terhadap Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Ampas Tebu (Saccharum officanarum) Dengan HCl 30% Dalam Pembuatan Bioetanol

4 96 70

Analisis Kadar Bioetanol Dari Glukosa Hasil Hidrolisis Sabut Kelapa (Cocos Nucifera) Dengan Variasi Lama Fermentasi

3 13 73

Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti Dalam Pembuatan Bioetanol Dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tongkol Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata)

7 37 73

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI Prarancangan Pabrik Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Kapasitas 64.000 Kilo Liter/Tahun.

0 4 11

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI Prarancangan Pabrik Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Kapasitas 64.000 Kilo Liter/Tahun.

2 7 12

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP KADAR ETANOL HASIL FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativa) SEBAGAI Pengaruh Konsentrasi Ragi Terhadap Kadar Etanol Hasil Fermentasi Jerami Padi (Oryza sativa) Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Alternatif.

0 1 14

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP KADAR ETANOL HASIL FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativa) SEBAGAI BAHAN Pengaruh Konsentrasi Ragi Terhadap Kadar Etanol Hasil Fermentasi Jerami Padi (Oryza sativa) Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Alternatif.

0 1 10

PEMBUATAN ETHANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI.

2 8 55

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Padi - Pengaruh Lama Fermentasi Dan Berat Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol Dari Proses Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Jerami Padi Dengan Hcl 30%

0 0 13